KAIRO (RIAUPOS.CO) -- Mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak meninggal. Kematiannya mendapatkan reaksi beragam dari publik. Alaa Mubarak, sang anak, mengatakan bahwa penguasa negeri di Afrika selama tiga dekade itu baru saja melalui operasi besar pada 23 Januari lalu. Hosni kemudian dirawat di Unit Perawatan Intensif Galaa Military Hospital hingga mengembuskan napas terakhir pada usia 91 tahun. "Semua manusia memang milik Allah dan kita memang harus kembali kepada-Nya," ungkapnya via Twitter.
Hosni Mubarak meninggalkan warisan yang rumit bagi masyarakat Mesir. Dia naik takhta sebagai presiden sejak 1981 pascapembunuhan Presiden Anwar Al Sadat. Sejak itu Hosni terkenal sebagai sekutu Amerika Serikat dan penjaga pelopor perdamaian antara Mesir dan Israel.
Namun, generasi muda lebih mengingat Hosni sebagai diktator yang lekat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pria kelahiran Kafr El-Meselha tersebut akhirnya tersapu gelombang Arab Spring pada 2011. Dia terpaksa meletakkan jabatan karena dianggap memanipulasi Pemilu Parlemen 2010 dan bersekongkol untuk membunuh 239 demonstran pada unjuk rasa selama 18 hari.
Pada 2012 Hosni dihukum penjara seumur hidup. Namun, hukuman itu dijalani di rumah sakit karena penyakit Hosni yang kambuh terus-menerus. Pada 2017 jebolan militer Mesir tersebut dinyatakan tak bersalah dari semua dakwaan dalam upaya banding. Keputusan itu menuai protes dari masyarakat.(bil/c9/dos/jpg)