KESAKSIAN PARA PENUMPANG BUS NPM YANG CELAKA

2 Tahun Rindu Kampung, Berujung ke RS

Nasional | Sabtu, 25 Agustus 2012 - 19:59 WIB

2 Tahun Rindu Kampung, Berujung ke RS
Korban bus NPM yang dirawat di RSUP M Djamil Pa­­dang. (Foto: Hijrah Adi Sukrial/Padang Ekspres)

TAK ada penumpang yang me­ngi­ra bus NPM bakal celaka. Dalam be­nak mereka, sebentar lagi bertemu ke­luarga dan sanak famili di kam­pung halaman, setelah lama tak ber­sua. Tra­gisnya, ke­rin­­duan yang mem­­bun­cah ter­nya­ta ha­rus berlabuh ke rumah sakit. 

Jarum jam menunjukkan pukul 21.00. Sebagian penumpang sudah ter­lelap. Hanya ada beberapa orang yang terdengar masih berbincang dan ber­­gurau dengan teman sebang­ku­nya. Maklum, jalan lintas Suma­tera yang lurus  itu, membuat bus NPM ber­­nomor polisi BA 7597 BU itu me­laju mulus.

Sesekali bodi bus terasa miring ke­tika mendahului kendaraan di de­pan. Sekalipun begitu, laju bus ber­me­­sin Mercedes Benz itu tetap stabil. 

”Bus waktu itu berpacu dan saling men­dahului dengan bus Pahala Ken­cana. Setiba di lokasi kejadian, bus yang kami tumpangi memotong bus Pa­hala Kencana.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Ternyata di depan ada sepe­da ­motor. Pak sopir langsung ban­­ting setir ke kanan, tapi ma­lang bus tetap menabrak motor, lalu ke luar dari badan jalan,” ke­nang Eka Wanda Putra, 18, sa­lah seorang penumpang bus NPM yang kecelakaan di KM 215 sim­pang Abaisiat, Kecamatan Ko­tobaru, Dharmasraya, Kamis malam (23/8).

Pemuda asal Kamp­ung­da­lam, Padang­pariaman ini, se­dang dirawat di RSUP M Djamil Pa­­dang untuk pengo­batan luka-lu­­kanya. Dia memu­tuskan mu­dik pada hari ketiga Lebaran se­te­lah dua tahun tidak pulang kam­pung.

Pria yang sehari-hari berjua­lan sepatu ini, berangkat dari Ban­dung Rabu siang (22/8) se­ki­tar pukul 12.00 WIB, ber­sama ka­kaknya Sukirman, dan teman­nya Riki.

Bus nahas itu memiliki bang­ku hingga nomor 44. Dia bers­a­ma kakak dan temannya ter­se­but duduk di bangku nomor 41-43. Sepengetahuannya, bus itu di­kemudikan oleh dua sopir se­cara bergantian, dibantu oleh sa­tu orang kernet. “Sejak dari Ban­dung ada tiga kali ganti sopir. Ter­­akhir kali sopir berganti di Ling­g­au (Sumatera Selatan),” jelasnya.

Sebelum berpacu dengan bus lain, cerita Eka, laju mobil me­mang kencang, tapi tenang dan ter­kendali. Namun sejak dari Sungairumbai (perbatasan Sum­bar-Jambi), bus mulai sa­ling men­dahului dan berpacu de­ngan bus Pahala Kencana. Wa­­laupun begitu, dia tidak men­de­ngar ada penumpang yang komplain.

”Saat kejadian, saya sedang du­duk dan tidak ada kegiatan lain­nya. Sedangkan kakak saya (S­u­kirman, red) sedang ngobrol de­ngan Riki,” papar Eka yang me­ngalami luka ringan di beber­apa bagian tubuhnya, dan da­da­nya terasa sesak.

Ketika itu, bus NPM beru­sa­ha memotong bus Pahala Ken­ca­na di depannya. Tanpa di­duga, tiba-tiba muncul sepeda mo­tor dari arah berlawanan. “Barulah se­mua penumpang terperanjat. Me­reka menjerit dan mengu­cap­kan tak­bir Allahu Akbar. Ter­de­ngar bu­nyi benturan keras saat mo­bil me­nabrak motor. Sopir bus ban­ting setir ke kanan dan menye­ret mo­tor yang telah ma­suk ke kolong bus. Suasana pun hening. Lalu ter­dengar sua­ra rintihan penum­pang,” ke­nang pria hitam manis itu.

Eka yang duduk di bangku pa­ling belakang, terlempar  ke te­ngah. Kaki, dada dan perutnya ter­­impit bangku bus. Dia me­ngang­kat bangku itu, lalu keluar dari dalam bus. Setelah yakin tidak ada ledakan, dia kembali ma­s­uk ke dalam bus mencari ka­kaknya. Ternyata, dia melihat kakaknya sudah terhempas sampai ke bangku sopir.

”Dia (Sukirman, red) ber­tum­­puk-tumpuk dengan pe­num­pang lainnya di bagian de­pan mobil. Saat saya temukan, po­sisinya tertelungkup diimpit bang­ku dan penumpang lain­nya,” kenangnya.

Kondisi Sukirman cukup pa­rah. Selama di ruang Instalasi Ga­wat Darurat (IGD) RSUP M Dja­mil, dia terus mengerang ke­sakitan. Dia belum bisa diajak ber­komunikasi.

Jika Eka berencana hendak pu­lang kampung, lain lagi de­ngan Karjo Jamiri, 45. Pria yang se­hari-hari bertugas di BKKBN Sum­bar ini, baru saja mudik dari kampungnya di Kuningan, Jawa Barat. Istrinya yang merupakan warga Sijunjung, ikut berlebaran di kampung halamannya.

Warga Mega Permai 1 Koto­tangah, Padang ini pulang ber­sama dua anaknya menaiki bus NPM pergi dan pulang (PP). Keti­ka bus nahas itu mengalami ke­celakaan dia sedang tidur. Karjo baru tahu kejadian itu ketika bus telah terjun dari badan jalan.

Karjo dan seorang anaknya ha­­rus menjalani perawatan di RSUP M Djamil, sedangkan se­orang anaknya sudah diper­bo­leh­kan pulang karena hanya me­nga­lami luka ringan. Dia ma­sih su­lit d­i­­ajak berko­munikasi. Da­danya se­­sak, kakinya sudah dija­hit, be­gitu juga luka di tela­pak ka­kinya yang robek akibat terke­na peca­han kaca.

Satu orang anaknya, Vilka Hen­dra Pratama, 17, juga dira­wat di RSUP M Djamil Padang. Kon­disinya cukup parah. Dagu dan telinganya robek, wajahnya mem­bengkak dan lebam. Darah ma­sih mengalir dari luka-luka­nya tersebut. Setiap kali disen­tuh, dia meringis kesakitan.

Jusnimar, 60, orangtua Zul­fian­dri, 30, korban lainnya asal Cu­pak Solok, mengaku tak me­ra­sakan firasat apa pun putra­­nya bakal celaka. “Sejak dua bulan la­lu dia pergi ke Purwakarta me­n­gi­kuti kakaknya. Saat dita­nya ka­pan pulang, Zul—panggilan Zul­fian­dri—hanya menjawab kalau sa­ya sudah sampai di rumah, ma­ka saat itu saya sudah pu­lang,” kenang Jusnimar keti­ka ditemui di ruang bangsal bedah RSUD  Sungaidareh, Dhar­mas­raya.

Saat kecelakaan, menurut Jusnimar, Zul tidak sadarkan diri. Berdasarkan keterangan pi­hak rumah sakit, korban me­nga­la­mi pendarahan di kepa­la. Wa­jah­nya masih penuh bercak-ber­cak da­rah, sedangkan di ta­ngan­nya ter­lilit selang infus. “Saya hanya ingin anak saya sembuh, ti­dak seperti ini. Dia tidak lagi me­ngenali suara saya, entah apa yang diderita,” ucap Jusnimar sam­bil menangis.

Tapi, Tuhan berkehendak lain. Kerinduan Jusnimar berte­mu dengan putranya Zulfiandri pa­da Lebaran tahun ini, ternyata rindu tak sampai. Pada pukul 22.05 tadi malam, Zulfiandri menghembuskan napas terakhir setelah dirujuk ke RSUP Dr M Djamil Padang.

Pejabat Pemberi Informasi RSUP M Djamil Gustavianov me­­ngatakan, ada delapan kor­ban ke­celakaan bus NPM di Dhar­mas­r­aya yang mendapat per­to­longan di RSUP M Djamil. Me­reka adalah Agus Salim, 28, Rina Elvida, 30, Sukirman, 21. Ke­mudian, Uta­yuddin, 21, Vilka Hen­dra Pratama, 17, Wak Ano, 50, Karj­o, 45, dan Eka Wanda Putra, 18.

“Dari delapan korban terse­but, Wak Ano dan Vilka menga­lami luka paling parah. Wak Ano men­derita patah di kedua kaki dan tangan kanan, sementara Vilka menderita luka di dagu­nya,” jelasnya. (rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook