Pengelola NPM Terancam

Nasional | Sabtu, 25 Agustus 2012 - 18:56 WIB

Pengelola NPM Terancam
Bus NPM yang keluar badan ja­lan di KM 215 simpang Abaisiat, Kecamatan Koto­baru, Kabupaten Dharmasraya. (Foto: RPG)

PADANG (RP) - Korban tewas kece­la­kaan maut bus NPM yang keluar badan ja­lan (bukan masuk jurang, red), di KM 215 simpang Abaisiat, Kecamatan Koto­baru, Kabupaten Dharmasraya, Kamis (23/8), bertambah seorang lagi. Zul­fian­da, 28, warga Cupak Solok, me­ninggal ta­di malam sekitar pukul 22.05 setelah mendapat perawatan intensif di RSUP Dr M Djamil Padang. Hingga berita ini diturunkan, sudah empat orang korban tewas. 

Ketiga korban tewas lainnya, yakni Endi Siswanto, 27, warga Kotobaru, pengendara sepeda motor, Zulhelmi, 12, dan Dasril, 60, keduanya warga Pasaman pe­numpang bus NPM. Saat ini, se­banyak 15 orang dirujuk ke RSUP Dr M Djamil Padang un­tuk mendapat penanganan in­tensif. Beberapa di antaranya dirawat di RSUP Sungaidareh, Dharmasraya.

Sopir bus diketahui bernama Iid, 37, warga Indarung Padang, dan Jimmy, 37. Iid (sopir satu) se­dang dirawat di RSUP Dr M Dja­mil Padang, sedangkan Jim­my (so­pir dua) dilaporkan kabur. Ma­­najemen PT NPM me­nya­ta­kan keduanya adalah sopir senior. 

Informasi yang dihimpun Pa­dang Ekspres (Riau Pos Group) di RSUD Su­ngai­dareh, sebanyak 14 orang kor­­ban sempat mendapat pera­wa­tan di RSUD Su­ngaidaerah. Na­mun belakangan, enam kor­ban dirujuk RSUP Dr M Djamil Pa­­dang, lima orang lainnya su­dah diperbolehkan pulang, dan si­­sa­n­ya masih mendapat pe­ra­watan rawat jalan. Lima kor­ban sempat dirawat di lorong bang­sal bedah akibat keter­batasan rua­ngan. Rata-rata korban me­nga­lami patah tulang dan luka-luka di sekujur tubuhnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Diberitakan sebelumnya, ke­celakaan maut terjadi di KM 215 simpang Abaisiat, Keca­matan Kotobaru, Kamis (23/8) sekitar pu­kul 21.30 ini, berawal saat bus NPM nomor polisi BA 7597 BU ju­r­usan Bandung-Padang me­na­brak sepeda motor Vario BA 5147 VQ dikendarai Endi Sis­wan­to, hingga akhirnya keluar ba­dan ja­lan. Dalam kecelakaan itu, em­pat orang dilaporkan te­was, 23 lu­ka berat dan 25 orang luka ringan.

Bus bermuatan sekitar 50-an penumpang melaju kencang dari arah Jakarta menuju Pa­dang, tepatnya dari arah Mua­ro­bu­ngo menuju Gu­nungmedan. Saat proses evakuasi korban, sem­pat terkendala terbatasnya jum­l­­ah mobil ambulans. Bah­kan, beberapa keluarga korban men­cak-mencak akibat lam­ban­nya evakuasi korban.

Kemarin (24/8), belasan pe­numpang bus NPM merasa dite­lantarkan karena tidak ada bus pengganti. Mereka memilih ber­kumpul di Polres Dhar­masraya. Bu­di, 32, salah seorang penu­m­pang, mengaku bersama pe­num­pang lainnya terpaksa men­cari makan sendiri usai kecela­kaan maut itu. “Kami kecewa, pe­­ngelola NPM tidak mem­per­ha­tikan kami. Bus pengganti pun ju­ga tak ada. Saya dan teman lain juga terpaksa mencari tempat istirahat sendiri,” ulasnya.

Sekitar pukul 15.00, bebe­rapa korban didampingi keluar­ga­nya mendatangi Mapol­res Dhar­masraya untuk mengambil ba­rang-barang bawaan. Namun be­berapa di antaranya sempat ke­cewa, karena sejumlah barang ber­harga tidak ditemukan.

Seperti dialami Mimi, 32, asal Pariaman. Korban men­ga­la­mi luka ringan ini me­ngaku ke­hilangan laptop. “Sebanyak orang yang ingin menolong, bukan tidak mungkin ada juga yang ingin menangguk di air keruh,” keluhnya.

Setelah dibantu dua unit alat berat, kemarin siang, bus akhir­nya bisa dievakuasi dan dibawa ke Mapolres Dharmasraya. K­a­pol­­res Dharmasraya AKBP Chai­rul Aziz menyebutkan, bus lang­sung dibawa ke Mapolres karena menjadi tontonan pengen­dara jalan, sehingga mengakibatkan kemacetan. “Butuh waktu ekstra untuk mengangkat bus tersebut dari dalam parit,” ungkap Chai­rul Aziz.

Bantah Telantar   

Menanggapi keluhan pe­num­pang yang selamat, Kepa­la Ope­rasional Bus NPM Wila­yah Sum­bar, Edi men­bantah mene­lantar­kan penumpang. “Tak ada pe­num­pang yang telan­tar. Dua bus NPM langsung kita kirim ke lo­­kasi untuk membawa seluruh pe­­numpang. Pihak Rumah Ma­kan Umega, Gunungmedan yang menjadi mitra kami, juga te­lah membantu makanan. Kor­ban meninggal juga telah kami antar ke rumah duka di Lubuk­si­kaping. Seluruh kebu­tuhan pe­makaman, juga telah ditang­gung pe­rusa­haan,” tegas Edi saat di­hubungi Padang Ekspres, k­­e­marin (24/8).

PT NPM, sebutnya, siap bertanggung jawab penuh atas ke­jadian ini. “Dalam waktu de­kat, kami juga akan mem­berikan san­tunan kepada seluruh pe­num­pang. Besaran santunan be­lum ditetapkan pihak peru­sa­haan, karena perusahaan ma­sih fo­kus mengurus keper­luan pe­num­p­ang, dan mengurus pera­wa­tan penumpang yang dirawat di rumah sakit,” tambahnya.

Saat ditanya kelayakan bus n­ahas tersebut, kata Edi, bus ter­sebut buatan tahun 1996 dan te­lah beroperasi cukup lama. Bus juga telah diremajakan de­ngan me­lakukan perbaikan, dan per­gan­tian mesin dan selu­ruh on­der­dil. “Kedua sopir termasuk so­pir senior. Tapi yang namanya membawa kendaraan di jalan raya, musibah terus mengintai se­lama di perjalanan,” tegasnya.

Dia juga mengklaim telah mem­berikan penanganan mak­simal terhadap korban dan ke­luarganya.

Pengawai kantor PT NPM di Nga­lau Padangpanjang, Usdian­to mengatakan, pihak perusa­ha­an langsung menyiagakan satu unit bus untuk menjemput pe­num­pang ketika mengetahui kece­lakaan. Namun bus urung diberangkatkan, karena pihak perwakilan NPM di RM Umega menyatakan penanganan di lapangan telah teratasi.

Bambang, penanggung ja­wab perwakilan NPM di RM Umega, melalui ponsel Usdianto me­ngatakan, pihaknya langsung me­luncur ke lokasi kejadian ber­sama petugas Pos PAM Leba­ran untuk mengevakuasi penum­pang ke rumah makan. “Penum­pang yang mengalami luka berat ter­masuk meninggal dunia, lang­­sung kami evakuasi ke RSUD Sungaidareh. Penum­pang lainnya dilarikan ke pus­kes­mas terdekat,” ungkap Bam­bang dari balik ponsel Usdianto.

P­erwakilan NPM, sebut Bam­­bang, terus berkoordinasi de­­ngan instansi pemerintahan se­­­tempat termasuk men­datang­kan tiga unit ambulans tam­ba­han dari Sijunjung. Hing­ga ke­ma­rin, Bambang menga­takan ma­­sih melayani kebutuhan pi­hak keluarga dan korban selama pe­rawatan.

Seperti kebutuhan trans­por­tasi rujukan pasien, telah dise­dia­kan 18 unit ambulans yang mobile secara bergantian. “Tidak hanya itu, keluarga korban yang berada di RSUD Sungaidareh juga kami sediakan nasi bung­kus. Begitu juga keinginan ke­luar­ga untuk memindahkan pe­ra­watan ke kota masing-ma­sing, ambu­lans kami sedia­kan,” sebutnya.

“Kalaupun ada lima orang di Ma­polres yang merasa ditelan­tar­kan, hanya sebentar di sana untuk dimintai keterangan oleh po­lisi terkait kecelakaan. Setelah di­ketahui yang bersangkutan mem­butuhkan perawatan, lang­sung dilarikan ke rumah sakit,” kata Bambang.

Terkait jaminan pas­cake­ja­dian, Usdianto me­ngata­kan, su­dah menjadi tang­gungan pihak asu­ransi. Namun sebagai bentuk sim­patik, pihak PT NPM dan RM Umega juga sepakat mem­be­­rikan santunan atau uang du­ka. “Informasi yang saya dapat­kan dari perwakilan NPM, pihak asu­ransi tengah mengumpulkan data identitas penumpang,” pung­kas Usdianto.

Terancam Sanksi

 

Kemarin (24/8), Dinas Per­hu­bungan dan Kominfo Sum­bar mengirim tim inves­tigasi guna menelusuri kasus kecelakaan. Hasil investigasi akan menjadi pedoman untuk menjatuhkan sanksi pada perusahaan bus tersebut.

Kepala Dinas Perhubungan dan Kominfo Sumbar, Mudrika kepada Padang Ekspres, kema­rin (24/8) mengatakan, seba­nyak empat orang anggotanya te­lah dikirim ke Dharmasraya un­tuk melakukan investigasi. Tim akan mengungkap peny­e­bab kecelakaan dan meme­riksa se­l­uruh kelengkapan kendaraan ter­masuk kelayakan bus.

“Kalau nantinya kami mene­mu­kan ada kesalahan, maka ma­najemen bus NPM akan di­periksa. Bisa saja kasus bus NPM ini sama dengan kasus PO Yanti, di mana sopir dijadikan ter­­­s­­angka beserta jajaran mana­je­­men bus. Namun sebelum men­jatuhkan sanksi, terlebih da­hulu kami akan melihat hasil in­vestigasi dari tim,” ujar Mu­drika.

Untuk sementara, Mudrika menduga penyebab kecelakaan akibat kelalaian sopir bus yang mem­bawa kendaraan melebihi ba­tas kecepatan kendaraan. Da­lam melakukan penyidikan, tim investigasi berkoordinasi de­ngan aparat kepolisian. “Kalau nan­tinya kecelakaan bukan ka­rena kelalaian sopir tapi kare­na kon­disi kendaraan tidak sehat, sank­si berat akan segera dibe­rikan. Komisi Nasional Kesela­ma­tan Transportasi (KNKT) juga akan kita libatkan nanti­nya,” jelasnya.

Santunan Cair Senin Depan

Terpisah, Kepala Cabang Ja­sa Raharja Sumbar, Abdul Ha­ris me­negaskan, seluruh kor­ban ke­celakaan bus NPM akan men­da­patkan santunan. Ba­gi korban yang meninggal akan menerima san­­t­unan Rp 25 ju­ta, sementara kor­­ban luka be­rat dan korban yang masih di­rawat sesuai UU No 32 Tahun 1994 tentang Dana Pe­nang­­­gulangan Wajib Kecel­a­kaan Laut, Darat dan Udara, ber­hak men­­dapatkan santunan Rp 10 juta.

“Saat ini santunan memang belum bisa diberikan pada kor­ban, karena kami belum men­dapatkan data jumlah penum­pang lengkap dari pihak peru­sa­haan dan kepolisian. Namun, bagi tiga orang korban mening­gal telah ditelusuri pihak Jasa Ra­harja ke rumah duka,” ung­kap Abdul Haris ketika dite­mui Pa­dang Ekspres di ruang ker­janya, kemarin (24/8).

“Rencananya, Senin lusa san­tunan cair. Supaya data tidak sim­pang siur, seluruh korban bus NPM dibawa dan dirawat di RSUP M Djamil, termasuk kor­ban yang sekarang masih dira­wat di RSUD Pulau­punjung,” ujar­nya. (ita/kid/b/wrd)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook