JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kementerian Kesehatan telah mengumumkan terdeteksinya varian Covid-19 XBB di Indonesia. Varian ini membuat angka positif Covid-19 di Indonesia melejit. Epidemilog Griffith Univerisity Dicky Budiman menuturkan bahwa Indonesia tak perlu menutup pintu masuk negara, melainkan menggiatkan tracing dan testing lagi.
Kasus pertama XBB di Indonesia karena transmisi lokal atau pasien dipastikan tidak dari luar negeri. Kementerian Kesehatan telah melakukan testing dan tracing pada sepuluh kontak erat dari pasien 29 tahun dari Lombok itu. Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyatakan bahwa penularan lokal ini terjadi karena peningkatan aktivitas masyarakat yang tidak dibarengi dengan kesadaran memakai masker.
"Kami akan memperketat surveillance di pintu masuk negara. Terutama Batam dan Jakarta," katanya. Nadia menyatakan bahwa semua kasus positif Covid-19 saat ini harus dilakukan whole genome sequencing (WGS) untuk memastikan variannya.
Pada kesempatan lain, Dicky Budiman juga mengkritisi sudah loyonya upaya pendeteksian dini Covid-19. Upaya untuk memperkuat deteksi dini dengan surveilan justru lebih penting daripada menutup pintu masuk negara. Potensi penularan XXB di Indonesia menurutnya sangat besar sekali. Ini karena keteledoran banyak pihak akan melakukan prokes dan deteksi dini.
Selain itu, Dicky juga meminta pemerintah agar betul-betul memastikan tata laksana perawatan pasien positif Covid-19. Dalam hal ini adalah karantina dan proses treatmentnya. "Ditambah upaya meningkatkan vaksinasi booster yang harus dilakukan untuk mengendalikan kasus ini," katanya.
Sayangnya di beberapa tempat vaksin booster untuk Covid-19 dilaporkan sempat mengalami kekosongan. Kemenkes akhirnya memberikan prioritas vaksin booster untuk pelaku perjalanan. Sebab pelaku perjalanan diwajibkan untuk sudah melakukan vaksin ketiga. Dicky menyayangkan adanya kekosongan vaksin ini. "Harusnya ada mitigasi risiko yang laik," ujarnya.
Dia menyayangkan bahwa program vaksinasi Covid-19 yang digembar-gemborkan pemerintah tidak didukung dengan ketersediaan vaksin yang ada. "Yang kita hadapi saat ini adalah varian baru yang bisa menurunkan efikasi antibody," tuturnya.
Menurut catatan Kementerian Kesehatan, ada 24 negara yang melaporkan ada temuan kasus ini. Indonesia termasuk di dalamnya. Dalam tujuh hari terakhir ada peningkatan kasus di 24 provinsi di Indonesia. Varian XXB lebih menular, tapi untuk fatalitasnya tidak lebih parah dari varian Delta.(lyn/jpg)