JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pembicaraan tentang rekonsiliasi dua kubu calon presiden dan wakil presiden pascapilpres 2019, sempat dibahas ketika Presiden Joko Widodo alias Jokowi, duduk satu meja dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan di Istana Negara, Jakarta pada Rabu (24/4/2019).
Momentum yang berlangsung usai pelantikan Gubernur Maluku tersebut, juga dihadiri Ketua Umum Nasdem Surya Paloh, hingga Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Zulkifli merupakan ketum PAN, partai koalisi pengusung Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
Hasto usai acara itu mengatakan, pertemuan tersebut banyak membahas mengenai refleksi kebangsaan setelah kampanye pemilu yang sangat panjang sejak 2018.
Pada intinya, kata Hasto, bagaimana kita sebagai bangsa bersatu mengutamakan kepentingan umum. Sebab, delapan bulan masa kampanye sudah terlalu panjang untuk berkontestasi, sehingga sekarang saatnya semua berpikir tentang rekonsiliasi untuk bangsa dan negara
’’(Rekonsiliasi) dibahas, masing-masing menyampaikan pengalamannya dalam kampanye kemarin dan jelas suasananya akrab, tapi semua merasa lelah dengan delapan bulan kampanye dengan kontestasi yang sering kali diwarnai ide-ide yang begitu tajam karena hoaks dan fitnah,’’ tutur Hasto.
Saat ditanya apakah Jokowi ikut melobi Zulkifli Hasan karena Luhut Binsar Panjaitan belum berhasil menemui Prabowo, Hasto yang juga sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - Amin, menjawab diplomatis.
’’Sudah disampaikan Pak Jusuf Kalla bahwa pada akhirnya akan ada momentum bagi Pak Jokowi dan Pak Prabowo bertemu untuk bersilaturahmi sebagai pemimpin bangsa. Ini adalah saran yang sangat positif dari Pak Jusuf Kalla dan jadi panduan bagi kami,’’ jelasnya.
Mengenai rencana pertemuan Jokowi dan Prabowo menurut Hasto tidak dibahas secara khusus saat pertemuan itu. Hanya saja, Zulkifli Hasan dalam kapasitas ketua MPR banyak menyampaikan masukan-masukan demi masa depan negeri ini.