Petani Cabai Rugi

Nasional | Jumat, 24 Februari 2012 - 07:36 WIB

PASAMAN (RP) - Selain merusak ratusan rumah warga, banjir bandang yang melanda Nagari Simpang, Kecamatan Simpati Kabupaten Pasaman mengakibatkan puluhan hektare tanaman cabai milik petani rusak dan membusuk. Akibatnya, banyak petani yang gagal panen sehingga memanen cabainya lebih awal. Diperkirakan, kerugian yang dialami petani mencapai puluhan juta rupiah.

Seperti dialami petani cabai, Danur (40), warga jorong Alahan Mati Nagari Simpati. Dia hanya bisa pasrah memanen tanaman cabainya yang masih hijau. ‘’Sebenarnya belum saatnya untuk dipanen. Tapi apa boleh buat, material banjir telah merusak areal tanaman cabai,’’ keluh Danur saat memanen tanaman cabainya, Kamis (23/2) kemarin.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Cabai yang dipanen ini dalam keadaan setengah rusak, lantaran dihantam material banjir. Dia mengaku, jika dipanen maka cabai-cabai tersebut tidak akan laku dijual karena sudah dalam kondisi rusak. Sehingga hanya bisa dipakai untuk dikonsumsi keluarga saja.

Sebenarnya, kata dia tanaman cabai tersebut belum layak untuk dipanen, tapi harus tetap dipanen meski belum cukup umur. Tanaman cabai akan terancam busuk karena tanamannya rusak diterjang banjir bandang. ‘’Biasanya, saya bisa mendapat Rp50 juta dari hasil panen cabai ini. Namun, kini tidak dapat apa-apa. Dan saya hanya bisa pasrah,’’ tuturnya.  Menurut dia, hampir seluruh lahan tanaman cabai di daerah itu mengalami hal yang sama. Rata-rata setiap petani, melakukan panen dini jika tak mau rugi besar.

Akumulasi Hujan

Tim Reaksi Cepat BPBD Provinsi Sumbar juga telah melakukan asessment di lokasi bencana banjir bandang di dua kecamatan di Pasaman dan telah melaporkan hasilnya kepada BPBD Provinsi Sumatera Barat.

Gambaran umumnya, bencana alam tersebut didasari oleh curah hujan atau debit air besar yang mengakibatkan sisa material penebangan kayu peladangan atau kebun di daerah perbukitan. Dampak tersebut mengakibatkan tidak lancarnya aliran sungai Batang Air Malampah dan Batang Buluh yang ada di antara 2 (dua) Kecamatan Simpang Alahan Mati dan Kecamatan Tigo Nagari.

Kepala Bidang Kedaruratan & Logistik BPBD Sumbar Ade Edwar menjelaskan, secara fisik aliran air sepanjang Nagari Simpang, inti sungai Batang Buluh tidak terlalu lebar. Namun, karena di hulu Batang Mambang cukup besar, yang lalu membawa hanyut material sisa penebangan kayu aliran Batang Buluh, mengakibatkan tersumbatnya aliran pada Nagari Simpang di Kecamatan Simpang Alahan Mati  yang menjadi daerah terparah korban bencana banjir bandang.(fuz/rpg/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook