PEMBUNUHAN

Korban Pembunuhan Sadis Satu Keluarga di Solo Belum Diotopsi

Nasional | Minggu, 23 Agustus 2020 - 17:30 WIB

Korban Pembunuhan Sadis Satu Keluarga di Solo Belum Diotopsi
Kepolisian saat berada di lokasi rumah dugaan pembunuhan satu keluarga di Desa Duwet, Kecamatan Baki, Jumat (21/8) malam. (Foto: Iswara Bagus Novianto/Radar Solo)

SOLO (RIAUPOS.CO) - Geger pembunuhan sadis yang menimpa satu keluarga di Dusun Slemben, Desa Duwet, Kecamatan Baki, Sukoharjo masih mewarnai warga sekitar. Keempat korban dugaan pembunuhan yang dibawa ke RSUD dr Moewardi, Solo ini masih menunggu perintah dari pihak kepolisian. Hingga saat ini, jenazah satu keluarga tersebut masih berada di instalasi forensik RSUD.

Kepala Bidang Hukum dan Humas RSUD dr Moewardi Eko Haryati mengatakan, jenazah yang terdiri dari dua orang dewasa dan dua anak-anak ini tiba pada Sabtu (22/8) sekitar pukul 00.10. Setelah tiba, jenazah lansung dimasukkan dalam ruang jenazah.


“Kami belum mengetahui penyebabnya karena belum dilakukan tindakan. Kami belum melakukan autopsi karena belum ada surat permintaan dari pihak kepolisian yang menangani. Kami baru akan melakukan setelah ada dasarnya,” ujar Eko seperti dikutip Radar Solo.

Apakah ada batas waktu untuk penitipan jenazah? Eko mengatakan, selagi jenazah tersebut memiliki identitas jelas, maka tidak ada batasan penitipan. Berbeda hal apabila jenazah tersebut tidak dibekali identitas. Jika tidak ada yang mengakui dalam tempo tujuh hari, maka akan dimakamkan oleh pihak rumah sakit.

“Tapi kita berharap pihak kepolisian yang menangani segera memberi informasi terkait keberlangsungan jenazah ini. Apakah harus diautopsi atau tidak. Nanti hasil dari autopsi akan dikirim ke pihak Kepolisian. Biasanya hasilnya keluar sekitar tujuh hari pasca pemeriksaan,” papar Eko.

Diberitakan sebelumnya, warga Dusun Slemben RT 1 RW 5, Desa Duwet, Kecamatan Baki digegerkan dengan penemuan empat mayat dalam satu keluarga pada Jumat (21/8) malam. Informasi yang dihimpun dari lokasi kejadian, Jumat malam pukul 21.00, warga mencium bau tak sedap dari rumah Suranto. Saat itu rumah dalam kondisi gelap, namun jendela dalam kondisi terbuka.

Warga lalu menghubungi kakak korban, Maryono, 53. Setelah itu, lewat jendela warga masuk ke dalam rumah. Setelah dibuka, di dalam rumah ada tubuh tergeletak dengan bercak darah. Korban adalah Suranto, 43; Sri Handayani, 36; dan dua anak mereka, RR, kelas V SD serta DA, usia TK.

Maryono mengatakan, beberapa hari sebelum kejadian ada orang yang menginap di rumah Suranto. Namun saat kejadian pria yang menginap tadi tidak ada di lokasi.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook