Merawat anak adalah tanggung jawab ibu. Tugas ayah adalah bekerja. Namun, pada era modern sekarang ini, konsep itu tak berlaku. Di negara maju, perusahaan memperbolehkan lelaki untuk mengambil paternity leave alias cuti untuk merawat anak.
(RIAUPOS.CO) - CHOI Sang-min kaget ketika pengajuan cutinya disetujui dengan mudah. Bukan apa-apa, masalahnya, dia mengambil untuk merawat anak alias atau paternity leave. ’’Ini tidak seperti yang saya bayangkan karena saya dengar ketika kolega saya mengajukan hal yang sama beberapa tahun lalu, dia justru dipanggil ke ruangan bos untuk dinasihati,’’ ujar pegawai 37 tahun tersebut.
Namun, kini situasinya beda. Lelaki yang mengambil cuti untuk merawat anak menjadi hal yang biasa. Pria yang bekerja di Gwangju, Korsel, tersebut memiliki anak yang masih berusia setahun. Dia ingin merawatnya sendiri.
Hal serupa juga terjadi pada Yoon Hyo-suk. Ayah dua anak itu pernah mengambil cuti setahun dari perusahaan periklanan di Seoul selama setahun pada Juli 2019. Saat itu putranya berusia 2 dan 5 tahun.
’’Beberapa orang mencoba berbicara kepada saya terkait hal ini. Namun, sudah tidak ada lagi yang bergosip tentang mengapa pria harus cuti untuk menjaga anak,’’ tegas Yoon seperti dikutip Yonhap.
Paternity leave sedang tren di negara-negara maju. Berbeda dengan cuti hamil dan melahirkan yang hanya tiga bulan, jangka waktu cuti itu lebih panjang. Paternity leave diambil ketika sang suami ingin mengambil tongkat estafet kepengurusan anak dari istrinya. Di Korsel, ketika anaknya sudah besar, cutinya disebut childcare leave.
Pemerintah Jepang, Korsel, AS, dan beberapa negara maju mendukung penuh cuti itu. Jepang dan Korsel dikenal sebagai negara penduduk yang gila kerja. Lewat cuti tersebut, diharapkan biduk rumah tangga menjadi lebih stabil. Ujung-ujungnya, pasangan bisa menambah momongan. Hal itu penting karena angka kelahiran di Jepang dan Korsel terbilang rendah.
Berdasar data Kementerian Tenaga Kerja, pekerja di Korsel yang mengambil paternity leave pada 2020 naik 23 persen. Ada 27.423 pegawai swasta yang mengajukan cuti tahun lalu. Itu dua kali lipat lebih tinggi daripada pada 2017 yang hanya 12.042 orang. Sementara itu, childcare leave naik 6,5 persen. Pemerintah Korsel memperbolehkan pekerja mengambil cuti setahun untuk merawat anak usia 0–9 tahun.
’’Semakin muda kelompok usia Anda, Anda tidak menganggap bahwa membesarkan anak sebagai suami berarti membantu istri, tetapi sebagai tugas bersama yang dilakukan bersama,’’ terang Kwon Me-kyung, seorang peneliti di Institut Perawatan dan Pendidikan Anak Korea (KICCE).
Di AS, meski belum tinggi, tren tersebut sudah menjamur. Sosok yang terkenal adalah anggota Kongres Demokrat dari Texas Colin Allred. Pada 2019, dia adalah anggota kongres pertama yang mengambil paternity leave. Dia merupakan anggota kongres pertama yang jujur mengambil cuti merawat anak.
Tahun ini ketika anak keduanya lahir, Allred sekali lagi mengambil cuti itu. Dua anggota kongres lain juga sudah mengikuti jejaknya. Salah satunya adalah Seth Moulton dari Massachusetts.
Presiden AS Joe Biden melihat bahwa cuti untuk merawat anak memiliki banyak manfaat. Dalam pidato pertama di kongres, dia bahkan mengajukan proposal untuk memberikan gaji pada pekerja federal yang mengambil cuti tersebut.
Biden mengalokasikan 225 miliar dolar AS untuk satu dekade ke depan. Jika dilakukan secara bertahap, pekerja bisa mendapatkan 4 ribu dolar AS sebulan dengan maksimal total cuti berbayar 12 pekan. Itu bukan hanya untuk merawat bayi, melainkan juga untuk merawat anggota keluarga yang sakit.(sha/c12/bay/das)
Laporan JPG, Gwangju