JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Jenderal (Purn) TNI Fachrul Razi turut diundang Presiden Joko Widodo ke Istana Negara, Jakarta, Selasa (22/10). Usai bertemu Presiden Jokowi, dia mengatakan mendapat tawaran mengisi kursi menteri di Kabinet Kerja Jilid II.
Meski begitu, Fachrul belum mau mengungkapkan terkait posisi apa yang akan didudukinya. Dia menunggu Jokowi mengumumkan secara resmi pada Rabu (23/10).
“Posisinya apa saya nggak tahu, yang jelas banyak bercerita soal keamanan, pendidikan, masalah pembangunan SDM. Saya sulit menebak,” kata Fachrul.
Mantan Wakil Panglima TNI periode 1999-2000 itu menegaskan, kedatangannya bsebagai seorang profesional. Bukan mewakili partai politik.
Bergabungnya Fachrul menjadi calon menteri kabinet kerja Jokowi sedikit membawa isu miring. Bukan apa-apa, Prabowo Subianto juga menjadi calon menteri. Sedangkan keduanya memiliki sejarah yang kurang baik.
Fachrul termasuk salah satu anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) TNI yang menandatangani surat rekomendasi pemecatan Prabowo dari angkatan bersenjata pada 1998 silam. Itu setelah terjadinya kasus penculikan dan pelanggaran HAM pada 1998. Lembaran surat rekomendasi itu bahkan sempat viral pada Juni 2014.
Terkait hal itu, Fachrul menegaskan hubungannya dengan Prabowo baik-baik saja. Fachrul mengaku beberapa kali bertemu Prabowo dan masih saling sapa serta makan bersama.
“Secara pribadi tidak terganggu, kalau tidak pas, saya tidak setuju komandan, pak itu nggak pas. Menurut saya begini, tapi tidak membuat hubungan saya jadi jelek,” jelas Fachrul.
Meski begitu, Fachrul mengatakan belum berkomunikasi dengan Prabowo terkait kabinet. Namun, apabila memang Prabowo menjadi Menteri Pertahanan, dianggapnya sesuatu yang wajar. “Saya kira nggak apa-apa. Itu bidangnya dia (Prabowo),” pungkas Fachrul.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal