DPR Sebut Pembelian Pesawat Tempur Tua Rp12 T Boroskan Uang Negaran

Nasional | Kamis, 22 Juni 2023 - 17:05 WIB

DPR Sebut Pembelian Pesawat Tempur Tua Rp12 T Boroskan Uang Negaran
Ilustrasi. Pesawat tempur KFX/IFX-21 Boramae nomor 4 hasil kerja sama Indonesia dengan Korsel. (DISPENAU)

BAGIKAN



BACA JUGA


JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin mengungkapkan pembelian satu skuadron atau 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 dari Qatar yang menghabiskan anggaran sebesar USD 792 juta atau setara hampir Rp12 triliun, menghamburkan uang negara. Ia juga menyayangkan umur pesawat tempur itu sudah terlalu tua.
 
"Masalahnya, pesawat Mirage 2000-5 tersebut dibeli oleh AU Qatar dari Perancis pada akhir tahun 1980-an. Artinya, usianya sudah menginjak tiga dekade dan tersisa hanya 10 tahun untuk penggunaan," kata Hasanuddin kepada wartawan, Kamis (22/6).
 
Dikatakan, ini membuka fakta bahwa nantinya pesawat bekas tersebut hanya mendapat dukungan servis selama tiga tahun awal. Setelahnya sisanya tujuh tahun harus membayar mahal.
 
"Biaya perawatan pesawat tempur tidak murah, apalagi pesawat usia tua, apakah anggaran kita sudah siap?" cetusnya.
 
Hasanuddin menyebut, daripada harus membeli pesawat bekas, ia menyarankan lebih baik beli baru. Menurutnya jika dikalkulasikan, harga per unit untuk mirage 2000-5 bekas Qatar yang dibeli adalah sekitar USD 66 juta/unit.
 
"Kalau kita lihat rentang harga jet tempur baru di pasar global saat ini berkisar mulai dari USD 67 juta hingga USD 135 juta," bebernya.
 
Ia mengatakan, untuk pilihan jet tempur baru yang mendekati angka USD 66 juta ada Super Hornet (USD 67 jutaan/unit), F35A (USD 77 juta/unit), Gripen (USD 85 juta/unit), atau F-15 EX (USD 87 juta/unit).
 
Karena itu, dengan anggaran USD 792 juta atau hampir setara Rp12 triliun yang dialokasikan Kemhan untuk membeli Mirage 2000-5, sebenarnya bisa mendapatkan hampir satu skuadron jet tempur F-35A, SAAB Gripen, atau F-15 EX baru yang memiliki usia pakai lebih lama hingga 40 tahun, serta jaminan servis suku cadang yang lebih meyakinkan.
 
"Atau jika memungkinkan ditambah USD 150 juta, kita bisa dapat 1 skuadron  full  F-35A, SAAB Gripen, atau F-15 EX baru. Dan kita pasti punya efek gentar yang lebih dahsyat di ruang udara nasional dalam jangka panjang . Lalu kenapa harus memaksakan diri beli pesawat tua?" tegasnya.
 
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan (Kemhan) menyatakan, pembelian pesawat tempur bekas Angkatan Udara Qatar, Mirage 2000-5, merupakan upaya Pemerintah mencegah turunnya kesiapan tempur TNI Angkatan Udara mengingat beberapa jet tempur yang tersedia telah memasuki fase habis masa pakai.

Beberapa pesawat tempur TNI AU, antara lain F-5 Tiger dan Hawk 100/200 telah memasuki fase habis masa pakai, sehingga Kemhan berencana meremajakan (upgrade) dan memperbaiki (overhaul/repair) beberapa pesawat tempur TNI AU, seperti SU-27/30, Hawk 100/200, dan F-16.


"Namun, pelaksanaan upgrade dan overhaul/repair pesawat tersebut di atas akan menyebabkan penurunan kesiapan pesawat tempur TNI AU," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kemhan Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha dikonfirmasi di Jakarta, Kamis, (15/6).

Bawahan Menhan Prabowo Subianto ini juga menjelaskan, Pemerintah Indonesia juga membeli pesawat tempur baru, seperti Dassault Rafale dan F-15 Super Eagle. Namun, tiga unit Rafale pertama dijadwalkan tiba di Tanah Air pada Januari 2026, sebagaimana diatur dalam kontrak pembelian.

Sementara itu, proses pembelian F-15 Super Eagle masih dalam tahap pembahasan surat penawaran (letter of offer and acceptance) dari Pemerintah Amerika Serikat, mengingat F-15 dibeli dengan skema foreign military sales (FMS).

"Adapun alasan Kemhan RI melaksanakan pengadaan pesawat Mirage 2000-5 eks Angkatan Udara Qatar adalah karena Indonesia membutuhkan alutsista pesawat tempur yang bisa melaksanakan delivery (pengiriman) secara cepat untuk menutupi penurunan kesiapan tempur TNI AU yang disebabkan oleh banyaknya pesawat tempur TNI AU yang habis masa pakainya, banyaknya pesawat yang akan melaksanakan upgrade, overhaul/repair dan masih lamanya delivery pesawat pesanan pengadaan baru," pungkas Edwin.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook