Terlihat beberapa pengemudi yang menurunkan jendela mobilnya dan menyerahkan sejumlah uang. Kakek Enur menerimanya sambil membaca doa. Begitu terus dilakukannya ketika ada pengendara yang memberikan uang. Kondisi wajahnya yang berlubang membuat banyak orang iba.
Namun baru ’beberapa jam ’bekerja’’, aktivitas Enur terpaksa terhenti. Sekitar pukul 09.00, petugas Satpol PP Kota Bogor datang dan membawanya ke Kantor Satpol PP untuk diperiksa. Begitu juga dengan mobil Xenia yang kerap mengantarnya. Setelah dinterogasi petugas, Herman atau Kakek Enur diserahkan kepada Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bogor untuk pendataan.
Kepada wartawan, dia mengaku sudah mengemis sejak tahun 1980-an. Tahun pastinya dia tak hafal. Yang diingat saat itu Presidennya masih Soeharto. Jembatan Merah merupakan lokasi pertama dia mengamen.
Setelah itu terus berpindah-pindah. Sebelum menekuni dunia pengemis, Enur hanyalah petani biasa. Dia bahkan sempat pergi ke tanah suci pada tahun 1974 bersama istrinya. "Saya dapat warisan sawah sama rumah, tahun 74. Sawah kemudian saya jual saya pakai naik haji. Kalau mengemis saya mulai tahun 80-an di Jembatan Merah," ujar Enur kepada Radar Bogor (Jawa Pos Group).