Kakek Ini Mengemis Pakai Mobil dan Supir Pribadi

Nasional | Jumat, 22 Maret 2019 - 17:58 WIB

Kakek Ini Mengemis Pakai Mobil dan Supir Pribadi

BOGOR (RIAUPOS.CO) - Satu lagi, pengemis berpenghasilan tinggi ditemukan aparat. Namanya Herman alias Kakek Enur. Dia ditemui Satpol PP Kota Bogor Jawa Barat ketika mengemis, Rabu (20/3/2019).

Disebut kaya karena Kakek Enur bisa memperoleh penghasilan Rp150 ribu- Rp250 ribu dalam sehari. Bahkan ketika sedang ramai, dia bisa membawa pulang uang Rp400 ribu per hari.
Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pagi itu Kakek Enur sebenarnya sudah diingatkan anaknya agar jangan dulu mengemis karena sedang viral di media sosial. Tetapi, Kakek Enur tetap saja pergi. Lelaki yang sudah berusia 87 tahun itu tetap keluar rumah. Dia naik mobil Xenia ke kota dari rumahnya yang berlokasi di Kampung Cisauk RT05/01 Desa Cemplang, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Dia tiba di simpang Yasmin, Jalan KH Abdullah Bin Nuh, Kota Bogor sekitar pukul 06.00. Seperti biasa Kakek Enur langsung mengemis. Ketika lampu lalu lintas berwarna merah dia mulai berjalan dari satu mobil ke mobil yang lain.

Terlihat beberapa pengemudi yang menurunkan jendela mobilnya dan menyerahkan sejumlah uang. Kakek Enur menerimanya sambil membaca doa. Begitu terus dilakukannya ketika ada pengendara yang memberikan uang. Kondisi wajahnya yang berlubang membuat banyak orang iba.

Namun baru ’beberapa jam ’bekerja’’, aktivitas Enur terpaksa terhenti. Sekitar pukul 09.00, petugas Satpol PP Kota Bogor datang dan membawanya ke Kantor Satpol PP untuk diperiksa. Begitu juga dengan mobil Xenia yang kerap mengantarnya. Setelah dinterogasi petugas, Herman atau Kakek Enur diserahkan kepada Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bogor untuk pendataan.

Kepada wartawan, dia mengaku sudah mengemis sejak tahun 1980-an. Tahun pastinya dia tak hafal. Yang diingat saat itu Presidennya masih Soeharto. Jembatan Merah merupakan lokasi pertama dia mengamen.

Setelah itu terus berpindah-pindah. Sebelum menekuni dunia pengemis, Enur hanyalah petani biasa. Dia bahkan sempat pergi ke tanah suci pada tahun 1974 bersama istrinya. "Saya dapat warisan sawah sama rumah, tahun 74. Sawah kemudian saya jual saya pakai naik haji. Kalau mengemis saya mulai tahun 80-an di Jembatan Merah," ujar Enur kepada Radar Bogor (Jawa Pos Group).









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook