INDRAMAYU (RIAUPOS.CO) - Nina Listiana takut dan bingung. Anaknya yang baru berumur 8 tahun, Muhammad Zulzalaly Wal Ikhrom, tanpa sengaja menelan kunci gembok rumahnya.
Berdasar hasil rontgen, kunci itu sekarang berada di lambung bocah yang biasa dipanggil Zul tersebut. Menurut dokter, pengambilan kunci tersebut harus dilakukan melalui cara endoskopi oleh dokter spesialis bedah anak maupun spesialis bedah lain.
Tapi, bocah yatim itu terkendala biaya. Nina, sang ibu, hanya seorang buruh cuci dengan penghasilan Rp50 ribu sehari dan harus merawat tiga anak. Suaminya telah meninggal saat Zul masih berusia 7 bulan.
Perempuan 40 tahun itu juga tak punya BPJS Kesehatan, KIS (kartu Indonesia sehat), bahkan tak pernah mendapat pembagian BLT (bantuan langsung tunai). Saat Zul ditangani di RSUD Indramayu setelah kunci gembok yang tak sengaja dia telan pada Rabu (14/9) pekan lalu itu, Nina harus membayar biaya perawatannya. Untuk itu, dia terpaksa berutang ke sejumlah tetangga. "Saya terpaksa pinjam uang Rp1 juta ke tetangga. Itu pinjam dari sepuluh orang," kata warga Kelurahan Lemahabang, Kabupaten Indramayu, itu kepada Radar Indramayu, Selasa (20/9).
Zul menceritakan, peristiwa itu terjadi saat dirinya baru selesai mengerjakan tugas sekolah dan main ponsel sambil berbaring. "Saya lagi main HP sambil tiduran, terus kuncinya saya gigit-gigit. Saya tuh ngantuk dan ketiduran, terus gak sengaja kuncinya ketelan," ujar Zul.
Zul langsung berusaha memuntahkan kunci tersebut. Namun, kunci sebesar ibu jari itu tersangkut di kerongkongannya dan tidak bisa dikeluarkan. Hingga kemarin, bagian lehernya masih tampak kehitaman.
Panik, Nina langsung membawa anak ketiganya itu ke salah satu klinik. Namun, petugas di klinik tidak bisa menangani dan mengarahkannya ke RSUD Indramayu.
Berdasar hasil pemeriksaan di RSUD Indramayu, kunci gembok itu ternyata telah bersarang di dalam lambung Zul. Namun, pihak RSUD Indramayu tidak bisa menangani lebih lanjut sehingga merujuknya ke RS Gunung Jati Cirebon. Itulah yang membuat Nina bingung karena tidak memiliki biaya. Penghasilannya dari menjadi buruh cuci pakaian hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Nina menyatakan, saat ini kartu BPJS Kesehatan-nya sedang diurus pihak kelurahan setempat. Tapi, dia tidak tahu kapan kartu tersebut selesai.
Tidak adanya kartu BPJS Kesehatan itu telah menghambat pelaksanaan operasi pengambilan kunci dari dalam perut Zul. Operasi baru dilakukan jika kartu BPJS Kesehatan miliknya telah aktif.
Nina pun khawatir akan kondisi anaknya. Meski, dia mengakui anaknya hingga kini masih bisa makan seperti biasa. "Kemarin sih badannya sempat demam. Kalau makannya normal, malah sekarang lebih lahap dari biasanya," kata Nina.
Sementara itu, Dirut RSUD Indramayu Deden Bonni Koswara menjelaskan, pasien Zul datang ke rumah sakit yang dipimpinnya pada 14 September pukul 23.30 WIB atau 15 menit setelah menelan kunci tersebut. Berdasar hasil pemeriksaan, Zul berkondisi baik dan tidak ada yang mengkhawatirkan atau memengaruhi secara fisik. Zul juga tidak mengalami kelainan medis. "Dari hasil rontgen, kunci itu ada di lambung," ujar Deden.
Deden menyatakan, pasien tersebut memang tidak memiliki BPJS Kesehatan. Karena itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepala dinas kesehatan dan mengajukan pasien itu sebagai penerima bantuan iuran (PBI) atau peserta bukan penerima upah (PBPU) pemda.
"Jadi, preminya dibayar pemda. Cuma, tidak bisa langsung. Itu aktifnya 1 Oktober 2022," kata Deden.
Meski demikian, lanjut Deden, jika sebelum 1 Oktober Zul mengalami kondisi yang memerlukan penanganan segera, misalnya kunci itu sampai turun ke usus atau ada infeksi, pihaknya akan melakukan operasi di RSUD Indramayu.(oet/c19/ttg/jpg)