PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Bulan nan suci, Ramadan sudah di penghujung. Syawal pun menyambut datang. Menyambut hari raya Idulfitri 1 Syawal 1444 Hijriah ini, pemerintah menetapkan hari raya pada Sabtu (22/4/2023). Namun, hari ini, Jumat (21/4/2023) sebagian umat islam di tanah air sudah mulai berhari raya dan melaksanakan salat ied pagi ini.
Umat Muslim pun dianjurkan melakukan berbagai amalan, seperti membayar Zakat Fitrah dan Salat Ied, saat Hari Raya Idulfitri tiba. Salat Ied sendiri hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan) sejak disyariatkanya pada tahun kedua hijriah. Rasulullah selalu melaksanakannya hingga beliau wafat dan dilanjutkan oleh umatnya sampai sekarang.
Secara umum syarat dan rukun salat Idulfitri sama sebagaimana salat fardhu lima waktu. Hanya, ada beberapa tambahan teknis yang sifatnya sunnah. Adapun waktu pelaksanaan salat dimulai sejak matahari terbit sampai masuk waktu salat dhuhur.
Berbeda dari shalat Iduladha yang dianjurkan mengawalkan waktu untuk memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat yang hendak berkurban selepas rangkaian salat id, salat Idul Fitri disunnahkan memperlambatnya. Hal ini untuk memberi kesempatan mereka yang belum berzakat fitrah.
Berikut adalah tata cara shalat Idul Fitri sebagaimana dikutip dari NU Online:
1. Pertama adalah niat shalat Idul Fitri di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram (membaca Allâhu akbar), dan disunnahkan untuk melafalkan niat sebelumnya. Berikut lafal niatnya, أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِاْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَــالَى
Ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini ma’mûman (jika jadi imam pakai “imaman”) lillâhi ta’âlâ Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”
2. Membaca doa ifititah, kemudian disunnahkan untuk tabir sebanyak tujuh kali. Di sela-sela tiap takbir dianjurkan untuk membaca lafal berikut,
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا Allâhu akbar kabîran, wal ḫamdulillâhi katsîran, wa subḫânallâhi bukratan wa ashîla Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”
Atau bisa juga lafal ini, سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ Subḫânallâhi wal ḫamdulillâhi wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”
3. Membaca surat Al-Fatihah. Setelah itu disunnahkan untuk membaca surat Al-A’la, lalu dilanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.
4. Setelah takbir untuk berdiri rakaat kedua, disunnahkan untuk takbir sebanyak lima kali seperti takbir pada rakaat pertama. Kemudian membaca surat Al-Fatihah dan dianjurkan membaca surat Al-Ghasiyah. Lalu lanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.
5. Selesai salam, jamaah dianjurkan untuk mendengarkan khutbah yang disampaikan khatib terlebih dulu, jangan dulu beranjak dari tempat.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra