DERITA WARGA ROHINGYA, MYANMAR

Selamat dari Pembantaian, Jadi Pengemis di Medan

Nasional | Selasa, 21 Januari 2014 - 08:55 WIB

MEDAN (RIAUPOS.CO) - Seorang warga negara Myanmar yang jadi korban tragedi pembantaian Rohingya nyasar ke Polsek Percut Sei Tuan, Medan, Sumut, Ahad (19/1) siang.

Imigran bernama Ziauddin (26) asal Nol Boinna, Poschim Para, Muangdaw, Myanmar itu mengaku, hasil dari mengemisnya di Medan sudah tak cukup lagi untuk memenuhi keperluan  sehari-hari. Bagaimana Ziauddin bisa sampai ke Medan?

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Saat kisruh di negaranya, Ziauddin berhasil kabur dan sudah 3,9 tahun menetap di Indonesia. Pria bertubuh tegap yang sudah mengerti bahasa Indonesia itu semula terdampar di kawasan Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Ziauddin memiliki sanak saudara lagi di negara asalnya. Semua keluarganya tewas terbunuh dalam konflik tersebut.

Ia sendiri selamat setelah berhasil kabur bersama puluhan warga senegaranya menumpangi kapal tongkang secara ilegal hingga sampai ke perairan Nangroe Aceh Darusallam.

”Ibu, bapak, kakak, adik dibunuh di Myanmar. Kami naik kapal ke Indonesia. Semua laki-laki yang lari dari Myanmar waktu itu. Termasuk aku juga,” kata pria yang nampak kelelahan karena kurang tidur dan kelaparan itu.

Beberapa tahun di Aceh, Ziauddin pun kembali bersama rekan-rekannya menuju Kupang. Di sana para imigran ini tinggal di penampungan yang disediakan oleh pemerintahan Indonesia. Setelah itu, Ziauddin pun memilih datang ke Medan.

Sampai di Medan, pria berkulit hitam ini sempat tinggal di penampungan Hotel Pelangi, Padang Bulan. Di situ, setiap bulan Ziauddin bersama imigran lainnya mendapatkan bantuan dari UNHCR berupa bahan makanan dan sejumlah uang.

Akan tetapi, karena statusnya lajang, ia kerap diperlakukan tak adil oleh rekan-rekannya.

Bantuan yang jatahnya kerap dirampas rekannya yang telah berkeluarga. Karena tak tahan, sekira 2 bulan silam, Ziauddin memilih meninggalkan Hotel Pelangi. Ia berjalan kaki mengitari kota Medan. Sejak saat itulah, hidupnya terlunta-lunta.

Untuk bisa makan, mau tak mau Ziauddin terpaksa mengemis.

”Aku sendirian, sudah berkali-kali datang ke police office (kantor polisi). Supaya makan saya minta uang sama orang, kadang dikasih, aku makan. Saya jalan kaki terus mau ke Rudenim. Di situ ada juga teman dari Myanmar,” kata pria yang mengaku sudah dua bulan tidur di jalanan itu.

Sementara itu, Kapolsek Percut Sei Tuan Kompol Ronald Sipayung, SIK mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak imigrasi. ”Secepatnya akan kita koordinasikan ke pihak Imigrasi,” ujarnya.(rpg/ade)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook