JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menilai kesaksian keponakannya, Hairul Anas dalam sidang sengketa Pilpres di MK masih mentah. Penilaian itu disampaikannya setelah menyimak keterangan Hairul untuk pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Rabu (19/6/2019) malam.
’’Soal kesaksiannya sih mentah menurut saya. Pertama, dia mengatakan ada pidato dari Moeldoko bahwa di demokrasi itu biasa curang. Semua orang kan bilang begitu. Tidak hanya Moeldoko,’’ kata Mahfud, di Kantor BPIP, Jakarta pada Kamis (20/6/2019).
Akan tetapi, katanya, Moeldoko tidak menyuruh orang untuk melakukan kecurangan. Menurut Mahfud, Ketua Harian Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - Ma’ruf itu cuma mengatakan bahwa dalam demokrasi, kecurangan itu biasa terjadi.
’’Tapi tidak mengajak curang kan. Wong di bukunya Magnis Suseno itu ada buku etika politik dikatakan etika politik itu penting. Tapi etika politik itu tidak ada di lapangan, hanya ada di bangku kuliah. Kan sama dengan mengatakan itu,’’ terang Mahfud.
Hairul juga mengatakan bahwa TKN menyerukan agar pemilih golput biar 01 menang. Hal itu menurutnya terbalik karena Joko Widodo alias Jokowi dan TKN justru mengampanyekan agar jangan golput. Sebab berdasarkan survei, 73 persen pemilih milenial yang mengaku akan golput justru bakal memilih Jokowi.
’’Anak-anak milenial itu kan (bilang) ’saya golput saja, males ke TPS’. Tapi seandainya anda milih, milih siapa? Milih Jokowi 73 persen, masak mau nyuruh golput. Oleh sebab itu, TKN lalu bicara jangan golput. Itu saya kira keliru (kekeliruan Hairul-red),’’ tuturnya.