JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Polemik pascadikeluarkannya nama-nama 200 penceramah yang direkomendasikan Kementerian Agama terus berlanjut. Sebab, banyak ulama yang tidak masuk ke dalam rekomendasi tersebut.
Salah satu tanggapan datang dari anggota Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat Anton Tabah Digdoyo. Menurut Anton Kemenag harus menjelaskan kepada publik dasar dari dikeluarkannya rekomendasi 200 mubalig tersebut.
"Menteri Agama RI membuat edaran daftar 200 ustadz baik yang boleh didengar nasihat dan tausiyahnya. Tapi banyak ustad atau dai yang jadi idola umat justru tidak masuk dalam list tersebut. Inilah yang dianggap aneh oleh umat," kata Anton dalam keterangan tertulis, Minggu (20/5/2018).
Menurut Anton, Kemenag seharusnya dapat menjelaskan dasar dan kriteria para ulama yang namanya tercantum ke dalam rekomendasi 200 penceramah. "Memang ini (rekomendasi 200 penceramah) jadi blunder bagi Menag juga, birokrat rezim ini makin kolaps semua jadi salah langkah," ujar Anton.
Anton menilai, apa yang dilakukan oleh Kemenag telah menunjukan kegalauannya dalam menghadapi dinamika masyarakat yang semakin tak percaya pada pemerintah. Hal ini terlihat setelah sebelumnya ada strategi registrasi ustad dan melarang bicara politik di dalam masjid.
"Semua kandas karena memang tanpa dasar hukum yang kuat, justru melanggar konstitusi amanat UUD 1945 sudah sangat jelas WNI wajib beragama dan taat menjalankan ibadah agamanya sesuai kitab sucinya," tegas Anton.
Lebih lanjut, mantan jenderal polisi bintang satu ini menilai para pendiri NKRI sangat anti sekuler dan anti liberal karena memang tidak cocok dengan ideologi bangsa yakni Pancasila. Kini Kemenag seakan membuat lelucon dengan mengeluarkan rekomendasi 200 penceramah yang boleh didengar nasihatnya.
Rekomendasi Kemenag itupun, katanya, justru menjadi bahan tertawaan rakyat. "Oh, kasihan kau Kemenag!" katanya.(rdw)
Sumber: JPC
Editor: Fopin A Sinaga