Aceh Jadi Rujukan Perdamaian

Nasional | Kamis, 19 Desember 2013 - 07:11 WIB

BANDA ACEH (RP) - Provinsi Aceh akan menjadi rujukan bagi negara yang sedang dilanda konflik.

Hal ini disampaikan Prof Kamarulzaman Askandar Phd, penasihat atau pendamping dari Filipina saat berkunjung ke Pendopo Gubernur Aceh dalam rangka mengadopsi MoU Helsinki dan UUPA, Rabu (18/12).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dikatakannya, di Filipina perlu mengadopsi undang-undang pemerintah Aceh. Di negara Filipina, bangsa Moro tidak jauh beda apa yang dirasakan masyarakat Aceh di kala konflik.

”Bila dilihat bangsa Moro hampir sama proses yang dilalui masyarakat Aceh, untuk kami perlu mengadopsi perdamaian di Aceh,” ungkapnya.

Selain perwakilan negara Filipina, ada perwakilan dari Islam Pattani, Thailand yang ingin mengadopsi undang-undang atau perdamaian MoU Helsinki yang sudah berjalan di Aceh.

”Hadir dari delegasi Filipina ada 17 orang, sedangkan dari Thailand ada 30 orang,” jelas Prof Kamarulzaman.

Pertemuan ini katanya, dari Filipina menghadirkan ahli komisi transisi yang akan membuat undang-undang untuk bangsa Moro. Undang-undang yang akan dibuat terutama dalam pembagian kekuasaan dan pembagian hasil bumi.

”Bangsa Moro dengan pemerintah Filipina sudah ada penandatanganan perjanjian perdamaian,” imbuhnya.

Sementara itu, Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah menyambut baik untuk saling memberikan masukan dan informasi yang akan diadopsi di Aceh.

”Sebelum Aceh damai dan aman juga melalui perjuangan panjang, hampir 30 tahun lamanya. Hingga perdamaian berbuah hasil dapat dinikmati seluruh rakyat Aceh,” kata gubernur.

Sejak perdamaian berjalan di Aceh sebutnya, sistem demokrasi berjalan dengan baik di semua sektor. 2007 perkembangan ekonomi perlahan pasti, investor mulai berdatang untuk menanamkan modalnya.

Di hadapan pertemuan ini, Gubernur Aceh mengatakan, masalah aksi atau demo hal biasa terjadi, bukan hanya di pemerintah Aceh akan tetapi sering terjadi di wilayah Indonesia.

Aceh dapat menjalani dengan udara segar dari konflik yang berkepanjangan, tidak terlepas dari komitmen kedua belah pihak menyelesaikan konflik.

”Perdamaian Aceh melibatkan delegasi dalam negeri maupun luar negeri. Perdamaian yang terjadi di Helsinki, Finlandia melibatkan sejumlah tokoh perdamaian,” tutup Gubernur Aceh yang akrap disapa Doto Zaini itu.(ade)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook