JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono menegaskan Pendidikan Pancasila menjadi mata pelajaran (mapel) wajib. Tidak hanya di jenjang pendidikan dasar (dikdas) saja. Tetapi di semua jenjang, hingga di level pendidikan tinggi (dikti).
Pesan tersebut disampaikan Karjono saat memberikan paparan dalam Temu Ilmiah Nasional Guru (TING) XIV secara virtual Sabtu (19/11). "Kenapa harus Pancasila? Kenapa wajib diterapkan jadi mata pelajaran," kata Karjono.
Dia menerapkan pasca era reformasi 1998 lalu, terjadi kondosi yang kebablasan sekali. Dia mencontohkan terbitnya Undang-Undang 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Karjono mengatakan keluarnya UU Sisdiknas itu, mencabut UU serupa yang terbit pada 1989 lalu.
"(UU Sisdiknas, Red) memprihatinkan karena tidak ada mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Tidak diwajibkan," uangkap Karjono dalam temu ilmiah yang digelar Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka itu. Sebagai gantinya dikeluarkan mata pelajaran Kewarganegaraan.
Karjono mengatakan tidakadanya mapel Pancasila tersebut tidak bisa dibiarkan. Sebab bisa membentengi generasi muda dari paham atau ideologi asing. Apalagi saat ini generasi muda begitu erat dengan perangkat digital. Bahkan pengaruh ideologi asing juga ditengarai merambah ke unsur aparatur sipil negara (ASN), Polri, dan TNI.
Dia bersyukur akhirnya keluar Peraturan Pemerintah (PP) 4/2022 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang terbaru. Di dalam PP tersebur ditetapkan bahwa Pendidikan Pancasila dijadikan mata pelajaran wajib. Mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai pendidikan tinggi.
Karjono mengatakan saat ini BPIP sudah menyiapkan 15 buku Pendidikan Pancasila untuk semua jenjang. Sementara itu Kemendikbudristek menyiapkan modul pembelajarannya. Dia mengatakan konten atau materi pelajaran Pendidikan Pancasila sekarang berbeda dengan sebelumnya.
"Materinya sekarang 70 persen Pancasila dalam tindakan atau Pancasila in action," tuturnya. Sisanya 30 persen soal teori Pancasila. Dengan materi seperti itu, diharapkan pembelajaran Pendidikan Pancasila lebih mudah dan menyenangkan. Berbeda dengan zaman dahulu, pembelajaran Pancasila lebih dominan teori saja.
Karjono menyambut baik adanya Kurikulum Merdeka yang ditetapkan oleh Kemendikbudristek. Dia berharap pembelajaran Pendidikan Pancasila bisa semakin maksimal dalam Kurikulum Merdeka tersebut dan bisa mencetak generasi Pancasila.
Dalam forum yang sama Dekan FKIP UT Ucu Rahayu mengatakan guru memiliki peran yang penting. Khususnya dalam menyiapkan Generasi Emas 2045 nanti. Dia mengatakan generasi emas itu harus cerdas komprehensif. Kemisian produktif serta sehat dalam berinteraksi dengan sosial. "Untuk mewujudkannya butuh kurikulum yang tepat. Kurikulum Merdeka adalah pilihan yang tepat," katanya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi