JAKARTA (RIAUPOS.CO)–Tak lama lagi harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax dan pertalite akan turun. Penurunan ini diikuti premium. Bahan bakar oktan 88 tersebut dipastikan dijual lebih murah mulai 1 April 2016 mendatang.
Menteri ESDM Sudirman Said menjelaskan kepada wartawan, ada dua faktor yang menunjang penurunan harga bensin. Salah satunya, penurunan harga minyak dunia sehingga berada di bawah asumsi harga minyak dalam APBN. Kemudian faktor kedua, karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga terus menguat selama tiga bulan terakhir.
"Jika dilihat dari seluruh aspek, sudah pasti ada penurunan. Berapa besarannya, tunggu saja. Masih dibahas," kata Sudirman Said.
Kendati harga minyak masih berkisar 40 dolar AS per barel, pemerintah tetap konsisten me-review harga BBM setiap tiga bulan sekali. Perubahan harga terakhir terjadi awal Januari 2016 lalu. Saat itu harga premium di Jawa, Madura, dan Bali turun dari Rp7.400 per liter menjadi Rp7.050 per liter.
Sudirman juga belum bisa memastikan rencana pencabutan subsidi solar. Kendati begitu, Sudirman mengakui telah mendapat masukan soal pencabutan subsidi solar sehingga harga bahan bakar mobil niaga itu menjadi Rp6.650 per liter.
Januari 2016 lalu, harga solar diturunkan dari Rp6.700 per liter menjadi Rp5.650 per liter. Pemerintah saat itu memutuskan tetap menyubsidi solar karena mempertimbangkan dampak terhadap inflasi. Pemerintah menilai kondisi ekonomi saat ini sudah lebih baik bila dibandingkan dengan awal tahun lalu. Karena itu, pemerintah menilai kenaikan harga solar tak berpengaruh besar terhadap makroekonomi.
Dalam penjelasannya kepada wartawan di kantornya Jumat (18/3/2016), Sudirman Said menyinggung soal kebijakan energi baru dan terbarukan (EBT). Dia memastikan rencana pengembangan EBT tak akan berhenti meski harga minyak saat ini sedang turun dan murah.
Alasannya, harga minyak dunia bisa saja rebound setiap saat meski diyakini tak akan setinggi pada 2008–2009 yang mencapai 100,01 dolar AS per barel. "Kedaulatan energi terjadi ketika kita menggarap potensi yang dimiliki. Potensi kita begitu besar, tapi sedikit yang digarap," ujarnya.
Laporan : dim/c14/noe/flo/jpnn
Editor : Aznil Fajri