JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Bisnis penyeberangan ditengarai tumbuh positif sampai akhir tahun ini. PT ASDP Indonesia Ferry mencatatkan tren pertumbuhan penumpang dan kendaraan sepanjang semester I 2023. Di sektor logistik, diperkirakan angkutan-angkutan jalur laut juga meningkat seiring dengan mulai pulihnya aktivitas perekonomian.
Direktur Utama ASDP Ira Puspadewi menyatakan, manajemen optimistis bisnis penyeberangan bertumbuh baik hingga akhir tahun ini. ‘’Laju bisnis berjalan baik. Semester I 2023 mencatat performa kinerja yang baik. Jumlah penumpang yang dilayani di pelabuhan sebanyak 23,1 juta orang dan 4,8 juta kendaraan serta 867.856 ton barang. Total produksi kendaraan pada semester I 2023 naik 6 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,” bebernya.
Dari angka tersebut, ASDP berhasil membukukan pendapatan konsolidasi Rp2,36 triliun atau meningkat 16 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dan mencetak laba Rp311 miliar.
Tahun ini ASDP membidik target penumpang 51 juta orang; 6,5 juta unit kendaraan roda dua dan tiga; serta 6,6 juta unit kendaraan roda empat. Total barang yang diangkut adalah 1,9 juta ton. ”Untuk pendapatan, Rp5,6 triliun dengan capaian laba bersih sekitar Rp700 miliar,” ujarnya.
Sementara itu, terkait dengan angkutan jalur laut, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menargetkan biaya logistik turun menjadi 9 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2045. Sejauh ini, hasil kajian logistik yang dilakukan Bappenas, biaya logistik domestik mencapai 14,29 persen dari PDB.
Guna menurunkan biaya logistik, Bappenas telah melakukan pengukuran dengan metode input-output serta menghitung tiga komponen utama. Yakni, biaya transportasi, biaya pergudangan dan penyimpanan persediaan atau inventory, serta biaya administrasi. Penghitungan itu akan dilakukan setiap tahun bersama dengan kementerian, lembaga, akademisi, asosiasi logistik, dan berbagai mitra pembangunan. Diharapkan, biaya logistik semakin efisien.
Wakil Kepala Badan Logistik dan Rantai Pasok Kadin Erwin Raza berharap target tersebut juga diikuti dengan realisasi yang akurat. Jadi, pengusaha dapat merasakan langsung di lapangan. ”Tidak akan menggambarkan apa-apa kalau biaya logistiknya rendah, tapi kecepatannya lambat, keandalannya kurang, dan mengandung risiko,” tegasnya.
Erwin menjelaskan, para pengusaha atau pelaku bisnis itu bakal melihat sejumlah unsur dalam kegiatan logistik. Mulai keandalan, kecepatan, risiko, keselamatan, hingga ketahanan. Unsur-unsur itu juga perlu dijadikan ukuran dalam menghitung kinerja logistik per tahun selain ongkos transportasi dan gudang, biaya penyimpanan persediaan, hingga biaya administrasi. ”Nah, ini harus kita formulasikan bersama-sama,” tuturnya.(agf/dio/jpg)