Sinabung Semburkan Lava dan Bola Api, Warga Panik

Nasional | Rabu, 18 September 2013 - 10:47 WIB

KUTA GUGUNG (RP) - Gunung Sinabung di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara kembali meletus (erupsi) dua kali, Selasa (17/9) sekitar pukul 12.03 WIB dan 16.19 WIB. Letusan itu merupakan kali kedua setelah letusan pertama pada Ahad (15/9) sekitar pukul 03.00 WIB lalu.

Letusan ditandai dengan keluarnya lava pijar dari kawah gunung setinggi 2.451 mdpl itu. Material letusan tampak jelas dari Pos Pemantauan Gunung Sinabung yang berada sekitar 5 Km dari kawah.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Letusan yang keluar memuntahkan material berupa debu vulkanik setinggi 3 Km, hingga terlihat sampai daerah Bandar Baru, Delisedang.

Selain itu, lava dan bola api juga muncul. Arah angin yang bertiup ke Timur waktu membawa debu vulkanik ke sekitar Kecamatan Berastagi, Merdeka, dan Simpang Empat.

Sehingga, hampir seluruh Kota Berastagi tertutup debu vulkanik. Letusan gunung berapi itu menyebabkan satu orang meninggal dunia yakni Danu Pelawi (72), penduduk Desa Batu Karang, Kecamatan Payung. Korban meninggal diduga mengalami sakit jantung, terkejut mendengar letusan itu hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.  

Tidak hanya itu, begitu letusan terjadi, warga panik langsung berusaha meninggalkan rumah. Menggunakan kendaraan yang ada, menuju arah lokasi yang aman di Kecamatan Kabanjahe maupun Kecamatan Berastagi.

Kepanikan itu sempat menyebabkan terjadi kecelakaan di Kecamatan Simpang Empat. Sebuah motor tertabrak mobil. Dua korban berboncengan sepeda motor yang ditabrak tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit.  

Sedangkan warga yang masih bermukim di sekitar gunung ketakutan. Sebagian warga yang tadinya meninggalkan pengungsian untuk pulang memberi makan ternak dan memanen ladang mereka, buru-buru segera berlari untuk balik ke pengungsian hingga melarikan diri ke daerah yang lebih aman.

Jambur pun mendadak disesaki anak anak, remaja, orangtua dan manula yang berbondong-bondong datang. Tangisan dan jeritan pecah dari kamp pengungsian di Desa Payung itu.

Warga Desa Payung yang berdondong datang ke Desa Payung untuk mengungsi, membuat arus jalan padat seketika dari dan menuju Tiga Nderket.

Untung petugas berwenang dari Kecamatan Payung, jajaran TNI dan Polri serta relawan GBKP langsung mengumumkan kalau letusan yang baru saja terjadi hanya berbahaya pada radius 3 Km.

Begitu juga penduduk di Kota Berastagi memilih menutup usahanya. Seperti terlihat di pusat pertokoan Jalan Veteran dan Pasar Buah. Kota Wisata Brastagi berjarak sekira 15 kilometer dari Gunung Sinabung.

Kota ini terbilang cukup rawan dari abu vulkanik karena landscape kota tersebut berada di sekitar lembah di antara dataran tinggi di sekitar Gunung Sinabung.

Hutan di Lereng Terbakar

Letusan Gunung Sinabung juga menyebabkan kebakaran hutan di lereng gunung. Ada dua titik lokasi kebakaran dan asap kebakaran hutan itu masih terlihat, Selasa (17/9).

Kawasan hutan yang terbakar itu berada di sisi Desa Simacem dan Desa Bekerah, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut).

Asapnya bisa terlihat dari kawasan Kecamatan Simpang Empat. ‘’Ada dua titik kebakaran. Dari sini, tidak nampak api, hanya asap,’’ kata Wira PL, salah seorang warga yang menyaksikan aktivitas gunung dari Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat.

Kebakaran hutan ini terjadi bersamaan dengan letusan yang terjadi sekitar pukul 12.00 WIB. Sumber api kemungkinan berasal dari material lahar yang keluar dari kepundan. ‘’Laharnya tidak nampak dari sini, mungkin karena sedikit,’’ kata Wira.

Kepala Pos Pemantauan Gunung Sinabung, Armen Putra mengatakan, letusan kali ini juga tidak menyebabkan gempa yang kuat, namun tekanan asap dari kawah menjulang cukup tinggi.

‘’Amplitudo tremornya paling sekitar 3-6 milimeter. Tekanan asapnya mencapai 3 Km. Kandungan debu vulkaniknya pun tak terlalu banyak karena asapnya relatif berwarna putih,’’ ujarnya.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi (PVMBG) Hendrasto mengatakan, letusan diawali oleh gerakan gempa vulkanik yang sebenarnya lebih rendah dari sebelumnya.

Tercatat, sepanjang, Selasa ( 17/9) antara pukul 00.00-12.00 WIB gempa vulkanik terjadi di bawah 10 kali, jauh di bawah yang berlangsung dua hari lalu yang masih di atas 10 kali.

‘’Letusan kembali terjadi adalah bagian dari sisa energi yang belum sepenuhnya keluar ketika Sinabung meletus di 2010. Pelepasan energi itu bisa saja akan terjadi lagi, walaupun tidak dapat dipastikan kapan, baik dalam bentuk letusan maupun hembusan,’’ ujarnya.

Hingga kini, lanjutnya, pihaknya tetap menetapkan status siaga (level III) bagi Gunung Api Sinabung. ‘’Tidak ada perubahan status, kita masih siaga karena belum adanya kestabilan kegempaan dan tremor di Sinabung. Kita berharap ini dapat dipahami semua pihak,’’ tegasnya.  

Pascaterjadinya letusan dan hembusan kemarin, beberapa jam kemudian aktivitas perekonomian, utamanya di kota Brastagi kembali normal. Masyarakat memilih melanjutkan aktivitasnya dengan menggunakan masker guna menjaga kesehatan mereka.

Abu Vulkanik Ganggu Penerbangan

Letusan Gunung Sinabung yang mengeluarkan abu vulkanik, mengganghgu akitivitas penerbangan di Bandara Internasional Kualanamu. Abu vulkanik dari letusan sinabung hanya mempengaruhi penerbangan pesawat yang terbangnya di bawah 10.000 kaki.

‘’Pesawat kecil yang ketinggian terbangnya sekitar 10.000 kaki saja, karena debunya yang terganggu. Kalau pesawat-pesawat besar belum begitu mempengaruhi,’’ kata Kepala Analisa data dan informasi BMKG Bandara Kualanamu International Airport, Mega Sirait Selasa (17/9).

Dikatakan Mega, dari sejumlah penerbangan, hanya pesawat kecil, seperti Susi Air yang sempat ditunda, karena ketinggian terbangnya yang rendah. ‘’Kemungkinan hanya Susi Air yang sempat di-cancel karena terbangnya yang tidak terlalu tinggi,’’ sebut Mega.

Sementara itu Airport Duty Manager Djamal Amri mengatakan, sejumlah pesawat yang ingin landing-take off di run way 23 sempat terganggu sejak pukul 10.00-12.00 WIB.

‘’Tapi letusan pada pukul 14.00 WIB, sama sekali belum mengganggu aktivitas penerbangan. Semua pesawat dapat menggunakan run way 23 untuk landing maupun take off,’’ sebutnya.

Dikatakan Djamal, untuk mengantisipasi dampak debu vulkanik terhadap penerbangan di Kualanamu, pihaknya selalu menginformasikan perkembangan terkini kepada air line yang ada di bandara lain setiap 30 menit sekali.(mag-1/mag-9/smg/rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook