Tim Ekspedisi Temukan Pemukiman Zaman Samudra Pasai

Nasional | Selasa, 18 Juni 2013 - 08:58 WIB

ACEH UTARA (RP) -  Tim Central Information for Samudra Pasai Heritage (Cisah) Lhokseumawe, menemukan empat pemukiman kuno zaman Kerajaan Samudra Pasai, di wilayah Timur Krueng Keureuto hingga Kreung Jamboe Aye, Aceh Utara, (Sabtu (15/6).

 Tim itu diberikan nama Ekspedisi Meugat Seukandar 2013, dari CISAH Lhokseumawe,  selama ini melakukan penelitian dan eksplorasi situs sejarah Samudra Pasai.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Tentunya, pemukiman itu mempunyai kedudukan penting di zaman Samudra Pasai, abad ke-13 hingga 16 Masehi. Apalagi, ditandai banyak ditemukan kuburan kuno yang padat di empat pemukiman tersebut.

Menurut Ketua CISAH Lhokseumawe, Abdul Hamid, kemarin, empat situs pemukiman itu berada di Gampong Tanjong Geuleumpang, tepi kanan Krueng Sampoiniet, dekat Kuala Piyadah. Kemudian, di Gampong Matang Paya, tepi kiri Krueng Sampoiniet dan di Gampong Geuleumpang Samlako, Aronga Lise serta Alue Ie Tarek dan terakhir di temukan di Gampong Matang Baroe.

 “Ke empat penemuan situs pemukiman kuno itu berada di Kecamatan Baktiya, Aceh Utara. Perlu diketahui ini merupakan hasil temuan pertama di kawasan Samudra Pasai bisa terungkap sehingga harus dilestarikan,”ucap  Abdul Hamid.

 Sebutnya, tim Ekspedisi Meugat Seukandar juga banyak menemukan pemukiman kuno lainnya di sepanjang bekas aliran Krueng Jambo Aye yang melewati beberapa kecamatan di Timur Krueng Keureuto. Antara lain, di Gampong Alue Papeun dan Tanjong Ara, Kecamatan Tanah Jambo Aye, di Gampong Meunasah Bujok dan Krueng Lingka Timur, Kecamatan Baktiya dan di Gampong Blang Pha, Kecamatan Senuddon.

 Di daerah pesisir Seunuddon, di Gampong Matang Lada, juga ditemukan beberapa perkuburan kuno, di antaranya kompleks kubur yang dikenal masyarakat setempat dengan Jirat Teungku di Bungong.

 Sementara  Muhammad Amin (54), warga Matang Lada, mengatakan, di Jirat itu dulunya, selain batu-batu nisan yang masih tinggal sampai sekarang, banyak lagi batu-batu nisan pahatan, pipih dan ada relief-reliefnya.

 Di pematang-pematang empang ikan dekat dengan kompleks kubur itu  ditemukan pula wadah-wadah tembikar dan keramik. Terkesan sekali bahwa lokasi itu dulunya, zaman Samudra Pasai, merupakan lokasi hunian yang padat dan dinamis.

 Bahkan, sebuah aliran air yang berada di utara Matang Lada tampaknya merupakan terusan (kanal) yang dapat dilintasi kapal-kapal antara Muara Telaga Batang di Lhok Pu’uk (barat) dan Muara Jambo Aye (timur). Dengan begitu, wajar bila Matang Lada dari barat sampai timurnya merupakan hunian yang ramai.

 Beberapa batu nisan kuno yang ditemukan di wilayah timur Krueng Keureuto sampai Krueng Jambo Aye memiliki inskripsi (tulisan timbul yang diukir pada batu) dengan bahasa Arab, antara lain pada beberapa batu nisan di Tanjong Geuleumpang, Matang Paya, Blang Pha dan Buket Batee Badan.

 Temuan-temuan ini menunjukkan adanya suatu aktifitas budaya dan peradaban yang tinggi di wilayah tersebut, dan semuanya menjadi bukti bagi suatu kehidupan yang dinamis pada zamannya. Tidak tertutup kemungkinan, interaksi dengan dunia luar juga telah berlangsung intens.

Hal ini dapat diperkirakan oleh karena ditemukan batu-batu nisan yang diidentifikasikan sebagai batu nisan khas untuk para pedagang atau pelayar.

Semua temuan ini, baik pemukiman, batu nisan, data inskripsi maupun temuan lain, diharapkan dapat memperkaya sumber-sumber primer yang diperlukan para sejarawan dalam merekonstruksi sejarah Samudra Pasai. Selain juga akan menjadi lokasi-lokasi baru bagi kegiatan penelitian sejarah.

 “Jadi yang diharapkan dari penelitian ini agar sejarah Samudra Pasai dapat terungkap dengan baik serta memberikan makna besar bagi negeri ini untuk melangkah lebih maju ke depan. Ini adalah harapan kita semua,”cetusnya. (rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook