HERBAL

Produsen Empon-empon Panen Berkah dari Pandemi Corona, Begini Cara Membuatnya

Nasional | Sabtu, 18 April 2020 - 19:09 WIB

Produsen Empon-empon Panen Berkah dari Pandemi Corona, Begini Cara Membuatnya
ILUSTRASI pegawati Jamu Rumpun Padi sedang mengemas obat herbal. (dok. Kementan)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Wabah Covid-19 tak hanya menimbulkan dampak negatif. Pandemi ini di sisi lain memberikan berkah bagi para produsen tanaman obat.

Sebab, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari paparan virus corona adalah dengan menjaga imun tubuh tetap sehat. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) pun menginstruksikan jajaranya untuk terus mendorong pengembangan tanaman herbal dan tanaman obat.


"Salah satu upaya yang dapat dilakukan seseorang adalah dengan rutin meminum jamu atau herbal. Banyak bahan alami yang berasal dari bumi ini diyakini mampu meningkatkan kekebalan atau daya tahan tubuh," dalam keterangannya, Sabtu (18/4).

Seorang pensiunan bernama Sudaryati (60), berhasil mengembangkan usaha aneka minuman herbal berkhasiat. "Berawal dari usaha untuk menjaga vitalitas tubuh, lalu saya terus membangun bisnis ini menjadi lebih besar," tutur warga Wonosobo, Jawa Tengah tersebut.

Dia bersama Kelompok Wanita Tani (KWT) Berdikari mengembangkan usahanya sejak 13 Desember 2013 silam. Hasilnya diperoleh sekarang, produk berlabel Jamu Rumpun Padi ini laku keras.

Lantaran jumlah produksi meningkat, karyawan yang mengolah dan melakukan pengemasan jamu empon-empon ini juga bertambah. Pada hari biasa, tenaga yang bekerja hanya tujuh orang.

Tapi kini naik menjadi 15 karyawan. Bahan baku didapat dari petani di daerah Wonosobo dan beberapa daerah di Jawa Tengah.

"Peningkatan jumlah produksi dan omzet Jamu Rumpun Padi tersebut tak lepas dari permintaan pasar yang terus naik. Sebab minuman yang dibuat dari rempah-rempah ini fapat untuk menangkal penularan dan penyebaran virus korona," ujarnya

Sudaryati menyebutkan, pada hari-hari biasanya dia menjual 150 boks. Sementara pada masa pandemi ini, sehari bisa menjual hampir 300 boks.

Permintaan pasar tertinggi di musim wabah Covid-19 ini berasal dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang dan kota lain di luar Jawa. Selain dalam negeri, Daryati juga rutin ekspor ke Suriname, Belanda dan Malaysia.

"Kurang lebih hampir dua bulan ini saya berhasil menjual 15 ribu boks. Ini salah satunya karena produk saya memiliki izin dan setifikat halal yang terjamin kualitasnya. Ini baru saja ada pesanan 1.860 boks jahe merah dan kunyit dari Ditjen Hortikultura," ungkapnya.

Dirinya juga menyebutkan produknya mampu memperkuat imunitas tubuh karena mengandung curcumin. Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Choirul Anwar Nidam, telah melakukan penelitian terhadap produknya.

"Produk saya juga tanpa pengawet dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah," katanya.

Minuman serbuk buatannya dikenal dengan nama empon-empon. Empon-empon berasal dari Bahasa Jawa yang artinya tanaman obat.

Bahan-bahannya terdiri dari kunyit (turmeric), cabe lempuyang (chili zingiber zerumbat), kencur (kaemferia galangal), daun sirsak lempuyang (soursoup leaves and zingiber zerumbet), temulawak (curcuma xanthorrhiza) dan jahe merah (red ginger).

"Semua jenis minuman rempah ini diolah secara alami tanpa zat pengawet. Bahan yang dibuat berasal dari tanaman rempah-rempah tradisional berupa jahe merah, kunyit, temu lawak, cabe lempuyang, daun sirsak dan beras kencur," lanjutnya.

Daryati bercerita bahwa rumah produksi yang beralamat di Mirombo RT 1 RW 1 No 35 Rojoimo Wonosobo ini awalnya merupakan bantuan dari Kementerian Pertanian, berikut alat produksinya pada 2015 silam.

Sementara, Plt Direktur Sayuran & Tanaman Obat, Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian, Sukarman, menyebutkan prospek tanaman obat selama masa pandemic merangkak naik daun. Dirinya juga menyebutkan secara global lahan tanaman obat di Indonesia tercatat 27.539 hektare dengan total produksi 640.727 ton.

"Kita juga telah mengalokasikan bantuan pengembangan kawasan tanaman obat ke beberapa daerah di Indonesia. Pengembangan kawasan tersebut kita arahkan untuk penambahan area tanam baru. Ke depan ini akan terus kita lakukan supaya manfaatnya bisa dirasakan masyarakat," ucapnya.

Lebih lanjut Karman menyebutkan bahwa tanaman obat memiliki kelebihan dengan tidak adanya efek samping jika digunakan dengan dosis yang normal. Harganya terjangkau dan bahannya bisa ditanam sendiri.

"Satu jenis tanaman obat bisa memiliki banyak khasiat sehingga ini bisa dijadikan andalan mata pencaharian yang menjanjikan," imbuhnya.

Sementara itu Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura, Yasid Taufik mengungkapkan peluang ekspor aneka produk herbal cukup tinggi. Data BPS 2019 menyebutkan nilai ekspor tanaman obat sebesar 16.628 ton dengan nilai penjualan US$ 31.917.498

"Bisnis tanaman obat ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan, didukung oleh ketersediaan bahan baku yang sangat kaya dan beragam di bumi Indonesia. Kami akan membantu sisi pembinaan mutu dan promosinya," ujarnya.

Yasid menyebutkan, Kelompok Wanita Tani Berdikari yang dipimpin Sudaryati ini telah difasilitasi untuk ikut serta dalam pameran Jeddah International Trade Festival pada akhir 2019 lalu dan mendapatkan animo luar biasa.

"Saat ini Kementan tengah membantu proses sertifikasi dari Saudi Food and Drug Authority (SFDA.Red) untuk produk obat-obatan yang diproduksi oleh kelompok tani ini," tuturnya.

Sumber: JawaPos,com
Editor: Erizal

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook