Janjang Saribu, Ikon Wisata Bukittingi yang Tak Terawat

Nasional | Selasa, 18 Februari 2014 - 07:56 WIB

Janjang Saribu, Ikon Wisata Bukittingi yang Tak Terawat
Sejumlah pelancong berjalan di Janjang Saribu Bukittinggi. Foto: inioke.com

Janjang Seribu atau tangga seribu yang digadang-gadang sebagai Great Wall Bukittinggi dan ikon wi­sata baru Kota Bukittinggi se­ka­rang kondisinya kurang terawat. Janjang  yang juga berfungsi sebagai penghubungkan Agam dan Bukittinggi, semenjak dire­novasi menyerupai tembok be­sar China itu sudah ditumbuhi rumput liar dan semak belukar.

--------------------------------------

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Yuharnel dan Edison Janis, Bukittinggi

--------------------------------------

Pantauan Padang Ekspres yang  turun dari panorama bawah Lobang Ja­pang dan terus berjalan me­ne­lusuri dengan berjalan kaki menuju nagari Kotogadang, terlihat pemandangan yang memiriskan hati.

Secara visual bangunan fisik Janjang Seribu ada yang pon­dasi jalannya runtuh dan di­tum­buhi semak dan rumput sampai menjalar ke pagar pen­gaman Janjang, sepertinya pe­ra­­watannya luput dari per­ha­tian pihak terkait.

Di atas badan jalan janjang sampah anorganic dan sampah organik sudah menjadi pe­man­da­ngan yang tidak asing lagi bila kita berjalan di Janjang Seribu. Coretan-coretan di din­ding janjang juga menjadi hia­san yang mengganggu. Di be­berapa titik ruas jalan pondasi janjang sudah ada yang runtuh dan sangat membahayakan bagi pengunjung saat melintasi jalan tersebut.

Saat itu, karena hari libur pengunjug yang datang ke Jan­jang Seribu begitu ramai. Dar­ma, 47, pengunjung dari Pe­kan­baru yang mengaku berlibur dengan keluaraganya ke Bukit­tinggi dan sengaja datang ke Janjang Seribu pagi itu untuk jalan pagi. Ia menyayangkan melihat kurang terawatnya jan­jang tersebut.

“Ini perlu penataan lokasi dan perawatan, sebab janjang ini sangat menarik untuk di­kun­jungi namun sayang kon­disi sekarang tidak terawat,”ka­ta­nya.

Seperti diketahui, Ketua DPD RI Irman Gusman bersama Men­­kominfo Tifatul Sembiring, Bupati Agam Indra Catri serta Wali Kota Bukittinggi Ismet Amziz meresmikan Janjang Seribu di Koto Gadang, Ka­bu­paten Agam, pada 26 Januari 2013 lalu. Dalam peresmiannya itu juga turut hadir para tokoh masyarakat serta ninik mamak masyarakat Kabupaten Agam. Acara peresmian tersebut juga turut diramaikan dengan ke­giatan gerak jalan santai me­nyu­suri Janjang Seribu, serta di­meriahkan dengan pem­ba­gian doorprize. Sangat meriah waktu itu namun jauh berbeda kon­di­si­nya belakangan ini.

Lebih Dikenal dengan Tembok China

Entah siapa yang memulai, Jenjang Seribu Koto Gadang yang diidentik dengan Tembok China terus ke sohor kemana-mana. Akibatnya nama Jenjang Seribu Koto Gadang mulai teng­­gelam, dan lebih terkenal dengan nama Tembok China.

Sejumlah anak muda yang tidak mengetahui posisi persis Jenjang Seribu Koto Gadang, kemarin (16/2) sempat kesasar sampai ke Bukikapik, Ke­lu­rahan Bukik Apik, Kecamatan Gugukpanjang, Kota Bu­kit­ting­gi.­ Di sana mereka me­nanyakan Tembok China.

Seorang masyarakat se­tem­pat bernama, Rul, langsung menjawab bahwa dia tidak me­nge­tahui. Setelah berdialog sebentar, baru diketahui yang dimaksud sejumlah pemuda Tem­bok China tadi adalah Jen­jang Seribu Kotogadang. Me­reka pun pamit dan berbalik arah menuju jalan Ngarai, salah satu pintu masuk  Jenjang Se­ribu Kotogadang dari Kota Bu­kit­­tinggi.

Menurut Rul, yang juga man­­tan RT 01/RW 5 Kelurahan Bukik Apik, sebutan Tembok China untuk nama Jenjang Se­ribu Koto Gadang banyak di­sam­paikan masyarakat luar Kota Bukittinggi kepadanya, sehingga perlu diluruskan.

“Kalau saya menilai, yang salah dalam hal ini bukan ma­sya­rakat, tapi mereka yang mem­­berikan atau menya­ma­kan Jenjang Seribu Kotogadang sama dengan Tembok China, sehingga nama itu (Tembok China) lebih dikenal ma­sya­rakat dari pada Jenjang Seribu Kotogadang,” sesalnya.

Dari beberapa kali dia me­ngun­jungi Jenjang Seribu Ko­to­gadang, menurut Rul, tidak ada tertulis bahwa objek wisata tersebut bernama Jenjang Se­ribu Kotogadang.

“Demi menghargai objek wisata kita sendiri, sudah saat­nya perlu perhatian semua pi­hak, terutama Pemko Bu­kit­tinggi dan Kabupaten Agam sebagai tempat objek wisata berada, membuat plang nama  Jen­jang Seribu Kotogadang yang cukup besar, sehingga sebutan Tembok China tidak terdengar lagi,” harapnya.

Pantauan koran ini di la­pangan, dengan adanya objek wisata Objek wisata Jenjang Seribu Koto Gadang, maka de­ngan sendirinya objek wisata di Bukittinggi pun bertambah. Tapi untuk menempuh objek wisata ini perlu fisik  yang pri­ma, karena harus melewati se­ri­bu jenjang, sehingga yang dominan mengunjungi objek wisata ini adalah anak-anak muda. 

Setidaknya, dua kali se­ming­­gu (Sabtu dan Minggu) objek wisata ini ramai dik­un­jungi anak-anak muda, se­hing­ga ekonomi masyarakat se­tem­pat pun menjadi hidup. Se­ment­ara hari  biasa tetap digandrungi bagi yang hobi berolahraga pagi dan sore. (rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook