JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Badan Intelijen Negara mendapat pembelaan dari anggota DPR RI. Tidak setuju kalau disebut BIN kebobolan dalam peristiwa bom di kawasan Sarinah, Kamis lalu, Syaifullah Tamliha dari Komisi I DPR RI menyebutkan, BIN memang tidak memiliki fasilitas yang bagus dalam menjalankan fungsinya. Penyebabnya klasik, tak punya anggaran yang cukup.
Anggota komisi yang membidangi intelijen itu menyebutkan, BIN memerlukan anggaran yang cukup untuk membeli alat-alat canggih. Tapi, DPR tidak mau menambah anggarannya.
Anggaran BIN di APBN itu hanya Rp1,59 triliun. "Dana sebesar itu habis hanya untuk biaya personal. Mana (cukup) untuk beli alat canggih," ujar Syaifullah, Ahad (17/1/2016).
Katanya lagi, BIN memerlukan alat canggih untuk menggali informasi lebih dini dari pihak-pihak yang terkait dengan teroris. "Mungkin saja BIN sudah memonitor. Tapi, kapan waktunya itu kan canggih sekali," sambungnya.
Selain itu, kata dia, jumlah personel BIN saat ini juga kurang memadai. Sebab, hanya ada sekitar 1.527 anggota BIN untuk menangani 17.827 pulau. "Idealnya BIN itu punya 5.000 personel," ucapnya.
Dia menyontohkan, di daerah pemilihannya di Kalimantan Selatan hanya ada empat agen BIN. Padahal kini BIN sudah punya jaringan ke bawah dengan nama BIN Daerah.
Hanya saja, fasilitas dan jumlah personelnya memang tak memadai. "Bagaimana dia bisa kerja, kantornya tidak ada. Kalau tidak ada kantor, bagaimana bisa mennaruh alat-alat canggih," katanya.(rka)
Laporan: JPG
Editor: Fopin A Sinaga