Sentimen Perang Dagang Turunkan Harga CPO

Nasional | Senin, 17 Desember 2018 - 11:00 WIB

Sentimen Perang Dagang Turunkan Harga CPO
CAPACITY BUILDING: Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Riau menggelar kegiatan Capacity Building di salah satu hotel di Jakarta, Kamis (13/12/2018). (sakiman/riau pos).

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah (KPW) Riau menggelar kegiatan capacity building di salah satu hotel di Jakarta, Kamis (13/12).

Dalam kegiatan tersebut acara dibuka Kepala Tim Pengembang Eknomi KPW BI Provinsi Riau R Yusuf Rigin.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Acara berlangsung dalam bentuk diskusi panel seputar kebijakan BI mengenai beberapa kebijakan BI terhadap ekonomi Indonesia dan lainnya.

Diskusi pada capacity building membahas banyak hal, mulai dari perekonomian terkini Indonesia, kebijakan dan tantangan kedepan serta overview perekonomian Riau dan lainnya.

‘’Diharapkan dengan pertemuan ini dapat meningkatkan pengetahuan, silaturahmi agar selalu terjaga, menyosialisasikan kebijakan BI agar bisa dipahami masyarakat melalui media,” katanya.

Asisten Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Handri Adiwilaga mengatakan, divergensi yang dialami oleh banyak negara tentunya berdampak terhadap nilai mata uang, sementara dolar Amerika Serikat justru menguat dengan signifikan.

“Ya, perang dagang antar negara yang terjadi saat ini menimbulkan ketidak pastian ekonomi hingga menyebabkan risiko ancaman krisis yang masih tinggi,” tuturnya.

Tidak hanya itu menurutnya, kondisi tersebut juga berdampak terhadap volume perdagangan dunia melambat, termasuk harga komuditas juga melambat.

Lebih lanjut dijelaskannya, produk tambang seperti tembaga pada tahun ini hanya mengalami kenaikan 6,4 persen, lebih rendah dibanding pada tahun sepelumnya.

Dipaparkannya, sentimen perang dagang tersebut juga menyebabkan harga CPO, karet, dan kopi menjadi turun bahkan permintaan sampai turun hingga 2,1 persen.

Di samping itu, situasi ketidakpastian juga menyebabkan harga minyak pada awal tahun sempat naik, namun berangsur turun pada akhir tahun ini, tekanan harga minyak mereda dipenghujung tahun sebagai imbas dari pengurangan sanksi AS terhadap Irak.

“Turunnya harga minyak dunia tidak lepas dari berkurangnya sanksi ekonomi terhadap Irak dan beberapa negara penghasil lainnya,” bebernya.

Sejauh ini katanya lagi, walau telah terjadi krisis di beberapa negara dunia, namun perkembangan ekonomi Indonesia terus membaik, dan terus positif dengan ditopang oleh konsumsi domestik yang kuat termasuk investasi yang kuat.

“Jadi harga komoditas ekspor Indonesia itu masih belum menggembirakan, tetapi ekonomi Indonesia ditopang dengan konsumsi yang naik. Belum lagi ditambah dengan faktor Pemilu juga turut memacu tumbuhnya perekonomian,” ujarnya.(man)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook