Status Sinabung Masih Siaga

Nasional | Selasa, 17 September 2013 - 09:14 WIB

KARO (RP)  - Hingga Senin (16/9) Gunung Sinabung masih menyemburkan asap dan abu vulkanik. Meski volumenya sudah mulai menurun dibanding sehari sebelumnya, tapi kondisi ini tidak serta merta membuat pihak berwenang berani menurunkan status siaga (level III) gunung setinggi 2.460 meter dpl tersebut menjadi waspada.

Karena itu, para pengungsi yang jumlahnya telah mencapai 5.877 jiwa itu belum diijinkan kembali ke desa masing-masing.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Menurut Kepala Pos Pengamatan Gunung Sinabung dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Armen Putra, hingga Senin (16/9) sore, gempa vulkanik yang terjadi memang tak sebanyak sehari sebelumnya, dimana tercatat hingga pukul 12.00 WIB gempa terjadi sebanyak 13 kali.

Meski begitu pihaknya masih terus mempelajari dan memantau perkembangan Gunung Sinabung.

“Meski volume dan tremornya sudah berkurang, tapi kita masih tetapakan status siaga bagi radius 3 Km. Ini harus dipelajari secara terus-menerus, apalagi gunung ini punya keunikan,” ujar Armen. Keunikan yang dimaksud adalah, bisa meletus secara tiba tiba (explosive).

 Ini jelas berbeda dengan gunung berapi lain di Indonesia yang bisa diperkirakan waktu meletusnya. Tapi, karena Sinabung termasuk dalam kelas gunung yang tak besar, letusan yang mengeluarkan bola pijar dan awan panas biasanya hanya mengenai radius 2 Km.

Hal senada juga dikatakan Plt Kaban Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Karo, Ronda Tarigan. Dalam keterangannya, Pemkab Karo tetap akan melaksanakan operasi tanggap bencana melalui pengelolaan pengungsi yang berada di beberapa tempat, seperti Berastagi, Kabanjahe dan Kecamatan Payung.

 “Meski volume letusannya menurun, tapi para pengungsi belum diperbolehkan pulang, kita harapkan agar pengungsi dan masyarakat luas mengikuti arahan Pemkab Karo,” tegas Tarigan.

Sejauh ini, sejak Senin pagi debu vulkanik yang sebelumnya menerpa Berastagi mulai berkurang. Kini hanya sisa-sisa debu vulkanik yang tertinggal di atap-atap rumah warga, pohon dan areal terbuka bebas. Sedang sisa asap berembus ke arah timur laut.

Melewati sejumlah desa yang berada di Kecamatan Naman Teran. Desa Sukandebi termasuk yang paling parah dilanda abu vulkanik.

Desa ini sebenarnya relatif jauh dari gunung, namun karena menjadi lintasan abu, maka sebagian besar warganya juga sudah mengungsi.

 Sementara di lokasi terpisah, sebanyak 1.560 jiwa pengungsi yang  sebelumnya menempati Jambur Taras Rumah Berastagi terpaksa dipindah lagi ke tiga lokasi berbeda. Pemindahan  ini dilakukan karena jambur tersebut mau dipergunakan sebagai tempat pesta adat.

Perpindahan ini berlangsung sesuai kesepakatan antara pengelola jambur dengan pemerintah.

Di mana sebelumnya, saat pertama ditampung di sana, pengelola jambur Taras Rumah Berastagi telah menegaskan kalau pengungsi hanya bisa sementara waktu mengisi jambur, karena jauh hari sebelumnya telah ada jadwal pemakaian dalam rangka pesta perkawinan.

”Kami sudah deal dari awal karena memang sudah ada yang menyewa ini untuk Selasa (17/9), namun kami pun tak akan tinggal diam membantu mereka di tempat yang baru,” ujar Naksir Purba, pengelola Jambur Rumah Berastagi.

Koordinator Penampungan Pengungsi Berastagi, Edison Karo-karo pun tak menampik kalau telah ada kesepakatan. Edison juga menyebutkan para pengungsi asal 13 desa itu dipindah ketiga tempat, yakni Gedung KWK dan Kantor Klasis GBKP Jalan Udara Berastagi serta ke Masjid Istihrar.

Edison juga mengatakan jika semua pengelolaan pengungsi tetap berjalan seperti semula, hanya lokasi saja yang dialihkan. Di tempat yang baru juga pihaknya telah menyiapkan fasilitas umum yang penting bagi pengungsi.

Khusus di Masjid Istihrar tambah koordinatornya, Kasman Sembiring jumlah pengungsi sebanyak 174 jiwa, di sini mereka mengisi kamar-kamar bangunan baru di masjid yang berlokasi di jalan Perwira Berastagi itu.

Warga Sibolangit Kena Imbas

Letusan gunung Sinabung ternyata tak hanya membuat warga Tanah Karo was-was. Sejumlah desa yang tersebar di Kecamatan Sibolangit juga turut terkena imbas.

Pasalnya hujan debu vulkanik ini sudah sampai ke Desa Bandar Baru, Desa Sibolangit sekitarnya. Akibatnya, ratusan warga jadi cemas, karena takut terjangit penyakit seperti Ispa dan lainnya. Saat ditemui RPG di Sibolangit, Senin (16/9) sore, salah seorang warga bernama Jus Tarigan mengaku abu sisa letusan gunung tersebut paling parah melanda Kecamatan Sibolangit.

“Meski tak separah di Tanah Karo, tapi warga tetap waspada untuk mengantisipasi hal-hal yang kemungkinan terjadi,” ujar Tarigan, diamini warga lain.

 Hal senada juga dibenarkan  Camat Sibolangit, Drs Amos Karo-karo. ”Memang ada terlihat debu di sini, namun belum meresahkan, tetapi kita telah menerima bantuan dari Dinas Sosial yang memberikan 3900 buah masker, dan kalau pun ada bantuan lain kita tunggu untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi pasca letusan Gunung Sinabung itu,” ujar Amos.

Pihaknya juga sudah membuka posko di Puskesmas serta kecamatan. Untuk itu, Amos mengimbau warga memakai masker saar beraktifitas di luar rumah.

”Memang sampai saat ini belum ada warga yang melapor terserang Ispa,” jelas Amos.(nang/fer/roy/deo/rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook