WABAH VIRUS CORONA

Kabar Buruk, Pakar: Puncak Pandemi Diperkirakan Sampai Akhir Tahun

Nasional | Jumat, 17 April 2020 - 13:20 WIB

Kabar Buruk, Pakar: Puncak Pandemi Diperkirakan Sampai Akhir Tahun
ILUSTRASI

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Jumlah kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 sudah mendekati 6 ribu. Korban meninggal juga hampir mencapai 500 orang. Tapi, perjuangan Indonesia melewati pandemi ini masih akan panjang.

Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Syahrizal Syarif memperkirakan, puncak pandemi di tanah air akan terjadi pada empat hingga lima bulan ke depan.


’’Sayangnya, Indonesia termasuk 34 dari 120 negara, di mana wabah belum mencapai puncak. Negara lainnya seperti Thailand, China, dan Korsel sudah memasuki masa hampir selesai,’’ katanya kepada Jawa Pos kemarin (16/4).

Di Jakarta saja, misalnya, sampai kemarin tercatat 248 kematian akibat Covid-19. Jumlah itu pun hanya sekitar seperempat dari jumlah jenazah yang dimakamkan dengan menggunakan protap Covid-19.

Berdasar data Pemprov DKI yang bersumber dari data Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, jumlah pemakaman dengan cara Covid-19 dalam periode 6 Maret sampai 15 April sebanyak 1.038 kali.

Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Suzi Marsitawati menuturkan, jajarannya hanya bertugas melakukan pemakaman. ’’Jadi, kami tidak mengetahui itu positif Covid-19, ODP (orang dalam pemantauan), atau PDP (pasien dalam pengawasan),’’ katanya.

Menurut Gubernur Jakarta Anies Baswedan, ada beberapa faktor kenapa jumlah yang dimakamkan menggunakan protap Covid-19 jauh lebih besar daripada yang diumumkan meninggal akibat penyakit yang dipicu virus korona baru itu. Di antaranya, meninggal saat hasil tes Covid-19 belum keluar, meninggal saat tes belum sempat dilakukan, atau pasien masih dalam status ODP atau PDP.

Itu, kata Anies, menggambarkan bahwa situasi di Jakarta amat mengkhawatirkan. ’’Karena itu, saya benar-benar meminta kepada seluruh masyarakat Jakarta, jangan pandang angka ini sebagai angka statistik. Itu adalah warga kita yang bulan lalu sehat, bulan lalu bisa berkegiatan,’’ tegasnya.

Bagaimana dengan beberapa kota besar lain di Jawa? Di Surabaya, jumlah orang meninggal dengan status positif juga nyaris hanya seperlima dari jumlah yang dimakamkan dengan protap Covid-19.

Jumlah pemakaman yang menggunakan protokol penanganan penyakit menular sebanyak 51 kali. Jumlah tersebut merupakan data yang dihimpun dari Januari hingga 12 April lalu.

Pemakaman itu dilakukan di tempat pemakaman umum yang dikelola Pemkot Surabaya. Sedangkan untuk pemakaman jenazah dengan cara biasa, para periode yang sama, tercatat 2.995 kali.

Dari 51 kali pemakaman dengan protap Covid-19 itu, hanya 11 di antaranya yang terkonfirmasi positif. Dua lainnya berstatus PDP. Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara menjelaskan, memang bukan hanya yang terkonfirmasi positif Covid-19 atau berstatus PDP yang dimakamkan dengan protokol pemulasaraan jenazah secara khusus. Tapi, bila ada indikasi mengarah pada Covid-19, standar tersebut juga diterapkan.

’’Petugasnya juga menggunakan alat pelindung diri khusus. Seperti memakai sepatu bot, sarung tangan, dan masker,’’ jelas Febri. Penggalian makam, lanjut dia, juga menggunakan ekskavator kecil agar lebih cepat. ’’Begitu pula saat menimbunnya,’’ katanya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook