JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor Indonesia pada November 2019 mencapai USD 15,34 miliar atau naik 3,94 persen jika dibandingkan dengan bulan Oktober. Bahkan, saat ini Indonesia mengalami defisit neraca dagang sebesar USD 1,33 miliar.
Padahal, bulan lalu Indonesia mencatatkan surplus neraca dagang sebesar USD 172,5 juta. Kepala BPS Suhariyanto pun mengatakan, hal ini disebabkan oleh adanya periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
"Bulan ini (impor) cenderung naik. Kita tahu bahwa ada kenaikan kebutuhan konsumsi bulan Desember karena liburan sekolah serta menjelang Nataru," terangnya di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).
Ia memaparkan, dikarenakan adanya libur nasional maka permintaan barang konsumsi pun ikut meningkat. Dengan begitu, Indonesia pun harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Impor barang konsumsi naik sebesar USD 231,7 juta atau 16,13 persen dibandingkan Oktober dan meningkat 16,28 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
"Beberapa jenis barang konsumsi yang mengalami peningkatan selama November ini adalah impor buah-buahan," tambahnya.
Buah-buahan yang berkontribusi pada meningkatnya impor adalah apel dan jeruk asal Tiongkok. Selain itu juga ada gula aren dari Thailand.
Sedangkan untuk impor bahan baku, naik sebesar USD 11,17 miliar atau 2,63 persen dibandingkan Oktober 2019. Peningkatan ini terjadi karena adanya permintaan golongan mesin dan perlengkapan elektrik yang naik 8,13 persen, bahan bakar mineral naik 89,13 persen, serta mesin dan peralatan mekanis yang naik 2,26 persen.
Impor barang modal naik tipis yaitu sebesar USD 62,9 juta atau 2,58 persen dibandingkan periode Oktober. Kontribusinya berasal dari Tiongkok lewat notebook, Amerika Serikat dan Perancis lewat peralatan radio dan kendaraan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal