JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kas PT Pertamina (Persero) bakal bertambah gemuk. Itu setelah beberapa proyek kilang strategis yang sudah dijalankan BUMN energi itu mulai menunjukkan hasil positif. Setelah dikalkulasi, potensi tambahan revenue itu mencapai 22,37 juta dolar AS atau sekitar Rp313 miliar (kurs Rp 14 ribu) per hari.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menjelaskan, sepanjang tahun ini sudah dilakukan berbagai inisiatif perbaikan di sektor pengolahan. Misalnya, RFCC Cilacap yang baru beroperasi disebutnya mampu menambah produksi premium sampai 730 ribu barel per bulan, sampai HOMC sebanyak 200 ribu barel per bulan.
’’Pertamina juga mengoperasikan Kilang TPPI yang membuat di mana kapasitas feed mencapai 100 persen dan platformer jadi 125 persen,’’ ujarnya kemarin.
Dari pengoperasian dua kilang itu, Pertamina sudah tidak lagi mengimpor HOMC. Begitu juga dengan naphta yang tidak lagi diekspor karena bisa diolah.
Tambahan lain, Pertamina juga mengonversi kerosin menjadi Avtur. Langkah itu membuat impor Avtur berkurang sampai 400 ribu barel per bulan. Lebih lanjut mantan Dirut PT Semen Indonesia itu menjelaskan, penurunan impor itu benar-benar terasa bagi keuangan.
’’Impor premium turun 37 persen, solar turun 44 persen, dan LPG turun 12 persen,’’ jelasnya. Nilai positif itu membuat Pertamina makin yakin untuk melanjutkan investasi di berbagai proyek strategis kilang. Misalnya, Roadmap Development Master Plan (RDMP) di empat lokasi kilang.
Seperti diketahui, untuk menyelesaikan proyek itu Pertamina sudah siap mengeluarkan dana sampai 5,5 miliar dolar AS. Beberapa waktu yang lalu, Pertamina sudah menandatangani perjanjian dengan Saudi Aramco untuk kilang Cilacap. Proyek lainnya, Langit Biru Cilacap sebesar 392 juta dolar AS.
Lantas, ada proyek Single Point Mooring senilai 216 juta dolar AS, dan Calciner Plant di RU II Dumai senilai 100 juta dolar AS. Daftar proyek kilang makin panjang karena Pertamina juga bersiap menjalankan New Grass Root Refinery di Tuban.
’’Dari seluruh proyek dan inisiatif, yang sudah beroperasi atau belum, menghasilkan revenue 22,37 juta dolar AS per hari,” jelasnya.
Memiliki kilang-kilang yang prima membuat Pertamina makin percaya diri untuk berbisnis energi. Itulah kenapa, Dwi ingin merealisasikan pembangunan pusat riset dan rekayasa pada 2016. Targetnya, Pertamina bisa menambah produk baru. ’’Pertamina harus percaya diri mengimplementasikan teknologi di sektor migas,’’ tuturnya.
Dia tahu, Pertamina punya banyak obsesi di tengah anjloknya harga minyak dunia. Langkah tersebut perlu tetap perlu dilakukan supaya status Pertamina sebagai perusahaan minyak nasional tetap bisa berkompetisi. ’’Kami akan bertahan. Pertamina juga tidak mengambil langkah pengurangan pekerja,” tegasnya.(dim/tia/kom)