NASIONAL

Jelang Pulang, Jamaah Wafat di Pesawat

Nasional | Jumat, 16 Oktober 2015 - 10:12 WIB

MADINAH (RIAUPOS.CO) - Jamaah haji asal Bone, Selawesi Selatan, Mannawing Mattemme Sake (62), wafat di dalam pesawat menjelang dipulangkan ke Tanah Air, Kamis (15/10).

Mannawing meninggal dunia saat pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 1401 tujuan Makassar masih berada di area parkir Bandara Internasional Amir Muhamad bin Abdul Azis (AMAA) Madinah, Arab Saudi.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Almarhum langsung kami bawa ke Rumah Sakit Miqot Madinah,” ujar Kepala Daerah Kerja Bandara

Jeddah-Madinah PPIH Arab Saudi Nurul Badruttamam di Madinah. Wafatnya Mannawing membuat keberangkatan pesawat sedikit tertunda. Namun, setelah jenazah almarhum dievakuasi dari dalam pesawat, jamaah haji penumpang lainnya pun diterbangkan ke Tanah Air. Menurut Nurul, berdasar laporan tim kesehatan yang menangani Mannawing, jamaah kloter UPG 13 ini meninggal dunia karena serangan jantung. Selanjutnya, almarhum yang lahir di Apala, Barebbo, Bone itu akan diurus oleh petugas dan dimakamkan di Madinah.

Mengenai jumlah jamaah haji yang sudah diterbangkan ke Tanah Air, Nurul menjelaskan, sampai Kamis pagi sudah ada 230 kloter dengan total jamaah mecapai 94.835 orang yang dipulangkan melalui Bandara Internasional King Abdul Azis (KAA) Jeddah dan Bandara AMAA Madinah. Untuk Madinah sekitar 20 ribuan. “Untuk jamaah haji khusus sudah 177 keberangkatan dengan total jamaah 10.759 orang,” ujar Nurul.

Sebelum dipulangkan ke Indonesia, jamaah haji lebih dulu menjalani pemeriksaan kesehatan. Suhu badan jamaah akan diukur menggunakan thermometer inframerah atau thermometer laser. Pengecekan kesehatan tidak hanya dilakukan di pemondokan, namun juga saat jamaah berada di dalam pesawat.

Kepala Seksi Kesehatan Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Daerah Kerja Madinah dr Darmawali Handoko mengatakan, pengecekan suhu tubuh bertujuan untuk memastikan para jamaah dalam kondisi sehat.

“Ini dalam rangka mengantisipasi berbagai penyakit yang ada di Arab Saudi, termasuk mewaspadai jamaah mengalami dehidrasi,” katanya.

Jika ada jamaah yang mempunyai suhu 38 derajat celsius atau lebih, ata Darmawali, maka jamaah itu akan menjalani terapi dengan menggunakan obat penurun panas. Selain obat, terapi juga diberikan dengan memberikan cairan atau infus.

Menurut pria yang akrab disapa Koko ini, ada tiga tahapan yang dilakukan petugas Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dalam mendeteksi suhu tubuh jamaah haji saat akan kembali ke Tanah Air. Tahapan dimulai saat jamaah akan berangkat ke bandara dari pemondokan, kemudian di dalam pesawat, dan saat sampai di Tanah Air.

“Tiga jam sebelum pesawat) turun (landing) diharapkan para TKHI untuk memeriksa kembali suhu jamaah, kemudian pada saat di debarkasi juga akan diadakan pemeriksaan suhu kembali,” katanya.

Dua Jamaah Belum

Teridentifikasi

Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri yang bertugas membantu identifikasi korban Mina dipastikan telah sampai ke Indonesia Rabu malam (14/10). Tim yang beranggotakan sepuluh orang itu pulang, kendati dua jenazah haji asal Indonesia belum teridentifikasi.

Ketua Delegasi Tim DVI Polri Tragedi Mina Kombespol Mas’udi menjelaskan bahwa memang saat pulang ke Indonesia masih ada dua jenazah yang belum diketahui identitasnya. Dua jenazah ini satu lelaki dan satu perempuan.

“Ya, hanya tinggal dua saja,” terangnya.

Mengapa tetap pulang kendati belum semua jenazah teridentifikasi? Dia menuturkan bahwa Tim DVI tetap bisa membantu dari Indonesia. Sebab, data antemortem yang dimiliki Tim DVI belum cocok dengan data postmortem yang dimiliki DVI Arab Saudi.

“Kalau di Indonesia, kami bisa tambah jumlah antemortemnya dan dikirim ke Arab,” paparnya ditemui di kantor Divhumas Polri kemarin.

Sebenarnya, sesuai data jamaah belum kembali Indonesia juga ada dua orang yang masih belum kembali. Namun, belum bisa dipastikan apakah dua jenazah jamaah WNI ini merupakan dua WNI yang belum kembali.

“Karena data antemortem belum cocok, maka bisa jadi orang lain. Hal ini harus dibuktikan secara ilmiah, jangan sampai salah identitas,” terangnya.(end/idr/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook