BOGOR (RIAUPOS.CO) - Di saat masyarakat Indonesia sedang merayakan Idul Fitri, para personel yang tergabung di Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror tidak bisa turut merayakan hari kemenangan bagi umat Islam setelah sebulan menunaikan ibadah puasa.
Sebab, mereka terus bergerak untuk melakukan penindakan terhadap orang-orang yang diduga terkait aksi terorisme. Kapolri Jenderal Tito Karnavian memastikan, meskipun Polri kini disibukkan dengan pengamanan arus mudik-balik dan pengamanan perayaan Idul Fitri, namun untuk penindakan terorisme tetap diperketat dan tidak ada pengendoran.
Salah satunya adalah penangkapan yang dilakukan terhadap enam terduga teroris yang di Blitar dan Tulungagung, Jatim, pada 13-14 Juni 2018. Tito menyebut, para terduga itu terkait dengan aksi teror di Surabaya bulan lalu.
Kesimpulan keterkaitan keenam terduga menurut Tito diambil setelah pihaknya melakukan penelusuran. Hasilnya, indikasi keterkaitan dengan aksi bom di Surabaya menguat. “Ini semua terkait dengan kasus yang di Surabaya,” ujarnya di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (15/6/2018).
Hanya saja, Tito enggan membeberkan lebih detail terkait kaitan apa ataupun peran keenam terduga tersebut dalam kasus Surabaya. “Ada hubungannya, ada lah, tidak mau saya sampaikan,” imbuhnya.
Tito juga mengatakan Datasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror sudah menangkap 110 terduga teroris. Itu termasuk enam terduga yang ditangkap di Blitar dan Tulungagung. Dia memastikan tidak berhenti sampai di situ. "Meski saat ini sedang libur lebaran dan sibuk dengan pengamanan mudik, tidak akan mengendurkan pengamatan," katanya.(far/idr/lum)