Gempa Susulan 20 Kali, Warga Panik

Nasional | Rabu, 15 Desember 2021 - 10:36 WIB

Gempa Susulan 20 Kali, Warga Panik
Suasana di Kota Ende pascagempa dengan kekuatan 7,5 SR yang berpusat di utara Flores Timur, Selasa (14/12/2021). Tidak ada korban jiwa, namun warga panik akan isu tsunami. (JPG)

BAGIKAN



BACA JUGA


JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Jelang tutup tahun, Indonesia kembali diterpa bencana. Kemarin (14/12), Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) diguncang gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 7,5. Guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Ruteng, Labuan Bajo, Larantuka, Maumere, Adonara dan Lembata dengan intensitas guncangan skala III – IV MMI. Pada skala ini, gempa dirasakan banyak orang dalam rumah di siang hari. Gempa juga dirasakan di daerah Tambolaka, Waikabubak, dan Waingapu dengan guncangan intensitas skala III MMI atau setara adanya gerakan truk yang tengah berlalu.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan, gempa terjadi pada pukul 11.20 WITA dengan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,59 Lintang Selatan (LS) dan 122,24 Bujur Timur (BT). Tepatnya, berlokasi di Laut Flores pada jarak 112 Kilometer (Km) arah Barat Laut Kota Larantuka, NTT pada kedalaman pusat gempa 10 Km.


Dari hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan, gempa bumi terjadi akibat adanya aktivitas sesar atau patahan aktif di Laut Flores.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal," jelasnya dalam temu media, kemarin (14/12).

Gempa bumi yang terjadi sempat dinyatakan berpotensi tsunami. Warga pun sempat panik. BMKG pun memberikan peringatan dini tsunami dengan tingkat ancaman waspada. Artinya, maksimum ketinggian tsunami mencapai setengah meter. Ancaman waspada di Flores Timur Bagian Utara, Pulau Sikka, Sikka bagian Utara, dan Pulau Lembata.

"Hasil monitoring Tide Gauge atau alat pengukur muka laut menunjukkan adanya kenaikan muka air laut setinggi 7 cm di Stasiun Tide Gauge. Yaitu stasiun Reo dan Marapokot, Nusa Tenggara Timur," paparnya.

Peringatan dini pun telah diakhiri dua jam setelah kejadian. Sebab, tidak terdeteksi adanya kenaikan permukaan air laut kembali. Kendati demikian, gempa susulan masih terjadi. Dilaporkan, hingga pukul 12.40 WITA, telah terjadi 20 aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan maksimum magnitude 6,8.

"Kami masih terus memonitor gempa susulan yang magnitudenya semakin menurun," sambungnya.

Karenanya, ia mengimbau agar masyarakat memeriksa bangunan tempat tinggalnya sebelum kembali ditempati. Mengingat, gempa susulan masih terjadi yang bisa membahayakan kestabilan bangunan.

Kemudian, bagi masyarakat di wilayah utara pantai di Flores Timur Bagian Utara, Pulau Sikka, Sikka bagian Utara, dan Pulau Lembata direkomendasikan tidak melakukan aktivitas di pesisir pantai dan tepian sungai. Masyarakat tetap diminta waspada bila sewaktu-waktu terjadi guncangan yang kuat dari pantai.

"Atau mengayun cukup lama lebih dari 10 hitungan. Mohon juga mencari tempat lebih tinggi. Tak perlu menunggu sirine berbunyi," ungkapnya.

Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan pemantauan dampak gempa itu dilakukan oleh Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops). Data sementara dampak gempa itu ada satu orang yang mengalami luka-luka. “Orang ini berada di Kabupaten Manggarai. Warga sudah mendapatkan pertolongan oleh petugas di lapangan," katanya.

Selain itu BNBP juga menerima laporan adanya kerusakan gedung sekolah di wilayah Kabupaten Selayar. Sampai saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Selayar masih melakukan pendataan di lokasi terdampak. BNPB masih terus memantau perkembangan laporan dari sejumlah titik. Seperti diketahui gempa di kedalaman 12 km tersebut dirasakan di banyak tempat. Diantaranya di Kota Makassar dan Kabupaten Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. Dari kekuatan dan kedalaman gempa, BMKG sempat menyalakan peringatan dini tsunami.

Peringatan dini itu untuk beberapa wilayah. Seperti wilayah Flores Timur, bagian Utara, Pulau Sikka, Sikka bagian utara, dan Pulau Lembata. Berdasarkan pengamatan muka air laut dari Badan Informasi Geospasial (BIG), tsunami kenaikan muka air minor terdeteksi di Marapokot dan Reo dengan ketinggian 7 cm.

Merespons bencana bertubi-tubi ini, Ketua DPR Puan Maharani mengharapkan agar mitigasi bencana diperkuat. Salah satunya dengan memastikan alat pendeteksi bencana berfungsi dengan optimal.

"Jangan sampai ada alat deteksi yang rusak akibat dimakan usia dan cuaca," paparnya kemarin.

Politikus PDIP itu juga mendorong pemerintah memastikan ketersediaan cadangan APBN untuk menghadapi bencana di berbagai daerah yang rawan. APBN tersebut difokuskan untuk mitigasi agar mengurangi dampak bencana yang ditimbulkan. Puan berpendapat bahwa dengan demikian, secara tidak langsung penggunaan anggaran akan jauh lebih efisien karena tidak membengkak untuk penanggulangan pasca bencana.

Mitigasi, lanjut dia, juga dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan dan sosialisasi ke masyarakat. Puan mengingatkan pula agar masyarakat tidak perlu panik, tetapi tetap harus meningkatkan kewaspadaan.(wan/deb/mia/jpg)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook