Penduduk Pulau Rempang Keturunan Prajurit Kesultanan Riau Lingga

Nasional | Jumat, 15 September 2023 - 17:10 WIB

Penduduk Pulau Rempang Keturunan Prajurit Kesultanan Riau Lingga
Lokasi Pulau Rempang Cate yang jadi konflik lahan. (MAJESTA ESA SOPIAN)

BAGIKAN



BACA JUGA


BATAM (RIAUPOSCO) -- Belakangan ini ramai pemberitaan mengenai konflik tanah di Pulau Rempang, Batam. Sejumlah warga terlibat bentrok dengan aparat, buntut rencana pengembangan kawasan wisata baru, Rempang Eco City. Bentrokan tersebut tidak dapat dielakkan, sehingga situasi saat itu sempat ricuh.

Setidaknya dari bentrokan yang terjadi usai aksi penolakan masyarakat terhadap rencana proyek Rempang Eco City, beberapa orang mengalami luka-luka menyusul situasi penolakan yang kian ricuh.


Atas kejadian tersebut sejumlah mata tertuju pada isu konflik penguasaan Pulau Rempang antara pihak BP Batam dan masyarakat adat setempat.

Sejumlah tokoh nasional turut menanggapi isu yang menjadi hangat diperbincangkan ini, tidak terkecuali dengan pendakwah kondang asli Riau, Ustad Abdul Somad.

Ustad Abdul Somad yang merupakan sosok pendakwah kondang itu turut berkomentar usai bentrok penolakan penguasaan lahan untuk Rempang Eco City.

Dalam unggahannya menanggapi kisruh yang terjadi di Pulau Rempang dan Galang, Ustad Abdul Somad, menyebutkan bahwa masyarakat rempang merupakan prajurit terbilang.

Hal itu sebagaimana ia ungkapkan dengan menukil perkataan salah seorang cendekiawan Melayu Prof Dr Dato Abdul Malik MPd.

"Sebetulnya penduduk asli Rempang, Galang dan Bulang adalah keturunan para prajurit Kesultanan Riau Lingga yang sudah eksis sejak 1720 masa pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah I," tulis Ustad Abdul Shomad seraya menukil seorang cendekiawan Melayu tersebut, dikutip JawaPos.com dari akun Instagram @ustadzabdulsomad_official.

Mereka inilah yang pada zamannya itu menjadi prajurit Raja Haji Fisabilillah selama Perang Riau I (1782-1784). Di bawah pimpinan Sultan Mahmud Riayat Syah, mereka menjadi prajurit pada Perang Riau II (1784-1787).

Sultan Mahmud Riayat Syah kemudian sempat hijrah ke Daik-Lingga pada tahun 1787, saat itu Rempang, Galang dan Bulang dijadikan tempat basis pertahanan terbesar Kesultanan Riau Lingga.

"Kala itu pasukan Belanda dan Inggris tak berani memasuki wilayah Kesultanan Riau Lingga. Anak cucu merekalah sekarang yang mendiami Rempang Galang secara turun temurun," ungkapnya.

Namun setelah bertahun-tahun mendiami Pulau Rempang dan Galang, kini masyarakat adat yang secara turun temurun mendiami pulau di Batam tersebut harus berkikisan dengan proyek industrialisasi Rempang Eco City.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook