Segera Sisir Batang Kuranji

Nasional | Sabtu, 15 September 2012 - 09:52 WIB

Segera Sisir Batang Kuranji
EVAKUASI: Tim SAR mengevakuasi salah seorang jenazah korban longsor di Bukit Batubusuk, Pauh, Padang, Kamis (13/9/2012). foto: ridwan/rpg

PADANG (RP)- Tiga hari pasca-galodo (banjir bandang, red) menghantam kawasan Batubusuk, Kelurahan Lambungbukik, Kecamatan Pauh, Kota Padang, sebanyak 140 warga (35 kepala keluarga/KK) Kampung Ubi, Kelurahan Lambuangbukik masih mengungsi.

Warga bertahan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Batubusuak, dan rumah sanak keluarganya di Kototuo. Mereka masih was-was menyikapi kemungkinan galodo susulan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Detik-detik longsor kemarin, masih membayang. Kami tak ingin, jadi korban,’’ tambah Upik (35).

Ibu beranak tiga ini pun masih ragu, apakah tetap menghuni rumahnya di Kampuang Ubi atau mengemasi barangnya dan memulai kehidupan baru di tempat lain.

‘’Entahlah. Sekarang dijalani saja seperti ini dulu. Jika kata pemerintah pindah, ya kita turuti saja,’’ ulas Upik.

Menurut Upik, Kampuang Ubi pasca-galodo memang sudah tidak layak lagi menjadi tempat tinggal.

Hingga kemarin, tim relawan gabungan TNI, Polri, BPBD, dan PMI masih membersihkan material longsor. Beberapa warga juga sudah mulai berdatangan sekadar mengambil pakaian dan membersihkan rumah.

Bantuan dari berbagai pihak pun juga sudah disalurkan kepada pengungsi, seperti Universitas Andalas (Unand), dan beberapa donatur lainnya.

BPBD Sumbar sendiri pun sudah menyalurkan bantuan berupa pakaian, tikar, dan selimut. ‘’Dapur umum juga telah kami dirikan. Termasuk posko utama dan posko pembantu,’’ tutur Manajer Pusdalops BPBD Sumbar, Ade Edward.

Aparat terlihat mengambil langkah tegas, mengusir sejumlah warga yang menjadi wisatawan bencana.

‘’Hanya pemberi bantuan, tim penanggulangan, wartawan, serta warga setempat yang boleh masuk ke Lambungbukik. Lainnya, mohon maaf. Bukan apa-apa, ini bertujuan untuk kebaikan kita bersama,’’ ungkap salah seorang anggota Satlantas Polresta Padang yang berjaga di gerbang masuk Lambungbukik.

Sisir Batang Kuranji

Dirjen SDA Kementerian PU, M Hasan mendesak pemprov dan Pemko Padang untuk segera menindaklanjuti temuan Sekretaris Bersama Pencinta Alam (Sekber PA) Sumbar yang menyisiri aliran Sungai Batang Kuranji hingga ke hulu Sungai Padang Janiah, beberapa waktu lalu.

‘’Memang hasil temuan itu, belum dicek. Temuan Sekber itu nantinya ini akan kita evaluasi dengan kajian yang lebih lengkap, kita sudah menurunkan tim ke sini dua orang. Jadi video itu bisa juga saya pakai untuk diserahkan kepada tim, untuk dianalisis. Paling tidak secara visual itu sudah kelihatan, jenis tanahnya dan sebagainya,’’ terang Dirjen SDA Kementerian PU, M Hasan kepada RPG di kantor Gubernur Sumbar, kemarin.

Sebelumnya, Sekretaris Bersama Pencinta Alam (Sekber PA) Sumbar menyisiri aliran Sungai Batang Kuranji hingga ke hulu Sungai Padang Janiah.

Ini menyikapi lambatnya penanganan pemerintah terkait banjir bandang akibat meluapnya Batang Kuranji pada 24 Juli lalu.

Sekretaris Sekber PA Sumbar, Riko Rahmad yang ikut turun ke lokasi menelusuri aliran sungai Padang Janiah selama dua hari sejak 30 Agustus hingga 1 September lalu tersebut, menyimpulkan, penyebab terjadinya banjir bandang, ada kemungkinannya dari faktor ilegall logging di sepanjang aliran sungai Padang Janiah.

Ini dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah kayu-kayu besar seperti banio yang potongan kayunya seperti di potong dengan mesin potong tangan (chainshaw).

‘’Dari sini kami menyimpulkan, ada kemungkinannya terjadinya ilegall logging di sana,’’ kata Sekretaris Sekber PA Sumbar, Riko Rahmad saat berdiskusi gubernur Sumbar, Dirjen SDA Kementerian PU, BNPB, BPBD Sumbar, Disprasjaltarkim, Dinas PSDA, LBH Padang di aula Gubernuran, kemarin.

Tim yang berjumlah sekitar lima orang tersebut sayangnya tidak sampai ke hulu sungai sebenarnya, karena dihadapkan dengan tebing terjal yang tingginya mencapai 18 meter pada ketinggian sekitar 650 kaki dari pintu air di kelurahan Limau Manis.  

Namun dari hasil visual yang diambil sewaktu melakukan ekspedisi cukup memberikan gambaran bagaimana kondisi hulu sungai sebenarnya.

‘’Inilah nantinya yang diharapkan bisa ditindaklanjuti untuk dicarikan solusinya,’’ ujar Riko Rahmad.

Terkait dengan hasil yang didapatkan, Riko bersama wakil Direktur LBH Pers Padang, Roni Saputra mendesak Pemprov Sumbar segera menyusun langkah-langkah yang akan diambil untuk mencarikan solusi untuk kepentingan masyarakat banyak.

Di tempat yang sama, Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, menyebutkan, sebelumnya Pemko Padang juga sudah pernah menyebutkan akan menelusuri hingga ke hulu sungai, namun sampai saat ini telah didahului oleh Sekber.

‘’Dulu waktu saya masih kecil, saya pernah bertanya kepada wali kota. Saya rasa kita pemerintah bodoh sekali, sudah tahu sumbernya di hulu. Apa tidak ada cara kita untuk mengatasinya. Kenapa tidak kita lihat ke atas. Tapi itu tak direspon, dugaan kita pasti ada embung dan sebagainya ini perlu jalan keluarnya,’’ ungkap Irwan Prayitno.

Penyebabnya itu bisa banyak, ilegall logging, longsoran, kayu yang jatuh dan batu-batuan yang menggelinding dan sebagainya. Tapi yang pasti dengan cepatnya air naik dengan volume besar itu pasti ada embung di atas yang tertumpuk.

‘’Banjir bandang ini bisa diprediksi kapan akan terjadi dengan memperhatikan kondisi embung yang ada di hulu sungai. Tidak seperti bencana lainnya seperti tsunami dan gempa. Jadi jangan sampai ini banjir bandang terjadi berulang-ulang di mata kita,’’ kata Irwan.

Irwan akan segera menugaskan BPBD Sumbar untuk menidaklanjutinya.

‘’Hasilnya nanti akan didiskusikan untuk kepentingan masyarakat. Mana-mana yang bisa sinergikan.  Sumbar juga mempunyai Tagana dari Dinas Sosial untuk melengkapi siaga bencana. Juga akan diikutkan pakar geologi yang tahu tentang struktur tanah dan sebaginya. Yang penting semua informasi yang dapat nantinya akan ditampung dan dicarikan solusi apa yang terbaik yang akan dilakukan. Sampai saat ini memang belum ada suatu kesimpulan yang terpadu,’’ tambah Irwan.

Dulu juga ada penelitian yang menyimpulkan, untuk membuat bendungan juga tapi batal, karena kesimpulan akhirnya ada patahan semangka gempa.

‘’Jadi solusinya kita harus turun ke lapangan, ini dalam rangka mencari solusi yang komprehensif untuk mendata sampai ke hulunya. Adanya hujan deras perkiraan dari BMKG benar, adanya ilegall logging dan longsor juga benar dan berbagai faktor lainnya,’’ sebutnya. (ayu/zul/rpg/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook