JAKARTA (RAUPOS.CO) – Dengan pertumbuhan desa yang semakin cepat,
jumlah penyuluh yang ada di Indonesia masih jauh dari kata ideal.
Dalam catatan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian
(BPPSDMP), saat ini tercatat 44 ribu penyuluh pertanian, baik yang berstatus
PNS, swasta maupun swadaya. Padahal, jumlah desa dengan potensi
pertanian di Indonesia berjumlah 72 ribu desa.
Dalam UU Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani, diamanatkan bahwa Indonesia harus memiliki rasio satu penyuluh satu
desa. Dengan jumlah saat ini, satu orang penyuluh bisa bertanggung jawab
satu hingga dua desa bahkan lebih.
Kesulitan utama dalam menambah jumlah penyuluh desa adalah status PNS.
Kepala BPPSDMP Momon Rusmono mengatakan bahwa pertambahan
tenaga penyuluh pertanian sangat tergantung pada kekuatan keuangan
negara. ‘’Anggaran untuk penyuluhan pertanian itu paling besar untuk
membayar honor,’’ katanya.
Selain itu, yang berhak mengatur jumlah penyuluh pertanian adalah
pemerintah daerah. Badan Kepagawaian dan Diklat (BKD) di masing-masing
daerah mengajukan formasi dan jumlah penyuluh sesuai keperluan,
kemudian diajukan kepada Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara
(Kemenpan-RB) oleh bupati/wali kota. ‘’Kementerian Pertanian cuma ikut
membantu memperjuangkan agar mereka diterima,’’ katanya.
Dengan segala keterbatasan anggaran, kata Momon, satu-satunya cara yang
bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan keikutsertaan penyuluh swasta
maupun penyuluh swadaya dari masyarakat. Penyuluh swasta dan swadaya ini bisa berasal dari kalangan akademisi, ataupun petani ahli yang nyambi
untuk melakukan penyuluhan pada kawannya sesama petani.
Menurut Momon, jika semata mengandalkan penyuluh dari PNS, maka rasio
kecukupan akan sulit tercapai. Bahkan dari 44 ribu penyuluh, hanya sekitar 32 hingga 36 ribu penyuluh yang stay di desa binaan masing-masing. Sisanya
tinggal jauh dari desa. ‘’Selama ini energeri mereka terbagi-bagi, lebih
banyak mengurusi pemberkasan PNS-nya daripada menggerakkan kegiatan
penyuluhan,’’ katanya.
Kepala Bidang Program Penyuluhan Pertanian BPPSDMP, I Wayan Ediana
mengungkapkan hingga sat ini memang tengah dilakukan berbagai upaya
untuk memenuhi rasio tersebut, tapi saat ini negara memang tengah berfokus
pada penambahan penyuluh pertanian di daerah-daerah terdepan dan
terluar.
Di samping meningkatkan penyuluhan, kesuksesan produksi pertanian juga
bisa ditutupi dengan meningkatkan SDM para petani, dan mengurangi resiko
pertanian. ‘’Kami tengah kembangkan kelompok tani (poktan) dan gabungan
kelompok tani (gapoktan) untuk berkembang memiliki kelompok usaha
mandiri, bisa berbentuk PT atau kooperasi,’’ kata Wayan.(tau/jpg)