Pesawat Sriwijaya Air jenis Boeing 737-300 dengan nomor penerbangan SJ-0021, kemarin (13/10) salah mendarat. Semestinya pesawat yang mengangkut 96 penumpang itu mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Namun, pesawat yang terbang dari Bandara Polonia Medan itu landing di Bandara Tabing Padang, yang sejak 2005 silam sudah tak dioperasikan lagi untuk penerbangan komersil.
Hingga tadi malam belum diketahui pasti apa penyebab pesawat salah mendarat. Dugaan sementara pilot dan co-pilot yang menerbangkan pesawat baru pertama kali ke Padang. Keduanya juga orang asing. Sebagian penumpang telah diangkut ke BIM menggunakan bus Damri, dan selebihnya ada yang dijemput keluarga, serta ada pulang menggunakan taksi. Hari ini, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan menyelidiki penyebab pasti pesawat salah mendarat ini.
Dari catatan Padang Ekspres (Roai Pos Group), ini peristiwa yang ketiga kalinya pesawat salah mendarat, sejak BIM resmi beroperasi Juli 2005. Dua kali di antaranya, adalah pesawat Sriwijaya Air.
Data yang dihimpun koran ini menyebutkan, pesawat Sriwijaya Air mendarat di Bandara Tabing, Padang pukul 17.05, setelah terbang dari Medan pukul 16.00. Akibat salah mendarat ini, penumpang sempat panik. Namun setelah diberi penjelasan oleh awak pesawat, semua penumpang bisa tenang. Penumpang baru turun dari pesawat sekitar pukul 19.00.
Antoni Eka Putra, salah seorang penumpang mengatakan saat berangkat di Polonia Medan, tak ada masalah.
“Waktu akan berangkat dan dalam penerbangan tidak ada kendala atau masalah. Aman-aman saja,” ungkap Antoni. Namun, saat akan mendarat ia mulai curiga. Sebab, ia tak melihat kesibukan seperti layaknya bandara komersil. “Saya pun cemas akan terjadi apa-apa pada pesawat itu,” ucapnya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh penumpang lain.
Dihubungi terpisah, District Manager Padang PT Sriwijaya Airlines, Yudo meminta maaf atas salah mendaratnya pesawat Sriwijaya Air. “Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan tersebut,” ujarnya. Soal penyebab salah mendarat, Yudo mengaku belum mengetahui. “Kita tunggu saja pemeriksaan dari tim KNKT yang akan bekerja Minggu (14/10),” ulasnya.
Sementara itu, GM PT Angkasa Pura II Cabang BIM, Agus Kemal menduga pilot yang menerbangkan pesawat menyangka Bandara Tabing adalah BIM. Sebab pesawat datang dari arah Selatan.
“Kalau kita datang dari arah selatan, yang terlihat lebih dulu kan runway Bandara Tabing,” ujarnya. Agus juga menduga kesalahan pendaratan, karena pilot tidak mengenal wilayah. “Dua-duanya bule (orang asing),” ujarnya seraya mengatakan tidak ada kesalahan navigasi maupun peralatan di BIM.
“Peralatan berfungsi normal, komunikasi juga normal. Pihak kami masih menanyai pilot dan co-pilot,” kata Agus. Meski pesawat salah mendarat, Agus memastikan seluruh penumpang selamat. “Pesawat masih di Bandara Tabing. Nanti akan kita minta diterbangkan ke Bandara Internasional Minangkabau,” ucap Agus.
Kejadian salah mendarat ini sudah yang ketiga kalinya, sejak BIM beroperasi. Pertama kali saat BIM baru beroperasi tahun 2005 pesawat Wing Air dengan penerbangan IW 87030 mengangkut 130 penumpang dari Jakarta yang salah mendarat.
Lalu pada Agustus 2011 Sriwijaya Air yang mendarat di Bandara Tabing. Meski Bandara Tabing berada di Kota Padang, dan BIM di Kabupaten Padangpariaman, namun jaraknya terbilang dekat, yakni hanya sekitar 14 km.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Sumbar Mudrika menduga pilot tidak membaca titik koordinat. Menurutnya, kejadian salah mendarat tersebut karena human error. “Namun pastinya masih menunggu KNKT bekerja,” jelasnya.
Sabtu (13/10) malam, kata Mudrika, tim KNKT sudah menuju Padang bersama pihak Sriwijaya Air. (*)