Dihadang Galodo, Tertimbun Longsor

Nasional | Jumat, 14 September 2012 - 10:37 WIB

Dihadang Galodo, Tertimbun Longsor
Tim SAR dari Basarnas, TNI dan Polri berhasil mengevakuasi mayat Safa (18 bulan), korban longsor di Bukit Ubi Batubusuk, Kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, Padang, Kamis (13/9/2012). (Foto: RIDWAN/RPG)

PADANG (RP) - Rabu (13/9) cuaca cerah sedari pagi. Sekitar pukul 14.00 WIB, berganti hujan turun dengan lebatnya disertai kilat dan petir. Air Sungai Batu Busuk, Kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan Pauh Padang pun ikut merangkak naik.

Di perbukitan yang berdampingan dengan perkampungan warga mulai mengalirkan air, pertama kali terjadi.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Trauma warga Batubusuk atas banjir bandang yang melanda daerah itu Ramadan lalu, kembali menghantui.

Sekitar pukul 17.00 WIB, jalan perkampungan digenangi air hingga selutut orang dewasa. Air itu pun telah berubah menjadi kuning cokelat pekat, pertanda ada bukit yang longsor.

‘’Ada yang longsor ini, airnya berubah keruh,’’ kata salah seorang warga Batubusuk RT 01 RW 03 yang akrab disapa Mak Uniang kepada Padang Ekspres (Riau Pos Group/RPG), Kamis (13/9).

Di RT 01, dua titik perbukitan di atas perkampungan longsor menelan dua rumah. Warga kampung pun mulai panik dan nekad melakukan evakuasi untuk pergi ke Kampus Universitas Andalas di tengah hujan deras serta petir saling menyambar.

Tapi, air sungai Batubusuk yang sudah bercampur bebatuan itu pun menghadang warga yang akan melakukan evakuasi diri. Saat akan melewati jembatan gantung peninggalan Belanda itu, air sudah naik ke atas.

Warga gamang melihat jilatan air bah yang terus menutupi jembatan. Suara gemuruh air serta dentuman batu yang menggulung di sungai membuat warga mundur dan balik kembali ke rumah masing-masing.

‘’Ada galodo, sebentar lagi jembatan gantung mau ambruk,’’ teriak para pemuda menghadang warga Batubusuk yang akan meninggalkan tanah leluhurnya itu.

Wajah pucat pasi kedinginan serta ketakutan itu terpancar dari setiap korban yang sudah terjebak dalam ancaman bencana galodo dan longsor. Pasrah dan siaga, ratusan pasang mata selalu memandang ke arah setiap perbukitan, dari teras rumah mereka.

Sekitar pukul 18.00 WIB, lanjut Mak Uniang, rumah yang baru dibangun di sebelah kantor pemuda Batubusuk perlahan bergeser hingga hilang ditelan longsoran tanah yang menimbun.

Melihat hilangnya rumah tersebut, suara jeritan tangis warga pun mulai menambah suasana menjadi mencekam ditambah padamnya listrik.

Selang 15 menit dari tertimbunnya rumah warga Batubusuk di RT 01, seorang warga lari tergopoh-gopoh memberikan kabar, bahwa di RT 04 juga longsor.

Banyak rumah yang hilang, mungkin juga orang hilang. Kabar itu menambah merinding warga yang masih berdiri di teras rumahnya masing-masing.

Kabar itu pun direspons sekelompok pemuda Batubusuk untuk memantau kondisi di setiap perkampungan. Sekitar dua kilometer jalan kaki, 10 orang pemuda melihat pemandangan yang memilukan.

Atap rumah yang tertimbun longsoran terbawa ke jurang hingga 50 meter. Sebab, perkampungan RT 04 berada di atas ketinggan 70 meter dari sungai Batubusuk.

Seorang warga, Emrizal (32) mengaku anaknya hilang ketika rumahnya digulung tanah longsor. Sontak para pemuda pun melakukan komunikasi kepada warga Batubusuk agar menambah personel untuk melakukan evakuasi di malam hari.

Hingga Kamis (13/9) pukul 03.00 WIB, para pemuda pun menghentikan proses evakuasi karena peralatan dan penerangan tidak maksimal. Namun evakuasi di malam hari itu berhasil menemukan dua korban, Jamaris (57) dan Nazwa (6) pada kedalaman 50 meter dan kondisinya sudah meninggal. Keduanya merupakan tante dan anak Emrizal. ‘’Setelah kami angkat, kemudian kami serahkan kepada tim Basarnas,’’ ujar Joromi, salah seorang warga.

Sekitar pukul 07.00 WIB, tim gabungan evakuasi berhasil menemukan satu korban lagi, Nila (21). Kemudian disusul penemuan Safa (18 bulan) sekitar pukul 12.30 WIB.

Di Rumah duka, tepatnya di Koto Tuo, keluarga menangis dan meraung melihat semua korban sudah terkumpul dan terbujur kaku. Tanpa menunggu waktu, keluarga korban pun melakukan rangkaian prosesi pemakaman para korban.

Juli (32), seorang keluarga korban yang selamat kepada RPG menceritakan, di hari nahas itu ia dan suaminya, Emrizal (32) seharian tidak bekerja. Mereka berkumpul dengan anak-anaknya.

Tidak ada firasat buruk yang dirasakan keduanya, cuma ada malas untuk berangkat kerja. Sekitar pukul 14.00 WIB, keluarga Emrizal pun makan bersama dengan anak-anaknya.

Saat itu, hujan perlahan mulai deras mengguyur kawasan Batubusuk, meskipun di Pasarbaru (daerah arah ke pusat Kota Padang) hujan belum turun.

‘’Saat hujan deras, kami sekeluarga sedang makan siang. Mendadak air masuk ke dalam rumah. Kemudian, anak-anak kami ajak pindah makan ke rumah eteknya (Jamaris, red),’’ ujar Juli sambil mengusap air matanya.

Ketika anaknya dipindahkan, kondisi Jamaris sedang sakit sehingga hanya Nila yang menemani anaknya makan. Jamaris merupakan suami Warni (52), yang merupakan kakak Juli.

Sementara Nila adalah anak  Jamaris-Warni. Kemudian Juli dan Emrizal kembali ke rumahnya untuk menyelamatkan beras dalam karung agar tidak terendam air.

Sekitar lima nenit mengemas beras, terdengar suara gemuruh tanah dan bebatuan. Suara aneh itu memaksa Emrizal dan Juli untuk keluar rumah.

Terlihat, rumah Jamaris sebagian bangunannya sudah mulai tertutup tanah. Ketika Emrizal ingin mengunjungi rumah Jamaris, tanah dengan cepat bergerak ke arah rumahnya. Sedangkan istrinya ditarik oleh tetangganya untuk diselamatkan.

‘’Longsor itu terjadi dua kali. Longsor pertama saya tidak sempat menolong anak-anak di rumah Jamaris, dan berlindung di balik pohon durian. Setelah tanah tidak bergerak, saya mencoba kembali mendatangi rumah Jamaris untuk mengeluarkan anak-anak, ternyata, suara dentuman keras memecah badan Bandabakali di atas rumah Jamaris. Dengan cepat air memuntah dengan membawa tanah dan bebatuan. Melihat tanah yang merayap cepat, saya pun pergi meninggalkan rumah Jamaris beserta anak-anak di dalamnya,’’ tutur Juli.

Mengingat kejadian itu, Emrizal yang duduk di samping Juli tidak sanggup berbicara. Hanya istrinya yang menjadi juru bicara pada setiap tamu yang datang memberikan bantuan, termasuk kalangan wartawan.

Sampai saat ini, Juli dan Emrizal untuk sementara menumpang tinggal di rumah kakaknya di Koto Tuo, Padang. Semua harta benda habis digulung longsor, termasuk berasnya yang sejak awal menjadi target untuk diselamatkan.

Meski Jamaris menjadi korban, namun istrinya, Warni selamat dari bencana itu. Sebab sejak pagi, Warni meninggalkan rumah untuk mengurus sekolah anaknya yang masih duduk di SMK.

Rencananya, siang itu Warni juga akan pulang karena tidak tega meninggalkan suaminya terlalu lama dalam kondisi sakit. Akibat hujan deras, Warni mampir di rumah eteknya di Koto Tuo.

Masih Mengancam

Ancaman banjir bandang masih ada. Warga di kawasan Batubusuk Kelurahan Lambungbukit Kecamatan Pauh tidak hanya diancam luapan air sungai, tapi longsornya bukit di kawasan tersebut.

Warga RT 02 RW 03 Kelurahan Lambungbukit, Deni Sartika menjelaskan saat terjadinya banjir bandang, Rabu (12/9), di saat bersamaan, masyarakat di sekitarnya juga takut akan runtuhnya bukit yang berada tepat di belakang rumahnya.

Deni menambahkan kalau sejumlah masyarakat telah naik ke bukit tersebut dan melihat ada rengkahan besar di sepanjang bukit tersebut.

‘’Banyak warga setempat yang telah melihat ada rengkahan yang panjang di sepanjang bukit ini. Jadi dari cerita warga, ketika hujan datang, air masuk ke rengkahan itu. Warga memperkirakan bisa terjadi longsor dan sangat membahayakan,’’ ulasnya.

Wanita ini menambahkan, ketika hujan mengguyur dengan lebat ia dan keluarganya mengungsi ke rumah tetangga yang agak jauh dari pebukitan.

Pasalnya, di belakang rumahnya langsung berbatasan dengan bukit. Ia mengharapkan ada upaya Pemko Padang dalam membantu mengatasi kecemasan masyarakat.

‘’Dari arah depan, kita diancam dengan datangnya galodo, dari arah belakang kita diancam dengan longsor,’’ ulasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Nurmayeni. Rumah ibu muda ini juga dekat dengan bukit yang dimaksudkan tadi. Ia dan keluarga telah mengetahui ada rengkahan besar sehingga ia selalu waspada apalagi ketika hujan yang lebat.

Ia juga mengetahui dari masyarakat dan mempercayainya. Wanita yang beramalat di RT 02 RW 03 Kelurahan Lambung Bukit ini tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mengungsi ketika hujan lebat datang. Seperti saat peristiwa banjir bandang itu.

Warga di sekitar bukit kawasan Lambung Bukit ini mengharapkan ada upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Padang untuk mengantisipasi bahaya longsor dan banjir bandang ini.

Deni dan Nurmayeni beserta keluarganya bersedia pindah jika Pemko Padang menyediakan lokasi yang layak dan tidak menganggu mata pencaharian masyarakat karena banyak yang berladang dan bertani.

‘’Kalau bisa dicarikan lokasi yang layak, kami sekeluarga bersedia pindah. Mengapa harus bertahan di sini, kalau mengetahui bahaya mengancam,’’ ulasnya.

Lagi, 2 Korban Ditemukan

Pencarian korban longsor di Bukit Ubi Batu Busuk Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh, membuahkan hasil. Tim SAR gabungan Basarnas, TNI, BPBD dan relawan, Kamis (13/9) kembali menemukan dua korban lagi dalam kondisi tidak bernyawa di bawah timbunan longsor.

Kedua korban yang ditemukan kemarin masih punya hubungan saudara itu adalah Nila (19), dan Safa (18 bulan). Nila ditemukan sekitar pukul 08.07 WIB dan Safa pukul 11.50 WIB.

Dengan ditemukannya kedua warga itu, maka jumlah korban yang tewas tertimbun longsor menjadi empat orang. Rabu (12/9) malam, tim penyelamat bersama warga telah berhasil menemukan Nazwa (6) dan Jamaris atau Ami (57).  

Nila, Safa dan Nazwa disemayamkan di rumah sanak keluarganya di Koto Tuo dan dimakamkan di pemakaman yang tidak jauh dari rumah duka, kemarin petang. Sedangkan Jamaris, dimakamkan pemakaman umum di Piai, Pauh.

Sekadar diketahui, Jamaris yang biasa dipanggil Ami merupakan suami Warni. Warni beradik-kakak dengan Juli suami Emrizal. Ketiganya selamat dari bencana itu. Nazwa dan Salfa, anak kandung Juli-Emrizal. Sedangkan Nila anak kandung Jamaris-Warni.

Pantauan RPG, tim dari Pusdalops PB Sumbar dan BPBD Padangpariaman tampak membantu membersihkan rumah masyarakat yang dimasuki material material lumpur dan pengawasan di Bukit Ubi, Batu Busuk, lokasi longsor yang menimbun empat warga setempat.

Titik-titik pengungsi seperti di Tabing Banda Gadang dan Batu Busuk telah didirikan tenda-tenda oleh BPBD bekerja sama dengan Dinas Sosial Padang dan Sumbar. Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Wakil Gubernur Muslim Kasim dan Deputy Kedaruratan BNPB Dody Ruswandi serta Dirjen PSDA tampak meninjau lokasi yang terkena banjir bandang.

Kondisi memilukan itu juga terjadi di Kelurahan Tabing Banda Gadang, Nanggalo. Ratusan Kepala Keluarga (KK) di empat RT; RT 03/RW 1, RT 04/RW 1, RT 05/RW 1, RT 7/RW 1 yang terkena banjir kiriman.

Korban banjir hingga kemarin terlihat masih disibukkan membersihkan rumah mereka dari lumpur akibat genangan air yang mencapai 1,5 meter khususnya di RT 03 dan RT 04 sejak malam itu.

Akibat banjir tersebut, tak banyak barang warga yang bisa diselamatkan. Soalnya, warga lebih memilih untuk menyelamatkan diri dengan menggungsi ke luar rumah.

Dan baru sekitar pukul 01.00 WIB banjir baru surut. Bahkan khusus di RT 03/RW 1 termasuk daerah yang mengalami kerusakan cukup parah, soalnya di RT ini dihuni sebanyak 43 KK. Meski tak separah banjir bandang sebelumnya.

‘’Kami trauma dengan banjir ini. Kedalaman air kemarin malam (12/9) mencapai 1,5 meter,’’ kata warga RT 03/RW 1, Suhendri kepada RPG di sela-sela membersihkan rumahnya yang dibalut lumpur, kemarin.  Bapak beranak satu ini, mengaku hingga saat ini RT 03/RW 1 tidak ada air PDAM. Sehingga warga kesulitan untuk mendapat air bersih. Pasalnya, air sumur yang bisanya untuk konsumsi sehari-hari, kini telah bercampur lumpur.

Ketua RT 03/RW 1, Supriadi mengungkapkan, hingga kini dirinya belum bisa memastikan berapa kerugian yang dialami warganya.

Tak hanya itu, hingga pukul 13.00 WIB kemarin, baru bantuan sebanyak 20 kardus air mineral dari Bazda Kota Padang dan 130 nasi bungkus dari Kecamatan yang diterima warganya.

‘’Yang dibutuhkan warga saat ini adalah bahan makan, selimut dan tenda. Jadi kami sangat berharap sekali bantuan kepada para dermawan untuk meringankan beban mereka,’’ harapnya.

Pantauan RPG di lapangan, satu unit mobil pemadam kebakaran plus 12 personil Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Padang difungsikan untuk membantu warga dalam membersihkan lumpur. Di samping itu, juga ada puluhan tenaga sukarelawan dari aparat TNI AD, BPBD dan PMI yang ikut meringankan beban warga.

‘’Dalam penanganan banjir kali ini, kita kerahkan 2 unit mobil pemadam kebakaran, satu di sini dengan 12 personil, dan satunya lagi di Pauh dan Luki dengan 15 personil,’’ ungkap Kabid Damkar Kota Padang, Edi Asri.

Di bagian lain, Puskesmas Lapai juga membuka dua posko di RT 03/RW 1 dengan 3 orangan tenaga medis, dan RT 04/RW 1 juga dibuka Pustu yang kini menangani sebanyak 60 KK dan akan beroperasi selama tanggap darurat atau sekitar kurang lebih 20 hari ke depan. Hingga siang kemarin, sudah sebanyak 7 orang warga yang memeriksakan kesehatannya.  

Pada umumnya penyakit yang diderita warga adalah luka-luka dan demam. Meski belum ditemui adanya penyakit yang cukup serius.

‘’Hingga kini baru jenis penyakit ringan seperti luka-luka dan demam, tapi biasanya puncaknya pada 3-7 hari ke depan. Jika nanti hal itu terjadi, kami akan menambah tenaga medis,’’ sebut koordinator posko kesehatan I Tabing banda Gadang, Sri Rahayu.

Selain melanda kedua RT tersebut, banjir sedalam tumit kaki, juga melanda RT 05/RW 1 sekitar 45 KK dan RT 7/RW 1 sebanyak 60 KK.

Namun tempat tersebut tidak separah di kedua RT tersebut. Meski demikian kondisi itu tetap saja kembali menimbulkan trauma bagi warga setelah sebelumnya pada Banjir Bandang pertama juga mengalami hal serupa.

Curah Hujan Tinggi

Kepala Pusat Data Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo menjelaskan, banjir bandang tersebut, dipicu oleh curah hujan berintensitas tinggi yang terjadi di hulu sungai Batang Kuranji.

Daerah-daerah yang mengalami banjir bandang antara lain, Kecamatan Pauh, Kecamatan Kuranji, Kecamatan Luki, dan Kecamatan Lubeg.  ‘’Pada 24 Juli lalu, daerah-daerah tersebut juga terkena bencana banjir bandang,’’ ujar Sutopo.

Terkait bantuan, Sutopo menegaskan bahwa tim BPBD Provinsi Sumatera Barat, BPBD Kota Padang, TNI, Polri, Tagana, PMI, dan masyarakat berada di lokasi kejadian untuk memberikan bantuan darurat. BPBD Kota Padang akan mendirikan tenda 20 buah pada malam ini (malam tadi).

Tim gabungan sudah menurunkan seluruh petugas untuk melakukan evakuasi di tempat pengungsian, persiapan distribusi makanan dan peralatan, pemantauan lokasi bencana.

Bahas Relokasi

Banjir bandang yang kembali terjadi dan di tempat aliran sungai yang sama membuat Pemko Padang berencana merelokasi pemukiman warga yang berada di sekitar aliran sungai, terutama yang berada di kawasan Batubusuk Keluruhan Lambung Bukit Kecamatan Pauh. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa akibat banjir dan longsor di kawasan tersebut.

Seperti yang diungkapkan Wali Kota Padang, Fauzi Bahar yang dijumpai di kawasan Batubusuk, Kamis (13/9). Fauzi akan membawa gagasan ini ke dalam rapat staf. Untuk lokasi relokasi, ia belum bisa memastikan dimana dan bagaimana sistem yang digunakan.

‘’Perlu pembahasan lebih lanjut soal ini. Tapi setelah saya turun langsung ke lokasi longsor dan melihat kondisi di sana maka relokasi merupakan cara antisipasi jatuhnya korban jiwa,’’ ulasnya.

Ia mengharapkan saat ini masyarakat sekitar untuk waspada. Apalagi ketika hujan yang lebat, Fauzi berjanji akan membicarakan ini dan menjadi skala prioritas.

Relokasi ini tidak hanya untuk warga Batubusuk saja, di sepanjnag aliran sungai yang terkena banjir bandang akan dikaji kembali keberadaan rumah mereka.

Fauzi juga akan melakukan penertiban sejumlah perumahan yang berada di aliran sungai yang terkena banjir bandang. Seperti di perumahan di Kelurahan Tabiang Banda Gadang Kecamatan Naggalo, Fauzi akan melakukan pengkajian dan jika memang tidak layak perumahan itu berada di sana akan diminta masyarakat untuk pindah.

‘’Nah, untuk pembicaraan ini tentunya butuh kajian yang matang. Apalagi masyarakat telah terlanjur membeli bangunan dari developer.

(esg/ek/rpg/jpnn/ila))









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook