JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) ikut ambil bagian dalam memantau penyebab gugurnya hingga lebih 500 petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) di seluruh Indonesia yang bertugas 17 April lalu. Pekan ini Komnas HAM akan menurunkan Tim Pemantau Pemilu 2019 mencari tahu lebih jauh informasi terkait kondisi tersebut. Komisioner Komnas HAM Choirul Anam termasuk anggota tim pemantau yang turun ke lapangan. Dia bertugas di Jawa Timur. Menurut pria yang biasa dipanggil Anam itu, banyak hal yang melatarbelakangi tumbangnya ratusan petugas KPPS.
Baca Juga :
Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut
Selain kondisi fisik, masalah psikologis patut menjadi perhatian. ’’Konteks yang juga harus dilihat adalah psikologis,’’ imbuhnya.
Beban kerja petugas KPPS yang berat memang menguras fisik. Namun, tekanan psikis juga tidak kalah hebat. Anam menyebutkan, situasi dan kondisi sepanjang pemilu bisa jadi menekan psikologis petugas KPPS.
Media sosial yang gaduh, sambung dia, ditambah dengan ekspektasi masyarakat serta kekhawatiran dituduh curang berpotensi menekan psikis petugas KPPS. Untuk memastikan dugaan tersebut, Tim Pemantau Pemilu 2019 yang dikerahkan Komnas HAM kembali bekerja.
Mereka bakal menggali data dari sumber-sumber utama. Mulai keluarga petugas KPPS yang sakit maupun meninggal, petugas KPPS yang tidak tumbang, KPU, sampai instansi terkait lainnya.
’’Kami mau verifikasi,’’ imbuh Anam. Verifikasi dilaksanakan dengan mengambil sampel dari beberapa daerah. Sementara itu, Kemenkes telah digandeng KPU dan Bawaslu untuk menyelidiki penyebab kematian KPPS. Kemenkes telah menerima laporan dari 15 provinsi.
Dari 15 provinsi tersebut, ada 13 jenis penyakit penyebab kematian petugas KPPS dan 1 kecelakaan. Tiga belas penyakit tersebut adalah infarct myocard (penyumbatan otot jantung), gagal jantung, koma hepatikum (gagal hati), stroke, respiratory failure (gagal napas), hipertensi, meningitis, sepsis (infeksi), dan asma. Selain itu, diabetes melitus, gagal ginjal, TBC, dan kegagalan multiorgan.
(syn/lyn/c10/oni)
Sumber: JPNN.com