5 Tewas, 1 Kritis dan 6 Luka-luka

Nasional | Jumat, 13 April 2012 - 07:44 WIB

JAKARTA (RP)- Gempa bumi Rabu (11/4) sore mengakibatkan 5 korban meninggal dunia, 1 kritis dan 6 lain luka ringan. Demikian disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (12/4).

‘’Berdasarkan hasil pendataan korban dan kerusakan bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh hingga siang ini terdapat  5 orang meninggal dunia, 1 orang kritis dan 6 orang luka ringan,’’ kata Sutopo.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Berikut rincian dari korban meninggal; 1 orang di Kota Banda Aceh, Yatim Kulam (70) akibat serangan jantung saat gempa keras. Satu orang di Kabupaten Lhoksemauwe, priia 39 tahun.  Dua orang di Kabupaten Aceh Besar akibat shock an Fauziah (60) dan M. Yusuf (70), 1 orang di Kabupaten Aceh Barat Daya nama Hatijah Hamid (70) akibat sakit jantung,’’ sebut Sutopo.

Sedangkan korban kritis adalah seorang orang anak akibat tertimpa pohon saat gempa di Kabupaten Aceh Singkil. Korban luka luka 4 orang di Kab Simeuleu dan 2 orang di Aceh Singkil.

28 Gempa Susulan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dikirim ke tiga lokasi di Pulau Sumatera pascagempa di barat daya Meulaboh, kemarin (11/4), langsung bergerak di lapangan. Sejauh ini, BNPB baru menginventarisir kerusakan akibat gempa berkekuatan 8,5 SR kemarin.

Dijelaskan Sutupo Purwo Nugroho melalui pesan BlackBerry ke JPNN, Kamis (12/4) Tim Reaksi Cepat BNPB sudah tiba di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Bengkulu guna melakukan pendataan kerusakan dan kerugian. Dari catatan BNPB, di Kabupaten Lhoksemauwe tercatat satu orang meninggal dunia akibat serangan jantung saat terjadi gempa keras kemarin.

Sedangkan di Kabupaten Simeulue, 4 orang dilaporkan luka ringan. Yaitu Ferdiasyah (21 tahun) di Simeuleu Barat,  serta Lastri (18), Diana (36) dan Melawati (59 tahun) di Simeulue Timur. Sedangkan di Kabupaten Aceh Barat, 1 jembatan yang menghubungkan Kecamatan Jatmalaka dan Kecamatan  Samatiga dilaporkan terputus.

Meski demikian BNPB memastikan kondisi sudah mulai normal dan tidak ada lagi pengungsi. ‘’Sebagian besar pengungsi telah kembali ke rumah masing-masing. Kondisi sudah berjalan dengan normal,’’ ucapnya.

Namun demikian, kata Sutopo, personel, logistik dan peralatan telah disiapkan BNPB. ‘’Semua dalam posisi standby (siap) jika akan dikerahkan ke lapangan. Namun semuanya menunggu komando dari tim lapangan yang saat ini sedang melakukan kajian kerusakan dan kerugian,’’ paparnya.

Ditambahkannya, hingga saat ini gempa susulan masih terjadi hingga mencapai 28 kali. ‘’Gempa susulannya dengan magnitude yang terus menurun,’’pungkasnya.

10 Ribu Pengungsi di 7 Titik

Meski kondisi sudah normal,  Sutopo juga menjelaskan, masih banyak warga yang tersebar di titik-titik pengungsian. ‘’Sudah pulang tetapi banyak yang masih bertahan di tujuh titik dengan jumlah lebih kurang 10.000 orang,’’ ujar Sutopo.

BNPB juga menerima laporan dari BPBD Aceh Barat. Yakni pada Rabu kemarin sempat ada tsunami kecil pukul pukul 15.38 wib, dengan ketinggian 80 cm yang melanda desa Suak Indrapuri.

Warga Masih Trauma

Di Aceh Utara, walau masih trauma, ratusan warga pesisir dari lima gampong di Krueng Mane, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara, setelah mengungsi selama 15 jam akhirnya kembali pulang ke rumah mereka masing masing, Kamis (12/4).

Mereka mengungsi di dua lokasi terpisah pasca gempa yang terjadi Rabu (11/4) sore kemarin. Warga mengungsi sejak pukul 17.00 sore kemarin dan baru kembali kerumah masing-masing pukul 08.00 pagi.

Para pengungsi ini masing-masing warga dari Gampong Tanoh Anoe, Keude Mane, Meunasah Baroh, Cot Seurani dan Gampong Pante Gurah. Mereka mengungsi ke dataran tinggi untuk menghindari terjadi tsunami pasca yang gempa yang menguncang Aceh 8,5 SR.

Lokasi pengungsian warga itu yakni satu titik di kawasan Basecamp Saripari Kuala Dua dan Gle Lagang, sebanyak 250 orang. Selain itu, Warga berasal dari  Gampong Tanoh Anoe, Keude Mane, Meunasah Baroh dan Gampong Cot Seurani. Kemudian, satu titik di kawasan Gampong Pante Gurah berjumlah 150 warga yang mengungsi di meunasah setempat.

‘’Kami mengucapkan terima kasih kepada Saripari telah memberikan tempat dan memberikan bantuan sembako kepada warga kami ketika mengungsi selama hampir 15 jam,’’kata Camat Muara Batu, Saiful Basri, kepada Rakyat Aceh, kemarin.  Kata dia, Pemkab Aceh Utara, juga mengirimkan bantuan masa panik kepada warga yang sempat mengungsi tadi malam.

Sebut camat, warga tidak mau balik kerumahnya ketika malam itu karena masih merasa trauma dengan kejadian tsunami 8 tahun lalu pada tahun 2004 lalu. Apalagi, setelah terjadi gempa pada Rabu sore kemarin, ada peringatan tsunami sehingga warga memilih untuk mengungsi.  ‘’Dari 24 gampong di Kecamatan Muara Batu, 12 gampong diantara termasuk daerah pesisir pantai. Tapi hanya lima gampong warga yang mengungsi karena masih trauma dengan tsunami tahun 2004 silam,’’ ucap Saiful Basri.

Selain itu, lanjut dia, hingga tadi pagi pukul 08.00 semua warga yang sempat mengungsi sudah kembali kerumah masing-masing untuk beraktivitas seperti biasa.

33 Napi Belum Kembali

Sementara itu, terkait sebanyak 33 narapidana dari ratusan warga binaan Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Sigli yang kabur dari tahanan ketika musibah gempa, pencarian masih terus dilakukan pihak Lapas dibantu kepolisian.

Kepala Lapas Kota Sigli, Joko Budi Supiyanto kepada RPG Kamis (12/4) mengatakan, saat gempa berkekuatan 8,5 SR melanda Kota Sigli, sejumlah 206 Nara Pidana (Napi), kabur karena takut tsunami.

Sejumlah petugas sipir rutan tersebut dibantu personel TNI/Polri masih melakukan pengejaran terhadap para napi yang masih diluar Rutan.

‘’Jadi sekarang kita masih melakukan pengejaran terhadap 33 orang napi yang kabur, karena isu tsunami pasca terjadinya gempa’’ kata Joko.

Menurut Joko, para napi itu kabur pada saat gempa sedang berlangsung. Mereka kabur karena takut naiknya air laut raksasa yang lebih dikenal dengan sebutan tsunami. Seperti diketahui posisi Lapas Benteng, Sigli hanya terpaut 60 meter dari bibir pantai.  

Dinding Lapas Meunasah Rubuh

Sementara itu, gempa melanda Kota Bandaaceh juga mengakibatkan tembok atau dinding bagian belakang Lapas di Desa Meunasah Manyang, runtuh sepanjang 60 meter dan beberapa tembok lainnya, terlihat retak-retak berat dan sedang. Bahkan, ada juga yang miring letaknya setelah gempa menguncang kota setempat. Meski begitu, tidak ada korban jiwa maupun luka.

Kepala Lapas Banda Aceh di Desa Meunasah Manyang, Kecamatan Lambaro, Aceh Besar Ridwan Salam, kepada koran ini, beberapa saat setelah gempa pertama terjadi, mengungkapkan juga kekagetannya. Pascagempa petugas lapas menghubunginya dan seketika itu juga memeriksa tembok yang runtuh juga dinding lainnya yang retak.

Tak hanya itu, Ridwan Salam pun, meminta petugas jaga di Lapas yang baru saja dua minggu lebih relokasi dari Lapas Kajhu, untuk menghubungi pihak kepolisian agar mengamankan lokasi karena banyak masyarakat yang ingin menyaksikan runtuhnya dinding Lapas dari dekat.

Diperkirakan dinding yang runtuh sepanjang 60 meter lebih dan belum bisa ditaksir berapa kerugian yang diderita dari kejadian tersebut.  Hanya saja, ujarnya, usai memeriksa ini, ia akan melaporkan kejadian itu ke Kepala Kementerian Hukum dan HAM NAD.

Dan untuk sementara waktu, pihaknya akan memagar seadanya di bekas runtuhan dinding Lapas setempat, agar aman dari apapun. Sekali lagi dikatakannya para tahanan titipan dan juga Narapidana sebanyak 400-an orang yang saat kejadian sedang beristirahat di selnya, aman dan tidak ada yang luka sedikit pun akibat gempa itu.

Pengaruhi Megahtrust Mentawai

Ahli gempa Unand Badrul Mustafa Kemal memperkirakan, gempa 8,9 SR di Simeleue, Aceh akan berpengaruh pada megathrust Mentawai dan segmen gempa daratan Muaorolabuah, Solok Selatan.

‘’Tentu ada pengaruhnya pada megathrust di Mentawai. Terutama pada megathrust atau susduksi di Siberut. Istilahnya, gempa merangsang pergerakan di Mentawai. Tapi, untuk susduksi di Pagai Selatan, kemungkinan pengaruhnya kecil,’’ sebut Badrul saat melakukan siaran interaktif dengan salah satu radio swasta di Kota Padang.   

Posisi patahan, dikatakan Badrul tepat di depan megathrust Aceh. Gempa diperkirakan berpengaruh pada lempengan mendatar di Mentawai yang merupakan patahan lempengan Australia.

Kemungkinan tsunami yang juga akan menghantam Padang dan daerah Pesisir Pantai Barat lainnya di Sumatera Barat, menurut Badrul reaksinya kecil dikarenakan jarak tempuh yang jauh dari episentrum gempa.

‘’Jaraknya jauh. Kalau ke Kepulauan Siberut, Mentawai sekitar 750 kilometer. Ke Kota Padang jaraknya 889 kilometer. Juga ada penghalangnya, sebuah pulau di atas di atas Siberut. Asumsinya, jika kecepatan di episentrum 700 kilometer per jam, perkiraan kecepatan sampai ke Padang, dalam waktu dua jam,’’ kata Badrul.

Gempa Simeleue juga berpotensi menimbulkan reaksi patahan di daratan Sumbar. Setidaknya, ada tiga lempengan darat di Sumbar yakni, Segmen Sianok, Segmen Singkarak, dan Segmen Muarolabuah.

‘’Kalau Sianok dan Singkarak sudah melakukan pelepasan 2007 lalu. Patut diwaspadai adalah Segmen Muarolabuah yang belum mengeluarkan pelepasan dengan periode cukup lama,’’ sebut Badrul. (fat/ara/sam/arm/mir/ian/ben)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook