PENDIDIKAN

Sedih, Matematika Siswa Indonesia Jeblok, Akademisi Jelaskan 3 Solusinya

Nasional | Selasa, 12 April 2022 - 15:07 WIB

Sedih, Matematika Siswa Indonesia Jeblok, Akademisi Jelaskan 3 Solusinya
ILUSTRASI (INTERNET)

BAGIKAN



BACA JUGA


JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Hasil Survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 menunjukkan kemampuan matematika, sains, dan membaca pada anak Indonesia berada di peringkat rendah. Untuk matematika, Indonesia berada di peringkat 75 dari 81 negara dunia, dengan skor 379. Sangat jauh dibandingkan negara ASEAN lain seperti Singapura yang menduduki peringkat 2, dengan skor 569.

PISA juga menemukan bahwa hanya 29 persen siswa Indonesia yang mencapai setidaknya level 2 untuk matematika. Sedangkan PISA membagi kemampuan siswa menjadi 6 level, dimulai dari level 1 yang paling rendah, hingga level 6 yang paling tinggi. Kemampuan siswa Indonesia tergolong sangat rendah dibandingkan rata-rata OECD yang mencapai 76 persen. Untuk siswa Indonesia yang mendapat level 5 atau lebih, angkanya bahkan lebih rendah lagi hanya sekitar 1 persen saja.


Rektor Universitas Tarumanegara, Agustinus Purna Irawan meminta tidak berkecil hati atas temuan tersebut. Sebab, para anak-anak bangsa masih banyak memiliki keunggulan.

“Kita harus melihat kemampuan matematika secara komprehensif. Pada anak-anak Indonesia yang kuliah di luar negeri, kemampuan matematika mereka justru lebih unggul karena pembelajaran kita jauh lebih mendalam dan luas. Sedangkan di luar negeri, fokus pada suatu bidang saja,” ungkap Purna kepada wartawan, Selasa (12/4/2022).

Purna melanjutkan, ketika menilai kemampuan matematika anak juga perlu melihat bagaimana proses pembelajarannya di sekolah. Mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.

Proses pembelajaran akan membentuk kemampuan matematika anak,” imbuhnya.

Secara umum ia menilai, matematika yang dipelajari di Indonesia sudah baik. Pendidikan tinggal memastikan anak paham konsep pembelajaran matematika mulai dari dasar, hingga yang lebih rumit.

“Kalau pemahaman konsep dibangun bertahap sesuai levelnya, tidak akan serumit itu,” jelasnya.

Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kesan sulit dan rumit saat belajar matematika. Pertama, matematika dipelajari sesuai kegunaannya. “Bila ditunjukkan kegunaannya, anak pasti tertarik. Misalnya untuk jual beli. Jadi anak paham, seperti apa aplikasinya di masyarakat,” ucap Purna.

Kedua, pembelajaran mulai dari level yang mudah atau sederhana, baru naik ke derajat yang lebih tinggi. Hal ini juga akan melatih anak membuat skala prioritas dari tiap persoalan.

Ketiga, membangun pemahaman anak terhadap suatu persoalan. Pengajaran matematika yang hanya mengedepankan hafalan tanpa membuat anak memahami konsepnya, membuat matematika terkesan sulit. Pembelajaran matematika perlu mengambil bentuk yang logis dan nyata.

“Misalnya ketika belajar trigonometri. Sin, cos, tan itu posisi atau koordinat. Ceritakan dulu masalah koordinat. Kalau sudah paham, baru masuk ke hitungan,” pungkasnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook