Harap-Harap Cemas Ekspansi Regional Gojek

Nasional | Kamis, 12 Maret 2020 - 03:32 WIB

Harap-Harap Cemas Ekspansi Regional Gojek
Ilustrasi perusahaan aplikasi pelayanan dan transportasi jasa ojek online, atau biasa disebut Gojek. Foto: Ricardo/JPNN.com

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Aplikasi Get, penyedia layanan on-demand hasil ekspansi Gojek ke Thailand, merayakan ulang tahunnya yang pertamanya pada 27 Februari.

Get pertama kali diluncurkan di Bangkok pada Februari 2019 dengan tiga layanan utama: Get Win (transportasi), Get Food (pesan-antar makanan) dan Get Delivery (kurir pengantaran barang). Itu disusul dengan layanan pembayaran digital Get Pay pada April 2019.


Berita ulang tahun Get itu terasa sebagai angin segar di tengah tanda tanya terhadap perjalanan ekspansi regional Gojek. Dalam laporan intelijen bisnis yang dirilis the-ken.com, media yang berbasis di Bangalore, India, sejumlah pertanyaan khususnya dari kalangan investor masih membayangi perusahaan itu.

Ambil contoh perjalanan Gojek di Filipina. Setelah dua kali ditolak oleh otoritas setempat, perusahaan itu kini sedang berharap-harap cemas dalam pengajuan izin yang ketiga kalinya di negara itu.

Kehadiran Gojek di Filipina diawali dengan akuisisi perusahaan rintisan (startup) dompet digital Coins yang berbasis di Manila. Coins perlu bergabung dengan Gojek untuk merespons desakan dari raksasa keuangan digital dari Tiongkok, Tencent dan Alibaba, yang mulai merangsek masuk.

Filipina adalah negara keempat di luar Indonesia Gojek beroperasi. Walaupun hadir di lima negara Asia Tenggara, 90% pendapatannya masih berasal dari Indonesia.

Walaupun platform pembayaran Gopay cukup diminati di Indonesia, Coins belum bisa bersandar pada Gojek sepenuhnya, "Apalagi ada anggaran yang semula sudah dialokasikan untuk fintech tersebut dikurangi oleh Gojek," ujar staf Coins kepada the-ken.com.

Gojek dua kali ditolak masuk ke Filipina karena melanggar batas kepemilikan asing 40%. Belum ada informasi bagaimana Gojek merevisi struktur kepemilikannya sebelum mengajukan izin untuk ketiga kalinya.

Di luar Filipina, Gojek telah hadir di tiga negara Asia Tenggara dan mengklaim telah mengumpulkan USD 1,5 miliar dalam transaksi di luar Indonesia, walau tidak memberikan angka pendapatan. Juru bicara Gojek, dikutip the-ken.com, mengatakan ingin mengurangi ketergantungan pendapatan dari Indonesia hingga 50% dalam dua tahun ke depan.

Namun, target itu terasa ambisius karena, misalnya, perusahaan itu belum menerima pembayaran dengan kartu kredit di pasar mana pun di luar Indonesia.

Di Vietnam, manajemen puncak Go-Viet, telah berganti tiga kali yang mengisyaratkan ketidakstabilan dan kurangnya strategi. CEO Go-Viet Christy Le, sebelumnya adalah CEO Facebook Vietnam, mengundurkan diri setelah hanya lima bulan di perusahaan itu.

Pendahulunya, Nguyen Duc sedikit lebih beruntung karena bertahan enam bulan. Menurut laporan ABI Research, Go-Viet hanya berhasil mencapai pangsa pasar 10,3%, bersaing tipis dengan pemain lokal Be dan FastGo. Pasar ride-hailing negara itu didominasi Grab dengan pangsa 72,9%.

Suasana ceria perayaan ulang tahun pertama Get berbeda dengan apa yang dirasakan oleh seorang mantan manajer Get. Ia mengatakan semua keputusan diambil di Jakarta dan mengabaikan kondisi di lapangan.

“Manajemen di Indonesia seperti tidak mengerti apa yang mereka lakukan dengan ekspansi ini. Sangat sedikit dukungan dari kantor pusat dalam produk dan strategi. Selama saya di sana, tim ekspansi internasional Gojek dirombak tiga kali dan saya harus berurusan dengan banyak orang berbeda dalam rentang satu tahun,” ujar mantan manajer Get tersebut, dikutip the-ken.com.

Bahkan di bisnis pembayaran, Gojek tampak tak memiliki koordinasi di Thailand. Seperti dipaparkan dalam laporan the-ken.com, layanan Get menyediakan konsumen mengisi uang ke akun mereka untuk pembayaran cashless dengan beberapa cara, termasuk menyerahkan uang tunai ke pengemudi. Namun saldo akun itu hanya bisa digunakan untuk naik ojek, sementara untuk pengiriman makanan masih tetap menggunakan uang tunai. Ini yang dikabarkan membuat frustasi banyak pengguna mereka.

"Terlepas dari bagaimana ia berkembang, Gojek sebaiknya tidak head-to-head dengan Grab," kata Yinglan Tan, pendiri managing partner di Insignia Venture Partners. Gojek dapat fokus pada layanan tertentu yang bekerja di seluruh Asia Tenggara, seperti logistik dan pembayaran lintas batas, tambah Tan dikutip the-ken.com.

Tanda tanya seputar ekspansi Gojek muncul pada waktu perubahan fokus global dari pertumbuhan agresif ke profitabilitas di antara startup dan investor. Pada Desember tahun lalu, Gojek telah menutup sejumlah besar layanan GoLife karena kurangnya adopsi.(jpnn)

Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook