MALANG (RIAUPOS.CO) - Bisa dibayangkan, betapa kerasnya hujaman pesawat Super Tucano TT 3108 ke tanah di pemukiman warga Jalan LA Sucipto, pada Rabu pukul 10.09 (10/2/2016). Karena pesawat seberat 1.550 kilogram itu sampai bisa tertusuk ke tanah sedalam hampir tiga meter. Bekas lubang menganga usai pesawat dievakuasi sempat terlihat pagi kemarin.
Karena jatuh secara vertikal, maka seluruh bodi pesawat nyaris tidak ada yang tersisa. Saat dievakuasi selama tujuh jam sejak bodi pesawat yang dipiloti Mayor (Pnb) Ivy Safatillah itu remuk redam.
Pesawat diperkirakan jatuh menghujam secara vertikal. Saat jatuh tersebut mesin pesawat dalam kondisi masih hidup. Sehingga baling-baling terus berputar dan mengebor tanah selama sekitar sepuluh menit. “Jadi mesin tidak mati waktu jatuh sehingga masuk menembus tanah seperti mengebor,” jelas Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna saat konferensi pers.
Akibatnya kemudian badan pesawat tertancap ke dalam tanah. Diperkirakan hingga sampai di kedalaman mencapai sekitar tiga meter. Sehingga yang terlihat dari permukaan tanah hanya bagian belakang pesawat saja saat itu.
Ketika jatuh ke dalam tanah ini pesawat membuat getaran yang sangat dahsyat. Sehingga tembok rumah di sekitarnya runtuh. Dan bodi pesawat pun akhirnya semakin tidak terlihat.
Benar saja efeknya kemudian evakuasi tidak bisa dilakukan dengan cepat. Tubuh pesawat mulai terlihat setelah tujuh jam dievakuasi. Itu bersamaan dengan ditemukannya jasad Serma Syaiful Arief Rahman selaku co-pilot atau juru mesin udara.
Evakuasi baru bisa dimulai setelah ada traktor yang masuk ke lokasi pada sore hari (10/2). Secara perlahan kemudian reruntuhan disingkirkan sedikit demi sedikit. Dilakukan dengan penuh hati-hati karena di dalam bodi pesawat masih ada bahan peledak.
Ketika itu ada 11 catridge dan dua tabung roket pelontar yang ditemukan masih aktif. Ini oleh petugas lanjut dievakuasi ke Lanud Abdulrahman Saleh. Lalu sekitar pukul 21.30 WIB ditemukan bagian tubuh lain dari Serma Syaiful lainnya yang terpisah.
Sekitar pukul 23.00 WIB evakuasi kemudian dihentikan. Karena kondisi saat itu sudah cukup gelap dan tanpa ada banyak penerangan. Oleh Danlanud Abdulrahman Saleh Marsekal Pertama TNI Djoko Senoputro evakuasi diperintahkan lanjut keesokan paginya.
Lalu sekitar pukul 08.00 WIB Kamis (11/2/2016) evakuasi kembali dilanjutkan. Kali ini hanya sisa puing-puing pesawat saja dan mencari Flight Data Recorder (FDR) yang belum ditemukan. TNI AU dibantu TNI AD, Brimob, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang.
Saat proses evakuasi dilakukan jalan di LA Sucipto, Kecamatan Blimbing kembali ditutup. Police line dibentangkan mulai dari radius kejauhan 50 meter dari lokasi jatuhnya pesawat. Arus kendaraan juga dialihkan saat itu.
Body pesawat terakhir yang cukup besar ini dikeluarkan dengan susah payah. Bodi pesawat yang sudah ringsek sampai ditarik menggunakan sling tali yang ditarik mobil. Bodi pesawat yang hancur ini lalu dinaikkan ke atas truk untuk dibawa ke Lanud Abd Saleh.
Lalu sekitar pukul 09.15 FDR atau yang biasa dikenal dengan Black Box ditemukan. Itu menancap di dalam tanah hingga sedalam sekitar tiga meter lebih. Data yang berisi rekaman terakhir pilot ini kemudian dibawa ke Lanud Abd Saleh juga. ”Benar FDR sudah di lanud sekarang. Isinya masih akan kami pelajari. Hasilnya nanti menunggu,” jelas Kapentak Abd Saleh Mayor Sus Hamdi Londong.(zuk/abm)
Laporan: JPG
Editor: Fopin A Sinaga