JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir akan mengubah rencana super-holding dari menteri sebelumnya, Rini M Soemarno. Meskipun demikian, konsepnya hampir mirip.
Pengamat BUMN Toto Pranoto memperkirakan, konsep Erick membutuhkan persiapan lebih matang. Sebab, perusahaan-perusahaan pelat merah perlu diperkuat terlebih dahulu sebelum masuk sub-holding, dan selanjutnya super-holding.
"Mungkin dia melihat sub-holding-nya belum cukup kuat. Sehingga dia lakukan dulu pembenahan. Kalau betul-betul kuat nanti kita akan berpikir bikin super-holding-nya mungkin 4-5 tahun ke depan mungkin ada super-holding-nya," ujarnya di Jakarta, Selasa (10/12).
Toto menjelaskan, sebelum membentuk super-holding, dibutuhkan holding sektoral yang kuat. Hal itu seperti super-holding Singapura, Tamasek, yang juga memiliki sub-holding kuat.
"Jadi, saya kira konsepnya hampir sama. Kalau kita konsolidasikan sub-holding-nya atau holding sektoral yang lama itu menjadi lebih kuat, dampak yang kuat bagi masyarakat dan secara kesehatan juga oke. Baru kemudian bisa pikirkan buat super-holding," tuturnya.
Toto pun melihat, Erick saat ini mengarahkan kebijakannya pada fungsi konsolidasi ke level sub-holding. "Bukan sekarang buat super-holding, tapi kita enggak punya landasan yang kuat di sub-holding," imbuhnya.(jpg/egp)