Sekitar 3 juta perantau Minang diprediksi berlebaran di kampung. Pemerintah kota dan kabupaten se-Sumatera Barat diminta memanfaatkan momentum itu untuk mendorong ekonomi daerah bersama perantau. Jika pemerintah dan perantau solid, potensial dalam membangun kampung halaman dengan semangat kebersamaan.
“Diperkirakan jumlah perantau yang akan pulang kampung Lebaran tahun ini 3 juta orang. Data ini terungkap dalam pertemuan saya dengan perantau Jawa Timur beberapa waktu lalu. Ini belum termasuk perantau dari daerah lain, bahkan dari luar negeri,” kata Kepala Biro Administrasi Pembangunan dan Kerja Sama Rantau Suhermato Raza kepada Padang Ekspres (Riau Pos Group), kemarin (10/8).
Sinergisitas pemerintah daerah dengan perantau dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, wali nagari dan lurah perlu menyiapkan data valid tentang potensi nagari/kelurahan. Data perantau Minang di setiap nagari/kelurahan perlu dihimpun sebagai bahan bagi Pempov untuk melakukan pendekatan. Dengan begitu, para perantau Minang terpanggil dan bertanggung jawab membangun kampung halaman.
“Jadi, tidak semata-mata kedatangan perantau ini kita mengharapkan bantuan dalam bentuk dana saja, tapi juga sumbangsih pemikiran membangun kampung,” ujarnya.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, kemampuan keuangan pemerintah membangunan infrastruktur hanya 1/3 persen, sedangkan 2/3 kebutuhan lainnya butuh dukungan elemen lain, terutama perantau Minang.
Menyadari potensi besar para perantau Minang perlu diberdayakan, digarap dan dihimpun sesuai sasaran yang dibutuhkan dengan menumbuhkan semangat dan jiwa gotong royong dalam membangun nagari/kelurahan berdasarkan prinsip kekeluargaan dan kebersamaan.
Irwan menyebutkan, APBD kabupaten/kota hanya dapat digunakan untuk pembangunan sekitar 15 sampai 20 persen, sedangkan sekitar 80 persen tersedot untuk belanja pegawai. Berbagai program pembangunan yang dibutuhkan masyarakat telah dirumuskan melalui Musrenbang, tapi kadang tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan dana. Potensi besar perantau Minang membangun kampung halaman melalui berbagai bentuk dan cara telah dirasakan manfaatnya. Melalui kebersamaan, Sumbar bangkit lagi dari keterpurukan setelah gempa 30 September 2009 lalu.
“Nilai-nilai kebersamaan kita rasakan saat gempa 2009 lalu. Bantuan dari perantau mengalir ke daerah gempa. Berbagai bangunan baru menyangkut kebutuhan dan hajat hidup masyarakat dibangun kembali oleh kekuatan perantau Minang, baik itu masjid, sekolah, mushala dan infrastruktur lainnya,” ucapnya.
Saat ini, katanya, perantau menyalurkan bantuan sudah semakin jelas, terarah dan tepat sasaran. Seperti pembangunan jalan dan jembatan, irigasi, rumah layak huni untuk masyarakat miskin, perpustakaan, bangunan sekolah, taman kanak-kanak, bantuan beasiswa terus menerus sampai perguruan tinggi untuk anak pintar yang miskin dan pelayanan kesehatan gratis.
Jelang hari raya, tindakan kriminalitas baik secara kuantitas maupun kualitas cukup meresahkan masyarakat.
Gubernur juga meminta aparat keamanan menghindari sikap arogan yang tidak mencerminkan karakter sang pengayom, pelindung dan pelayanan masyarakat di lapangan. “Aparat keamanan harus bertindak tegas, namun tetap humanis terhadap pelanggar hukum yang berpotensi menimbulkan gangguan secara umum. (ayu/rpg)