Tiket Mahal Tekan Industri Wisata

Nasional | Senin, 11 Februari 2019 - 08:39 WIB

Tiket Mahal Tekan Industri Wisata
ilustrasi

Jakarta (RIAUPOS.CO) -Tingginya harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar berpotensi menekan industri pariwisata. Padahal, saat ini pemerintah tengah gencar mempromosikan sepuluh destinasi wisata Bali baru.

Peneliti Indef Bhima Yudhistira menuturkan, selain dampak pada kunjungan wisata, kondisi tersebut berimbas pada usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) yang mejajakan oleh-oleh serta sektor perhotelan. “Kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara pasti akan turun,” kata Bhima dalam sebuah diskusi di Jakarta kemarin (9/2).

Baca Juga :Tak Dikasih Uang Jajan

Bhima mengatakan, akar permasalahannya terletak pada biaya avtur dan nilai tukar rupiah. Penyaluran bahan bakar pesawat itu tidak efisien sehingga harga di Indonesia jauh lebih mahal dari Singapura dan Malaysia. “Yang bikin mahal, salah satunya karena infrastruktur,” ujarnya. Dalam jangka panjang, infrastruktur untuk avtur harus dibangun, khususnya di luar Jawa.(jpg)

Bhima mengatakan, dalam jangka panjang, tingginya harga tiket akan berdampak pada inflasi. Sepanjang Januari 2019, angkutan udara menyumbang inflasi 0,02 persen. Tahun ini diperkirakan angkutan udara akan masuk 5 besar penyumbang inflasi terbesar setelah pada 2018 berada di posisi 6 dan 2017 di posisi 16.

Mantan KSAU dan pengamat penerbangan Marsekal TNI (pur) Chappy Hakim mengatakan, Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional Republik Indonesia (Depanri) perlu kembali diaktifkan untuk menyelesaikan sengkarut transportasi udara. Di satu sisi konsumen mengeluhkan tarif tiket yang mahal dan penerapan bagasi berbayar, di sisi lain perusahaan penerbangan mengeluhkan mahalnya harga avtur.

Menurut dia, untuk mengelola sektor penerbangan, satu institusi tidak cukup karena dampaknya yang besar. Menurut Chappy, institusi tidak hanya mengurusi dan mengevaluasi harga tiket pesawat serta tarif bagasi. Namun, juga membahas hal lain seperti strategi ekonomi ke depan.

“Jika permasalahan penerbangan yang complicated tidak mendapat masukan yang tepat, bisa terjadi kebijakan-kebijakan itu menimbulkan banyak masalah di bawah,” terangnya.(jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook