PADANG (RP) - Ada saja tingkah pemilik pangkalan minyak tanah sekarang.
Tidak sekadar harga yang naik, pembeli pun tidak diizinkan melihat langsung pengisian minyak tanah ke jerigen warga.
Ketika mengisi minyak tanah pembeli, pemilik pangkalan menutup pintu gudang. Tak seorangpun yang boleh masuk. Jerigen warga baru bisa diambil esoknya.
Hal itu dialami warga RT 1 RW 9, Kelurahan Alai Parak Kopi ketika membeli minyak tanah ke pangkalan dengan Nomor NIAP: 12 3 127.
‘’Aneh, kenapa pintunya harus ditutup. Kenapa pula harus menunggu sehari baru bisa dibawa pulang,’’ kata Nengsih (52), warga sekitar pangkalan, Selasa (10/1).
Harga minyak tanah dijual Rp3.500 per liter. Warga dibatasi membeli mita 10 liter per kepala keluarga (KK).
‘’Saya sering perhatikan ketika tanki Pertamina datang, banyak mobil pick up yang antre mengisi berdrum-drum minyak tanah dan dibawa ke daerah lain. Itu biasanya dilakukan pada malam hari,’’ bebernya.
‘’Warga yang ingin membeli minyak tanah, sering pulang dengan tangan kosong karena pemilik pangkalan mengatakan minyak habis. Tidak mungkin rasanya minyak tanah 1.500 liter langsung habis dalam sehari,’’ ungkap istri Ketua RT 1 RW 9 itu.
Ia juga sering melihat minyak tanah bersubsidi itu dijual keliling kota dengan beca. ‘’Wajar saja minyak tanah langsung habis kalau begitu,’’ ujar Neni, 54, warga RT 1 RW 9 lainnya.
Firdaus, adik pemilik pangkalan, yang disebut sering menjual minyak tanah dengan beca ketika dihubungi, terkesan mengelak. Ia menampik tuduhan itu.
‘’Tidak, saya tidak ada membeli minyak di sini (di pangkalan kakaknya, red). Tapi saya mencari minyak berkeliling di agen-agen lain,’’ tuturnya.
Dia membenarkan stok minyak tanah di pangkalan kakaknya habis karena jarang masuk.
‘’Minyak terakhir masuk pangkalan sekitar sebulan lalu. Biasanya minyak tanah itu masuk 1 kali 20 hari. Tapi hingga sekarang belum masuk. Entah kapan masuknya lagi, saya tidak tahu. Biasanya minyak dijual di sini seharga Rp3.000 per liter,’’ katanya.
Sementara itu, ketika akan dihubungi, pemilik pangkalan tidak ada di rumah.
Cabut Izin Pangkalan
Menanggapi itu, Ketua Komisi IV DPRD, Azwar Siry berjanji memanggil pihak Pertamina untuk rapat dengar pendapat.
‘’Kondisi itu sudah berlangsung cukup lama, tapi pihak Pertamina terkesan tidak peduli. Tidak ada pengawasan ketat Pertamina dan pemerintah sehingga pemilik pangkalan leluasa bermain,’’ ujarnya.(rpg)