OLEH: DAHLAN ISKAN

Jiwa Terbelah

Nasional | Sabtu, 22 Juni 2019 - 10:24 WIB

Jiwa Terbelah

Kalau ketahuan kamu akan ditembak. Mati. Mereka akan memaksa kalian untuk sekolah. Pak Westover selalu menceritakan contoh nyata. Kejadian di kampung itu. Seorang anak ketahuan tidak sekolah. Ketika didatangi anak itu lari. Lalu ditembak. Kakaknya, yang ingin menolong, juga ditembak. Mati. Ibunya lari ke arah anaknya yang berlumur darah. Juga ditembak. Semua mati. Anak-anak Pak Westover sangat ngeri mendengar semua itu: dosa, neraka, ditembak.

Tugas anak-anak perempuan adalah di dapur. Membantu pekerjaan ibu. Kalau sudah umur 15 atau 16 atau 17 dikawinkan. Menjadi ibu. Yang sudah tahu tugas seorang ibu. Tiap hari ayahnya selalu marah. Selalu ada yang salah. Selalu ada pekerjaan yang tidak cepat selesai. Malas sedikit pasti dimarahi. Tidak rajin kerja dimarahi. Mereka harus bisa menabung bahan makanan yang cukup. Juga bahan bakar. Bukan saja untuk menghadapi musim salju yang panjang. Juga untuk menghadapi hari yang sangat dahsyat: hari kiamat.

Baca Juga : Bambu Ijuk

Hari kiamat itu sudah dekat. Yakni tanggal 1 Januari tahun 2000. Yang saat itu populer dengan sebutan Y2K. Kian dekat dengan Y2K sang ayah kian menggencarkan ancamannya. Tidak hanya kepada anak-anaknya. Tapi juga kepada tetangganya. Kepada siapa saja yang ia temui. Kiamat sudah dekat. Sang ibu tidak sekeras sang ayah. Tara melihat celah-celah kosong. Yakni di pagi hari sampai siang. Saat ayah dan saudara laki-lakinya bekerja di ladang. Di gunung.

Saat umur 11 tahun Tara memberanikan diri naik sepeda. Sejauh 1 mil. Dia ingin mendapat uang sendiri. Seperti kakak-kakak lakinya. Dengan bekerja di toko grosir kota itu. Suatu saat pemilik toko akan pergi jauh. Dilihatnya Tara bisa dipercaya. Dan akan mampu menjaga toko itu. Tara pun diajari cara mengadministrasikan penjualan. Diajari pula membuka komputer. Mengirim email. Dan browsing.

Tara juga dipinjami HP. Agar pemilik toko bisa mengontrol Tara setiap saat. Umurnya menjadi 12 tahun. Mulai mengenal komputer. Juga mulai punya tabungan. Saat Tara berumur 15 tahun kakak sulungnya sudah berumah tangga. Tinggal di kota lain. Hidupnya sudah bercampur dengan masyarakat modern. Sang kakak menyarankan Tara untuk sekolah. Keluar dari tradisi keluarga.

Baca Juga : Perang Gaza

Tentu Tara mau. Ia sering membayangkan bagaimana rasanya sekolah. Bagaimana pula merasakan punya teman. Tapi apa mungkin? Sang kakak menyarankan Tara belajar matematika. Dari buku. Lalu membuka website universitas. Untuk mempelajari tata-cara ikut ujian masuk.

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook