Bunuh Istri karena Ibu Disebut Wanita Tua Bongkok

Nasional | Selasa, 09 April 2013 - 13:09 WIB

Bunuh Istri karena Ibu Disebut Wanita Tua Bongkok
Maizar yang membunuh istrinya karena sakit hati. Foto: Huda Putra/Padang Ekspres/RPG

PADANG (RP) - Berselang 10 jam usai membunuh sang istri Mira Artati, 35—demikian nama lengkap Mira—dengan cara menikam pakai sangkur, Maizar, 49, menyerahkan diri ke Polresta Padang. Sebelumnya penjaga Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Sumbar ini beberapa kali mau bunuh diri. Apa yang dilakukan pria berkaca mata ini selama buron?

Kelelahan dan kegundahan terlihat di wajah Maizar ketika ditemui Padang Ekspres (Riau Pos Group) di Mapolresta Pa­dang, kemarin (8/4) siang. Betapa tidak, selama pelariannya dia me­mang kurang tidur. Apalagi kini Peg­awai Negeri Sipil BPM Sumbar itu, dihadapkan pada kasus pembunuhan terhadap istrinya sendiri. 

Biar begitu, Maizar yang me­ngenakan seragam tahanan bernomir 159 itu, tetap bersedia melayani pertanyaan wartawan di satu ruangan penyidik Mapolresta Padang. Penga­kuan Maizar, dirinya tidak bersama Mira ke kantor BPM, seperti diberita­kan sebelumnya. Menurut Maizar, dia telah duluan berada di kantor tem­patnya bekerja itu. Pada hari naas Minggu (7/4) siang itu, dia tengah melepas lelah dan tidur-tiduran sete­lah berjaga malam, di areal kantor BPM Sumbar. Sebagai penjaga tugas Maizar memang tak banyak. Apalagi pada hari Minggu, libur kerja.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pada saat istirahat itulah Mira datang sendirian. “Saya langsung dimaki-maki. Hinaan paling tidak saya terima, ketika dia (korban, red) meng­hina ibu saya.

Dia menyebut orangtua saya sebagai wanita tua bong­kok,” ujar Maizar yang teran­cam dipecat sebagai PNS. Ini sekaligus membantah dugaan awal, bahwa pembunuhan tersebut bermotif cemburu.

Sebetulnya, lanjut Maizar, pertengkaran dia dengan istri­nya itu telah terjadi sejak lama. Gara-garanya, Mira memaksa dan meminta Maizar menjadi istri sah saya. “Saya dipaksa memasukkan namanya dalam daftar penerima gaji di BPM,” ungkap Maizar.

Menurut Maizar, Mira ada­lah istrinya yang ketiga. Mere­ka menikah secara siri. Istri pertama Maizar adalah Rosni­dar Wati, tinggal di Nagari Batupayuang, Kecamatan La­reh Sago Halaban, Limapuluh Kota. Istri kedua Maizar berna­ma Lisa Analestari. “Dengan Lisa, saya sudah cerai cerai awal 2008 lalu,” kata Maizar.

Mira, kata Maizar, dinikahi pada 28 Desember 2008. Me­re­ka lalu tinggal bersama di Lubuakminturun, Kecamatan Kototangah. Persisnya dekat SDN 57 Padang. Bersama Mi­ra, Maizar dikaruniai seorang anak yang sudah berumur 2,5 tahun.

Berniat Bunuh Diri

Maizar menuturkan, usai menikam istrinya di belakang mushala kantor BPM, dia lang­sung menuju rumahnya di Jalan Delima I, Belimbing, Kecamatan Kuranji. Dia me­ngendarai sepeda motor dinas BPM berpelat merah. Di ru­mah yang dibeli bersama istri Rosnidar Wati ini, Maizar mengambil helm dan jaket. Selepas itu, Maizar langsung pergi. Tujuannya menemui Rosnidar Wati, yang tinggal bersama ibu Maizar di Ba­tupayuang.

Dalam perjalanan, Maizar sempat beristirahat di ka­wasan Malibo Anai. “Saat is­tirahat, terpikir untuk bunuh diri dengan cara minum obat antinyamuk. Lalu terlintas pula mau menabrak mobil saja,” kata tersangka yang tak kuasa menahan air matanya.

Kenapa Maizar mengu­rungkan niatnya untuk bunuh diri? “Saya kepikiran nasib istri saya (Rosnidar Wati) yang tinggal bersama orangtu saya,” ujar Maizar yang terbilang sebagai salah satu tokoh ma­syarakat di Batupayuang.

 Menurut Maizar, dia tiba di Batupayuang sekitar pukul 19.30. Di rumah orangtuanya ini, Maizar tak kuasa menahan emosi. Dia memeluk ibunya, lalu istrinya Rosnidar Wati. Sesaat kemudian, dia mence­ritakan apa saja yang baru dia lakukan. Ibu dan istri Maizar tak begitu terkejut. Rupanya, polisi telah lebih dulu meng­hubungi ibu dan istrinya.

Tak lama berselang, salah seorang keponakan Maizar, yang juga polisi di Polresta Bukittinggi tiba menemui Mai­zar. Keponakan Maizar me­nyarankan agar Maizar me­nyerahkan diri ke polisi.

Setelah berembuk dengan pihak keluarga, malam harinya Maizar menyerahkan diri ke Polresta Padang. Dia diantar keponakannya yang polisi itu.

Kapolresta Pa­dang, Kom­bes Pol M Seno Put­ro didam­pingi Kasat Reskrim Polresta Padang Kompol Iwan Ari­yandhi menyebutkan ter­sang­ka tiba di Mapolresta sekitar pukul 01.00 dini hari.

“Tersangka telah mengakui semua perbuatannya. Dia me­ngaku tidak kuat dicaci maki korban. Tersangka dan korban ternyata sudah bertengkar sejak bulan puasa tahun lalu,” kata Iwan Ariyandhi. Menurut Iwan, penyidik akan menjerat tersangka dengan pasal ber­lapis: pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, serta pasal 340 tentang pembunuhan be­ren­cana. Ancaman hukumannya maksimal pidana penjara seu­mur hidup.

Terpisah, Pejabat Pemberi Informasi RSUP M Djamil Padang, Gustavianof menye­butkan bahwa jenazah Mira telah selesai diotopsi. Sekitar pukul 12.30, jenazah sudah dibawa keluarga korban. “Ke­mungkinan jenazah korban tersebut dikebumikan dekat rumahnya di kawasan Lubuk­minturun,” kata Gustavianof. Hasil otopsi, kata Gustavianof, akan diserahkan ke polisi. Seperti diberitakan Padang Ekspres sebelumnya, Mira tewas bersimbah darah de­ngan sangkur tertancap di ba­gian dada. Walau tak ada yang me­nyaksikan langsung bagai­mana pembunuhan terjadi, na­mun dugaan kuatnya lang­sung me­ngarah ke Maizar.(rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook