”Meledak. Dumm, begitu. Suaranya kencang sekali,” terang lelaki asal Ambon tersebut. Setelah tahu ada ledakan susulan, Izak meminta jemaat agar kembali masuk ke area gereja. Ajakan untuk kembali ke area dalam gereja itu dilakukan Izak dengan harapan jemaat bisa selamat.
Suara keras ledakan di GKI Diponegoro itu juga disampaikan Joko. Saat ledakan pertama dan kedua, dia berada di kantin gereja. Sekitar 50 meter dari titik ledakan. Meski begitu, dia sempat merasakan telinganya berdenging. Dia pun penasaran dan langsung menuju ke arah asal ledakan.
”Saya penasaran. Karena setelah ledakan, ada bau sangat menyengat. Seperti mesiu,” terang karyawan swasta itu. Setelah sampai ke tempat parkir, Joko cukup shock ketika melihat banyak korban. Ada sekitar empat yang dia lihat. Seorang di antaranya petugas sekuriti gereja bernama Yesaya. ”Bapaknya teriak minta tolong terus. Tapi, saya tidak berani menolong. Wajahnya sudah berlumur darah,” jelasnya.
Dia pun meminta bantuan beberapa orang untuk mengevakuasi petugas keamanan itu.
Di bagian lain, Dita meledakkan diri di Gereja Pusat Pantekosta Surabaya (GPPS) pukul 07.53 dari dalam mobil. Dia mengendarai mobil dan merangsek masuk ke GPPS. Mobil itu lantas menabrak petugas sekuriti dan meledak. Berbagai tokoh pun datang untuk memantau TKP. Sebenarnya, identifikasi sudah selesai sekitar pukul 12.00. Namun, polisi sama sekali belum memindahkan jenazah pelaku. Sebab, mereka menunggu kunjungan Presiden, Kapolri, Kapolrestabes, dan Wali Kota Surabaya. Mereka datang secara bergantian.
Yang pertama Wali Kota Tri Rismaharini. Dia datang ke lokasi pada pukul 12.44. Dia datang dengan menaiki mobil boks milik satpol PP. Diikuti Kapolrestabes Surabaya Kombespol Rudi Setiawan yang datang pada pukul 13.00. Dengan mengenakan rompi hitam, dia dan wali kota melakukan olah TKP. Sementara itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian datang 16 menit setelah Rudi. Dia di lokasi tidak sampai sepuluh menit. Lalu, memutuskan menuju ke TKP gereja di Ngagel. Presiden Joko Widodo datang agak lebih sore. Sekitar pukul 16.00. Persis sebagaimana Tito, Jokowi langsung pergi setelah hampir 15 menit berselang.
Polisi sengaja memasang perimeter untuk menghalau siapa pun yang tidak berkepentingan. Termasuk awak media. Awalnya, perimeter hanya dipasang di dekat TKP. Hingga pada pukul 12.00, perimeter pun ditambah hingga di kompleks Restoran Mahameru. Yang terakhir, sampai di Patung Kuda di Jalan Diponegoro. ”Saya mohon pengertian seluruh warga dan rekan untuk tidak memasuki perimeter yang sudah kami pasang,” ujar Kapolsek Tegalsari Kompol David Triyo Prasojo di pengeras suara.